Islam: Santun dan Toleran (Menelaah Kembali Dalil-Dalil yang Sering Disalahgunakan)


Islam sebagai agama paripurna tentu saja bukan hanya sekedar omong kosong. Akan tetapi, sarat dengan dalil-dalil yang dapat dibuktikan kebenerannya dalam al-Quran dan hadis. Islam sebagai agama rahmatal lil alamiin  pula, bukan sekedar jargon tanpa lakon. Islam yang seharusnya dan yang sepatasya telah diselewengkan oleh kelompok radikal. Sehingga, tidak jarang Islam dicap sebagai agama teroris, keras, beringas dan lain sesamanya .

Padahal demikian, Islam datang untuk membangun kehidupan berperadaban, bukan untuk menebar kenistaan. Nabi Muhammad diutus untuk menyepurnakan akhlak manusia. Hal ini terbukti degan sebuah hadits riwayat Abu Hurairah yang berbunyi:Sesungguhya aku diutus (tiada lain, kecuali) untuk meyepurnakan akhlak. Bukan malah untuk perang dan kekuasaan.

Konsep Islam dalam menyapaikan dakwah pun sangat santun dan sistematis serta disesuaikan objek dakwah. Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat an Nahl ayat 125 yang  menerangkan metode dakwah yaitu Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk perlu digaris bawahi metode dakwah dalam ayat ini; bil hikmah (dengan hikmah), mauidotil hasaah (pelajaran yang bak), wa jadilhum billati hiye ahsan (dan bantahlah mereka dengan cara yang baik). Sejatinya tidak ada paksaan dalam Islam. mengingat konsep dakwah diatas. Sedangkan dalam suatu hadist Rosulullah saw bersabda:

Barang siapa diantara kamu melihat keungkaran. Maka,  hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, cegahlah  dengan lisannya, dan apabila tidak mampu. Maka, dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR. Imam Muslim). 

Akan tetapi, sering kali kalimat yaadun sering disalah artikan oleh beberapa kelompok atau golongan. Sehingga, mereka menghancurkan tempat-tempat maksiat  seperti bar, diskotik dan klub-klub malam dan lain semacamnya  dengan dalih bahwa mereka mampu melakukan hal tersebut dengan tangan yakni dengan cara menghancurkan.

Dalam hal ini, Yusur Qardlawi dalam Fiqih Ikhtilaf mengatakan bahwa sebenarnya dalam kata yaadun ini memuat beberapa pengertian. Sehingga, perlu penganalisaan yang lebih mendalam lagi. Yakni apakah harus menghancurkan dan membantai atau harus memukul pelakunya atau memberikan sangsi kepada pelakunya atau hanya mencegahnya dengan perbuatan, semisal orang minum khamar diambil minumannya atau membawa pergi orang yang melakukan maksiat dari tempat maksiat.

Islam yang kaffah adalah agama yang damai dan mau berdamai antar sesame. selama batas wajar, serta tenteram baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Orang yang rajin beribadah belum tentu Islammnya kaffah. Islam yang kaffah apabila seseorang sudah mampu beribadah dengan berlandaskan keimanan kepada Allah SAW. Shalat karena iman. Zakat karena iman. Haji karena iman. Amar makruf  nahi mungkar karena iman dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Prof. Dr. Sunardji Dahri Tiam M.Pd.I mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek untuk dapat berislam kaffah. Yaitu, tauhid, syariat dan akhlak. Jika tiga komponen tersebut ditiadakan salah satunya.  Maka,, keimannannya dapat dipastikan cepat goyah. Banyak kemudian orang rajin ibadah namun koupsi. Rajin shalat, puasa, shadaqoh dan lain sebagainya tetapi tetap melakukan maksiat. Hal ini menandakan bahwa ada yang salah dalam memahami Islam. Sehingga, tidak kaffah.

