Tarekat Qadiriyah

Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang dianut kurang lebih dua ratus juta orang di Asia Tenggara, yang berpusat di sebuah kepulauan muslim mulai dari Thailand Selatan melalui Malaysia dan Indonesia, dan sampai bagian utara Brunei Darussalam dan Filipina Selatan. Ada pelbagai teori yang ditawarkan oleh para ilmuan mengenai awal datangnya Islam, dan begitu juga tarekat (sufisme) di kepulauan ini dengan sebagian besar perdebatan terpusat perihal daerah terjadinya Islamisasi pertama. 

Oleh karena itu penulis ingin menyusun makalah tentang tarekat terutama tarekat Qadiriyyah yang merupakan pelopor organisasi tarekat di Dunia.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Siapakah pendiri dan bagaimanakah sejarah singkat Tarekat Qadiriyyah?
  2. Siapakah tokoh-tokoh Tarekat Qadiriyyah?
  3. Apakah ciri-ciri Tarekat Qadiriyyah?
  4. Bagaimanakah ajaran Tarekat Qadiriyyah?
  5. Bagaimanakah Perilaku suluk Tarekat Qadiriyyah?

Tujuan Pembahasan
Seiring dengan masalah-masalah yang di uraikan oleh penulis, maka penulis makalah ini mempunyai bebrapa tujuan yaitu sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui  pendiri dan sejarah singkat Tarekat Qadiriyyah
  2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Tarekat Qadiriyyah
  3. Untuk mengetahui ciri-ciri Tarekat Qadiriyyah
  4. Untuk mengetahui ajaran Tarekat Qadiriyyah
  5. Untuk mengetahui Perilaku suluk Tarekat Qadiriyyah

Adapun kegunaann pembahasan makalah ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi generasi umat Islam dan penulis pada khususnya agar mengetahui seluk beluk Tarekat Qadiriyyah sekaligus untuk memenuhi tugas kuliah.



Bab II
Pembahasan

Meneropong Tarekat Qodiriyyah

Pendiri dan Sejarah Singkat Tarekat Qodiriyyah
Tarekat Qodiriyyah didirikan oleh Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani (bukan al-Jayla), 1078-1165 H/ 470-561 M. di Baghdad, Irak.

Qadiriah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendiriinya, yaitu Abd Qadr al-Jilani, yang terkenal dengan sebutan syaikh Abd al-Qadir al-Jilani al-ghawsts atau quthb al-awliya. Tarekat ini menempati posisi yang sangat penting dalam sejarah spiritual Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai tarekat di dunia Islam. kendati struktur organisasinya beberapa dekade setelah kematiannya, semasa hidup sang syaikh telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemikiran dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun, generasi selanjutnya mengembangkan sekian banyak legenda yang berkisar pada aktifitas spritualnya, sehingga muncul berbagai kisah ajaib tentang dirinya.

Tokoh-Tokoh Tarekat Qodiriyyah
Tokoh Tarekat Qadiriyyah banyak, diantaranya yang terkenal adalah:

  1. Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani
  2. Ismail Rumi (w. 1643 M). tokoh di Afrika Timur
  3. Mir Nurullah. Beliau penyebar Tarekat Qadiriyyah ke India
  4. Syaikh Muhammad al-Husayni (w. 1517). Tokoh di Pakistan
  5. Abd al-Qadir/Abd al-Qadir al-Tsani w. (1533 M) Tokoh di India
  6. Hamzah Fansuri. Tokoh di Indonesia.

