Pendidikan Sosial
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Manusia, pada dasarnya, mempunyai dua tugas mulia dalam berinteraksi: Habluminallah dan Hablumminannaas. Hanya saja, ada sebagian invidu atau masyarat, untuk melancarkan kepentingan pribadinya, menggunakan alasan Hablumminallah, padahal ada kepentingan tersembunyi dalam dirinya.
Hubungan sosial masyarakay yang semakin renggang di muka bumi ini. Memang sudah sepantasnya, perilaku sosial/hubungan sosial, dilakukan semata-mata demi yang Maha Kuasa. Namun, bagi mereka yang tidak berhati bening, hal itu hanya dijadikan batu loncatan belaka.
Ada banyak permasalah sosial yang pada akhirnya banyak memakan korban nyawa. Seperti pembantain yang dilakukan oleh Adolf Hitler di Tahun 1940-an terhadap kaum Yahuni di Jerman, lebih dari enam juta kaum Yahudi meninggal karena pembantaian besar-besaran tersebut.*1 Ach. Maimun, Seyyed Hossein Nasr, (Yogyakarta: Diva Press, 2015) , hlm. 5 * Selain itu, saat ini, marak-maraknya pembantaian yang dilakukan oleh ISIS di kawasan Timur Tengah dan isu-isu teroris lainnya.
Selain masalah kekerasan, tindakan kriminal juga mewarnai situasi sosial di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara bagian Eropa dan Amerika, teragedi pembunuhan mencapai 35;6 dalam setiap 100.000 penduduk. Menurut laporan FBI di tahun 1965 di Amerika terjadi lima juta tindak kejahatan (rata-rata satu kejahatan trjadi setiap 12 detik, satu pembunuhan hampir setiap satu jam, pemerkosaan setiap 25 menit, perampokan setiap 5 menit, dan pencurian mobil setiap 1 menit)*2 Ibid. Hlm. 6* Tidak menutup kemungkinan, demikan juga yang terjadi di negara-negara Barat yang notabenenya dianggap negara maju.
Menurut subjektifitas penulis, hal itu terjadi karena kurangnya usaha pendidikan moral secara massif dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kehidupan bersosial dengan baik, sehingga pemaknaan terhadap individu-individu kurang tertanam.
Orientasi pendidikan sekarang, hanya berfokus pada input pendidokan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. *1.Veithzal Rivai Zainal, dkk., Islamic Quality Education Management, (Jakarta: Gramedia, 2016), hlm. 9Oleh karena itu, penulis berkeinginan menulis makalah "Pendidikan Sosial." semoga makalah ini menjadi tambahan referensi dalam meningkatkan kehidupan sosial.
B. Rumusan Masalah
Bermula dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah:
1. Apakah pengertian pendididkan sosial?
2. Apakah Tujuan Pendidikan sosial?
3. Bagaimanakah strategi pendidikan sosial?
C. Tujuan Pembahasan
Seiring dengan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas oleh penulis, maka penulis mempunyai beberapa tujuan:
1. Ingin mengetahui pengertian pendidikan sosial
2. Ingin Mengetahui tujuan pendidikan sosial
3. Ingin mengetahui pendidikan sosial.
Bab II
Pembahasan
Pendidikan Sosial
Menurut Sahal Mahfudh, pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang membentuk watak dan perilaku secara sistematis, terencana dan terarah. Sedangkan sosial, secara ensiklopedi berarti segala sesuatu yang berkaitan engan masyarakat atau secara abstraksis berarti masalah-masalah kemasyarakatan yang menyangkut pelbagai fenomena hidup dan kehidupan orang banyak, baik dilihat secara mikro maupun secara makro kolektif.* 3: Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: LKIS, 2011), cet. Viii, hlm. 265
Tidak jauh berbeda, M. Ngalim Purwanto, mendifinisikan pendidikan sosial dalm bukunya Ilmu Pendidikan, pendidikan sosial ialah pengaruh yang disengaja oleh para pendidik, dan pengaruh itu berguna, setidaknya dalam dua hal: Menjadikan anak itu anggota yang baik dalam keluarganya dan menjaga anak itu supaya dengan sadar berbuat sosial di tengah-tengah masyarakat, di mana saja ia berhubungan dengan masyarakat.*4. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 217
Berdasarkan dari dua definisi di atas, dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan sosial adalah usaha sadar/disengaja dalam menstranfer nilai-nilai sosial secara sistematis, terencana dan terarah dengan baik.
