Padle Pop Atlantos

Oleh: Moh. Tamimi

Seorang anak mengadu pada ayahnya.

Pa, Papa, tadi saya menonton film Padle Pop Atlantos. Asyik banget filmnya Pa. Menceritakan tentang keadaan maritim di kerajaan Singa. Padle Pop si Raja Singa. Menguasai hutan belantara se Nusantara.

Papa, dalam film itu banyak tokoh dengan berbagai karakter. Ada Padle Pop sebagai Raja. Liona sebagai Perdana Menteri. Prof. Higgo Bottom sebagai cendekiawan kerajaan. Twitch dan Spaek sebagai srimulat. Kara sang kapten pertahanan kerajaan.
Shadow Master, penguasa kegelapan yang berlindung dibalik jubah hitam. Jendral Khan, jenderal maritim yang menjaga lautan. Tuan Jambul, si kapitalis abadi. Remora, penghasut jenderal demi dua mutiara kehidupan. Bella, si kecil pembela kebenaran sejati.

Pa, Tuan Jambul membangun pengeboran minyak di sebuah pulau. Dia meminta sang raja untuk meresmikan pengoperasiannya. Dia seorang kapitalis pa. Tak peduli lingkungan, tak peduli pencemaran laut dan hutan demi sebuah kepentingan dirinya. Saat itu sang profesor pergi ke luar negeri.

Seandainya sang profesor ada, mungkin masalah bisa diatasi karena dia ahlinya. Kerajaan dikelola oleh orang-orang tak bertanggung jawab, tak berpengalaman dan tak berpengetahuan. Untung saja pa, ada Bella si anak kecil yang memberitahu raja bahwa pengeboran minyak di pulau itu banyak negatifnya. Saat Bella mengutarakan pada raja, si kapitalis mencegat, menghalangi dengan segala cara. Sang raja mulai bimbang. Akan tetapi, semua sudah terlambat. Laut sudah tercemar. Hutan sudah memudar. Ternyata Tuan Jambul sudah membangun pengeboran dimana-mana dan sudah banyak yang beroperasi. Jenderal Khan sebagai jenderal maritim marah. Bersama gurita kekuasan ia menyerang daratan tanpa mau merembuk. Eh pa, ternyata Jenderal Khan ini dihasut oleh Remora si ikan kecil yang pada akhirnya diketahui bahwa ia juga berambisi mendapatkan mutiara.

Ah pa, di film itu banyak ambisi demi mendapatkan kekayaan laut yang berlimpah dan penuh intrik.

Pa, kalau negeri kita tidak begitu kan?
Sang ayah tertegun.

Dalam pikirkan sang ayah berkata "negeri kita kurang lebih seperti itu nak." Akan tetapi, sang ayah mengatakan "oh enggak nak, negeri kita tidak seperti itu. Negeri kita makmur dan maritim kita kuat, sehat, bersih, indah dan bersaja.

Sumenep, 30-31 Desember 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Tarekat Qadiriyah

Pendidikan Sosial