Ciri-Ciri Tarekat Qadiriyyah

Dari sekian banyak ciri-ciri Tarekat Qadiriyyah, diantaranya adalah:
  1. Dzikir bersama.
  2. Senantiasa membacakan sajak dan qasidah diiringi musik rebana.
  3. Melakukan dzikir Nafi wa itsbat, diiringi dengan rebana.
  4. Seluruh badan ikut berdzikir.
  5. Adanya adegan magic atau debus.
  6. Tunduk dibawah garis keturunan takdir dengan kesesuaian hati dan roh.
  7. Memisahkan diri dari kecenderungan nafsu.
Zikir jamaah yang biasanya dlakukan bada shalat subuh atau bada shalat magrib, adalah zikir keras Qadiriyyah, juga sama ketika membaca kalimah tawhid, sebanyak sekian kali biasanya (165 kali). Mereka tetap dalam posisi duduk, tetapi pembacaannya disertai gerakan kepala (dengan sentakan) ke arah kiri dan kanan bahu seraya mengucapkan la ketika ke kiri dan illa ke kanan. Mula-mula beberapa kali pengucapannya disengaja lambat dan mengalun, tetapi perlahan-lahan iramanya semakin cepat, menjadi lebih menghentak-hentak, sampai kalimat-kalimat yang mereka ucapkan sulit dicerna. Akhirnya berhenti tiba-tiba ketika intrensitasnya  sedang berada di puncak; sebagai penutup, semacam pendinginan kalimat tauhid yang mengalun sekali atau dua kali pelahan degan irama mengalun.

Ajaran Tarekat Qodiriyyah
Pada dasarya ajaran syaikh Abd al-Qadir al-Jilani tidak ada perbedaan yang mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlussunnah Wal Jamaah. Sebab, syaikh Abd al-Qadir adalah sangat menghargai madzhab fikih yang empat  dan teolgi Asyariyah.

Ajaran Syaikh Abd al-Qadir selalu menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia. Karena itu, dia memeberkan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri tertinggi. Adapun beberapa ajarann tersebut adalah, taubat, zuhud,  tawakal,syukur, ridha, dan jujur.

Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengurai ikatan dosa yang terus mmenerus dari hati kemudiian melaksanakan setiap hak tuhan. Ibnu Abbas ra. Berkata: taubat al-nashuha adalah penyesalan dalam hati, permohoan ampun dengan lisan, meninggalkan dengan anggota badan, dan berniat tidak akan mengulangi lagi.

Menurut Syaikh Abd al-Qodir al-Jilani, taubat itu ada dua macam, yaitu:
Taubat yang berkaitan dengan hak sesama manusia. Taubat akan tidak terealisasi, kecuali dengan menghindari kedzaliman, memberikan hak kepada yang berhak, dan mengembalikan kepada pemiliknya.
Taubat yang berkaitan dengan hak Allah. Taubat ini dlakukan dengan cara selalu istigfar dengan lisan, menyesal dalam hati, dan bertekad tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang.

Zuhud
Zuhud secara bahasa adalah Zahada fih, wa zahada anhu, dan wa zahadan, yaitu berpaling darinya dan meninggalkannya karena menganggapya hina atauu menjauhinya karena dosa. Sedangkan istilah zuhud menurut pendapat yang paling baik adalah dari Ibn Qadamah al-Maqdisi, bahwa zuhud merupakan gambaran tentang menghindari dari mencintai sesuatu yamng menuju kepada sesuatu yang lebih baik darinya.
Menurut Syaikh Abd al-Qodir al-Jilani, bahwa zuhud ada dua yaitu: zuhud hakiki (mengeluarkan dunia dari hatinya) dan mutazahid shuwari/zuhud lahir (mengeluarkan dunia dari hadapannya). Namun hal ini tidak berarti bahwa seorang zahid hakiki menolak rezeki yang diberikan Allah kepadanya, tetapi dia mengambilnya lalu digunakan untuk ketaatan kepada Allah.

Tawakal
Tawakal artinya berserah diri dalam bahasa arab (tawakkalu), yakni salah satu sifat mulia yang harus ada pada diri ahli sufi. Bila  ia telah benar-benar mengenal Tuhannya  melalui makrifat yang telah dicapainya, tidak mungkin sifat tawakal tersisih darinya.
Syaikh Abd al-Qadir menekankan pentingnya tawakal dengan mengutip sebuah maksud sabda nabi, Bila seseorang menyerahkan dirinya secara penuh kepada Allah, maka Allah akan mengaruniakan apa saja yang dimintaya. Begitu juga sebaliknya, bila dengan bulat ia menyerahkan dirinya kepada dunia, maka Allah akan membiarka dirinya dikuasai oleh dunia. Semakin banyak orang mmengejar dunia, maka semakn lupa dia akan akhirat, sebagaimana dinyatakan dalam sabda Nabi, Apabila ingatan manusia telah condong kepada dunia, maka ingatannya kepada akhirat akan berkurang.