B. Tujuan Pendidikan Sosial
Setiap segala perilaku, pastinya, mempunyai tujuan, termasuk pula pendidikan sosial ini. Secara umum, pendidikan sosial bertujan untuk menciptakan masyarakat sosial yang beradab lewat jalan pendidikan. Akan tetapi, secara spesifik, pendidikan sosial mempunyai tujuan-tujuan secara lebih terperinci.
Menurut, DR. Abdullah Nasih Ulwan dalam kitabnya "Tarbiyatul Awlaad fil Islam" menyatakan bahwa tujuan pendidikan sosial adalah
-penanaman kejiwaan yang mulia;
-menjaga hak-hak orang lain
-menjaga etika sosial;
-pengawasan dan kritik sosial
*12 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 1, (Jakarta: pustaka Amani, 1999), hlm. 438
Perspektif lain mengenai tujuan reformasi pendidikan sosial, hal ini dalam rangka pengembangan SDM berbasis masyarakat adalah: (1) membantu pemerintah dalam memobiliasa sumber daya setempat dan dari luar serta meningkatkan peranan masyarakat untuk mengambil bagian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan di semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, (2) menstimulasi perubahan, sikap dan persepsi masyarakat terhadap rasa kepemilikan, tanggung jawab, kemitraan, toleransi dan kesediaan menerima perbedaan sosial budaya.* 6. Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani, Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Logos, 2001) cet. II, hlm. 45-46
Sebenarnya, tujuan utama pemberdayaan masyarakat/ pendidikan sosial yang penulis kutip di atas terdapat empat point. Hanya saja, dua point di atas sudah cukup mewakili, menurut penulis. Point nomor dua menjadi penting saat ini untuk lebih diperhatikan, yaitu tanggung jawab, perilaku toleransi dan kesediaan menerima perbedaan sosial budaya. Mengingat, perilaku intoleransu adalahmasalah sosial yang paling krusial, terbukti, bila musim Pilkada tiba, perbedaan sosial budaya sekaligus agama selalu menjadi momok menakutkan bagi masyarakat.
C. Strategi Pendidikan Sosial
Sebagian orang, dalam usaha melakukan pendidikan sosial, lebih mengedepankan apa yang akan disampaikan daripada bagaimana cara menyampaikan dan mau mengerti kepada siapa menyampaikan dakwahnya, bisa dipahami atau tidak. Betapa pun bagus dan mendalam meteri yang disampaikan, namun strategi penyampaiannya kurang baik, maka tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan menuai sedikit hasil. Pembaca lihat saya tayangan telefisi yang hampir setiap hari menyuguhkan keangkuhan mereka hanya karena berlasan "dakwah" atau "jihad." sangat penting kiranya, memperhatikan audiens dalam melakukan dakwah kemasyarakatan.
Berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125.
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." *7 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Al-Jumanatul 'Ali, (Bandung: CV. Penerbit J-Art: 2004), hlm. 281*
Ayat di atas menerangkan tiga metode dakwah: bil hikmah, billati hiya ahsan (pengajaran yang baik), dan jaadilhum billati hiya ahsan (membantah dengan cara lebih baik).
Perlu ditekankan kembali di sini, ketiga metode di atas semua harus dilakukan dengan baik. Tidak ada satu pun unsur kekerasan. Berdebat pun harus dengan baik, malah membantah dengan cara lebih baik, walaupun tidak kunjung menemukan titik temu dari perbedaan pendapat, selayaknya, tetap menghormati lawan.