Syukur
Syukur adalah ungkapan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik lisan, tangan, maupun hati. Menurut Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani hakikat syukur adalah mengakui nkmat Allah karena Dialah pemilik karunia dan pemberi. Sehingga, hati mengakui segala nikmat berasal dari Allah dan patuh kepada Syariatnya. Dengan demikian, syukur adalah pekerjaann hati dan anggota badan.
Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani membagi syukur menjadi tiga macam, pertama syukur dengan lisan, yaitu dengan mengakui adanya nikmat dan merasa tenang. Kedua,  syukur dengan badan dan anggota badan, yaitu dengan melaksanakan dan pengabdian serta melaksanakan ibadah sesuai perintah Allah. Ketiga, syukur dengan hati, yaitu beritikaf/berdiam diri di atas tikar Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah yang wajib dikerjakan.

Sabar
Sabar adalah tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang menimpa kita kecuali mengeluh kepada Allah karena Allah SWT. Menguji Nabi Ayyaub as. Dengan firman-Nya, Kami mendapatnya sebagai orang-orang yang sabar. Padahal beliau berdoa dan mengeluh kepada Allah, dan ingatlah (kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dann Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara semua penyayang. (Al-Anbiya:83)

Menurut Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani, sabar ada tiga macam, yaitu:
Bersabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Bersabar bersama Allah, yaitu bersabar atas ketetapan Allah dan perbuatan-Nya terhadapmu dari berbagai macam kesulitan dan musibah.

Bersabar atas Allah, yaitu bersabar atas rezeki, jalan keluar, kecukupan, pertolongan, dan pahala yang dijanjikan Allah di kampung akhirat.

Ridha
Ridha adalah kebahagiaan hati dalam menerima ketetapan (takdir). Syaikh Abd al-Qadir mengutip ayat al-Quran tentang perlunya sikap ridha, Tuhan mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridhaan dan surga. Mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal (at-Taubah:21) kemudian Rasulullah bersabda, Yang akan merasakan manisnya iman adalah orang yang ridha Allah menjadi Tuhannya, Islam menjadi agamanya, dan Muhammad menjadi Rasulnya.

Jujur
Secara bahasa jujur adalah menetapkan hukum sesuai dengan kenyataan. Sedangkan dalam istilah sufi dan menurut Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani, jujur adalah mengatakan yang benar dalam kondisi apapun, baik menguntungkan maupun tidak menguntungkan.

Syaikh Abd al-Qadir mengutip ayat al-Quran untuk menjelaskan pentingnya sikap jujur dan dilaksanakan, Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar

Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani membedakan antara al-Shadiq (orang jujur) dengan al-Shiddiiq (orang yang sangat jujur). Al-shadiq adalah isim lazim dari kata al-shidq. Sedangkan al-shaddiq adalah untuk menunjukkan kujuran yang sangat tinggi, sehingga kejujurann merupakan jalan kehidupan baginya. Sikap jujur ini sagat diperlukan dalam ajaran tasawuf karena seseorang tidak dapat berdekatan dengan Allah kecuali dengan sikap jujur dan bersih.

Perilaku Suluk (Tasawuf) Tarekat Qodiriyyah
Sufi berasal dari bahasa arab shaf (murni). Alasan bahwa kaum sufi disebut dengan nama ini adalah bahwa dunia batin mereka telah disucikan dan dcerahkan dengan cahaya hikmah, penyatuan, dan keesaan.
Dalam bahasa Arab kata tashawwuf  (mistisme Islam) terdiri dari empat konsonan yaitu, t, sh, w, dan f. huruf pertama, t, adalah kependekan dari taubah, penyesalan. Inilah langkah pertama yang diambil di atas jalan. Ini solah-olah sebuah langkah ganda, satu langkah batiniah dan satu langklah lahiriah.

Tahab kedua adalah keadaan kedamaian dan kegembiraan shafa. Huruf sh adalah simbolnya. Dalam tahapan ini, ada dua langkah dengan cara yang sama diambil, yaitu pertama ke arah kesucian dalam hati, dan yang kedua adalah pusat rahasianya.

Cara untuk membebaskan hati, menyucikannya adalah dengan mengingat Allah. Pada awalnya, ingatan ini hanya dapat dikerjakan secara lahiriah, dengan mengulang nama-nama Ilahi-Nya, menyebutnya keras-keras agar engkau, dirimu sendiri, dan orang-orang lain dapat mendengar dan mengingat. Ketika daya ingatan terhadap-Nya menjadi tetap, ingatan tertanam ke hati dan masuk ke dalam, menjadi kesunyian.

Huruf ketga, w, melambangkann wilayat, yang merupakan keadaan suci para pecinta dan sahabat (wali) Allah. Keadaan ini bergantung pada kesucian batin.

Pada tahapan ini, manusia yang sadar melepaskan karakterstik duniawinya dan tampil sifat-sifat ilahi. Allah Swt. Berfirman melalui Nabi Saw., Ketika aku mencintai hamba-Ku, Aku menjad matanya, telinganya, lidahnya, tanganya dan kakinya. Dan melihat melalui Aku, dia mendengar melalui Aku, dan berbicara atas nama-Ku, tangannya menjadi milik-Ku, dan dia berjalan bersama-Ku.

Huruf keempat  F, menyimbolkan fana, peleburan diri, keadaan ketiladaan diri. Dari yang palsu mencair dan menguap ketika sifat-sifat ilahi memasuki manusia, dan ketika keberagaman sifat-sifat dan kepribadian dunawi pergi, dan tempatnya diambil oleh sifat tunggal dari penyatuan.



Bab III
Penutup

Kesimpulan
Pendiri Tarekat Qadiriyyah adalah Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani (bukan al-Jayla), 1078-1165 H/ 470-561 M. di Baghdad, Irak

 Tokoh Tarekat Qadiriyyah banyak, diantaranya yang terkenal adalah:Syaikh Abd al-Qadir al-Jalani, Ismail Rumi w. 1643 M). Mir Nurullah. Syaikh Muhammad al-Husayni w. 1517. Abd al-Qadir/Abd al-Qadir al-Tsani w. 1533 M) Hamzah Fansuri.

Ciri-ciri Tarekat Qadiriyyah, diantaranya adalah:Dzikir bersama.Senantiasa membacakan sajak dan qasidah diiringi musik rebana. Melakukan dzikir Nafi wa itsbat, diiringi dengan rebana.  Seluruh badan ikut berdzikir. Adanya adegan magic atau debus. Tunduk dibawah garis keturunan takdir dengan kesesuaian hati dan roh. Memisahkan diri dari kecenderungan nafsu.

Ajaran Tarekat Qadiriyyah adalah: Taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, ridha dan jujur.
Perilaku suluk tarekat Qadiriyyah adalah: tobat, shafa, wilayat dan fana.










Daftar Pustaka
Dr. Hj. Sri Mulyati, M.A., Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, Jakarta: Kencana, 2010.

Dr. HM Afif Hasan, M.Pd, Membongkar Akar Sekularsme, Malang: Pustaka Bayan, 2008.

Dr. Hj. Sri Mulyati, M.A., Tarekat Tarekat Muktabah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2014.

https://putrifikriati.wordpress.com/2014/04/29/tarekat-qadiriyah-syadziliyah-dan-naqsyabandiyah/

Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyyah di Indonesia,  Bandung: Mizan, 1992.

Habib Abdullah Zakiy al-Kaaf, Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Bandung; Pustaka Setia, 2003.
                                                           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Pendidikan Sosial