Luka di hati, sekalipun sudah memaafkan, sangat sulit disembuhkan, berbeda dengan luka di tangan. Seorang tokoh Tiongkok Kuno, Lao Zi, mengatakan:
"Dendam besar yang telah didamaikanpasti masih tersisa di belakangnya. Bagaimana ini bisa dibilang sebagai cara penyelesaian yang baik?" *8 Andri Wang, The Wisdom of Confusius, (Jakarta: Gramedia, 2016), hlm. 166
Berdialog juga ada adabnya. Kata dialok berasal dari kata Yunani, yaitu "Dia-logos", yang berarti antara dua pihak, antonimnya adalh "monolog" yang ber-arti "bicara sendiri."
Adapun prinsip-prinsip dialog yang baik: (a) keterbukaan terhadap pihak lain; (b) kerelaan berbicara dan memberikan tanggapan kepada pihak lain; (c) saling percaya bahwa kedua belah pihak memberikan inforrmasi yang benar dengan caranya sendiri. *9. D. Hendropupito, O.C., Sosiologi Agama, (Jakarta: Kanisius, 1986), hlm. 172-173
sebagaimana hidup bersosial, berdakwah dalam rangka melakukan pendidikan sosial juga ada tatakramanya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, mengatakan bahwa tatakrama berdakwah:
-berakhlak baik
-lemah-lembut
-jangan bersikap kasar
-tidak melampaui batas syara'
-mencegah hal/akibat tidak baik. *10. Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2012) hlm.180
mengajak kebaikan harus dengan baik. Bagaimana mungkin orang lain akan mengikuti himbauan seseorang, jika orang yang menghimbau tersebut sejak awal sudah menebar benih kebencian, sebagaimana Allah Swt. memperingatkan Nabi Muhammad dalam Surat Ali 'Imron ayat 159!
Mengenai materi dakwah, lebih baik mengedapankan masalah-masalah sosial yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat dan khusus untuk umat Islam, alangkah lebih baik jika materi yang disampaikan pada akhirnya membawa umat Islam semakin dekat dengan Tuhan-nya dan semakin cinta kepada nabinya. Intinya, materi yang disampaikan benar-benar demi kemaslahatan orang banyak.
Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda mengenai sekolompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan sebagai bentuk keperhatian Rasulullah terhadap pendidikan sosial, beliau bersabda:
"Janganlah duduk-duduk di tei jalanan! Para sahabat bertanya, 'apakah boleh jika kami duduk-duduk hanya untuk berbincang-bincang?' Rasulullah Saw. bersabda, 'jika memang kalian harus duduk-duduk di sana, maka berikanlah hak jalan. 'Mereka bertanya, 'apakah hak jalan itu wahai Rasulullah? Rasulullah Saw. bersabda, 'Tundukkanlah pandangan, jangan mengganggu, membalas ucapan salam, memerintahkan untuk melaksanakan yang makruf dan mencegah dari sesuatu yang mungkar.'" *12 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, (Jakarta: pustaka Amani, 1999), hlm. 279-280
Sampaikan apa yang pantas disampaikan, tanpa harus menjelekkan yang lain. Sanjung milik sendiri, tetapi jangan hinakan yang lain.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Pengertian Pendidikan Sosial adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik secara sistematis, terencana, dan terarah dalam rangka menstranfer nilai-nilai sosial yang ada
Tujuan pendidikan sosial adalah adalah untuk menciptakan masyarakat sosial yang sejahtera, damai, adil dan makmur sesuai nilai-nilai sosial yanh berlaku di kalangat masyarakat tersebut.
Adapun stategi pendidikan Islam yang ditawarkan oleh Islam yaitu ada tiga: bil hikmah, mau"idhah hasanah dan jadilhum billati hiya ahsan. Apabila tiga metode tersebut dijalankan dengan baik, Insyaallah usaha pendidikan sosial akan menuai banyak hasil yang menggembiran, namun sebaliknya, jika dakwah hanya menggunakan kekerasan, maka hanya luka di hati yang tersisa.
B. Saran-saran
Kita sebagai umat beragama, sepantasnya untuk berlaku bijak, melihat kebaikan dengan mata kebaikan, bukan dengan mata kekerasan. Tidak ada dalam sejarah, kekerasan berakhir dengan indah. Adanya, hanyalah kerugian yang harus dibayar mahal karena sebuah kekerasan.
Daftar Pustaka
Lihat sendiri di akhir paragraf yaa.
terima kasih!
BalasHapus