Banyak kemudian dalil dalil dalam al-Quran maupun hadis disalah artikan. Hanya demi kepentingan kelompok atau golongan. Misalnya dalam suatu hadis shahih dijelaskan Rasullah bersabda : aku )Nabi Muhammad Saw)diperiintahkan untuk memerang manusia samapi mereka mau mengucapkan laa ilaaha illallah tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan sholat dan membayar zakat )sampa mau masuk islam). Apabila mereka telah melakukan itu , bebrrarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alas an yang haq menurut islam )bagiku untuk mmereangi mereka)dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah SWT!. )Hadits shahih riwayat Bukhar dan Muslim dar Ibnu Umar ra.). Hadis ini sering digunakan oleh ormas ormas Islam yang radikal. Sehinnga,  ormas Islam yang mengartikan hadist int secara sepihak. Selalu ingin memerangi orang kafir. Baik kafir harbi maupun kafir dzimmi tanpa meninjau kembali konteks hadis tersebut. terlebih asbabun wurudnya. Jika ditinjau dari asbaun wurudnya, Nabi bersabda demikian ketika Nabi berperang melawan orang-orang kafir. Hal tersebut menurut hemat penulis adalah untuk memompa semangat prajurit agar tidak gentar melawan musuh. Padahal dilain waktu Nabi Muhammad bersabda:

  Barang siapa yang beriman kepada Allah dan akhir. Hendaklah ia memuliakan  tetangganya (HR. Muttafaq alaih).

Kata tetangga di sini bersifat umum, baik Islam maupun non Islam. Lagi-lagi Islam menunjukkan kesantunannnya dengan ketoleranan Nabi kepada tetangga lewat sabda Nabi tersebut.

Hal demikian telah diterapkan oleh nabi ketika beliau berada di Madinah. Beliau membuat tatanan sosial tanpa mengedepankan perbedaan dengan orang kafir yaitu dengan diadakannya Piagam Madinah. Namun  sekali lagi, selama masih batas wajar atau batasan batasan toleran. Diantaranya tidak mengganggu akidah. Beliau jarang mencanangkan perang pertama kali kecuali memang untuk bertahan atau mempertahankan Islam. Beliau tetap berdakwah dengan santun sebagaimana tuntunan al-Quran. Gus Dur pernah mengatakan bahwa barang siapa yang hanya mengurusi perbedaan. Maka, sama saja ia mengurusi kehancurannya sendiri.
Islam telah ternodai oleh kelompok-kelompok ortodoks. Seolah-olah sudah bukan Islam lagi karena timbulnya Islam baru  dan Nabi baru mereka yang menandakan bahwa mereka bukan Islam yang sesungguhnya, karena mereka kerap kali menggunakan kekerasan dalam mengembangkan dan menyebarkan Islam baru mereka. Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Islam selalu santun, kecuali memang diganggu duluan.

Dalam Islam terdapat tiga aspek yang tidak dapat dipisah dalam berislam yaitu , hablum minalllah(hubungan dengan Allah), hablum minannaas (hubungan dengan manusia) dan hablum minal alam (hubungan dengan alam). Tiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan karena kalau dipisahkan. Maka, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kekerasan dalam berdakwwah karena hubungan antara manusia dengan Allah, manusa dengan manusia dan manusia dengan alam tidak lagi seimbang. Jika  hanya hablum minannnas tanpa menghiraukan hablum minanalllah maka kesyirikan mungkin tidak dapat dielakkan.

Kesatunan dan Ketoleraan Islam
Kesantunan Islam bukan semat-mata sebuah wacana menanggapi banyaknya konflik Islam baik secara internal maupu secara eksternal. Hanya saja, mereka yang Islamnya tidak kaffah selalu menggembar-gemborkan perang atas dalih jihad fi sabilllah. Padahal, hanya urusan politik belaka. Nafsu keserakahan demi sebuah kekuasaan yang seharusnya mengayomi seluruh umat malah menganggap kafir sesama umat Islam. perlakuan takfir  kerap kali kita dengar hanya karena landasan satu ayat yang mereka tidak pahami secara utuh. seperti yang tertera dalam surat al-Maidah ayat 44. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. . Sehingga takfir menjadi tren untuk mengklaim dirinya paling benar. Padahal, dalam sebuah hadis dijelaskan:

Siapa yang menyeru kepada seseorang dengan sebutan kekafiran atau ia mengatakan: wahai musuh Allah. Sementara yang dituduhnya itu tidak demikian. Maka, tuduhan tersebut kembali kepadanya. (HR. Muslim).

Perlu diingat dan selalu diingat bahwa al-Quran bukan hanya satu ayat melainkan satu Al-Quran. seseorang yang baik memahami Islam adalah mereka yang mampu mengkolerasikan ayat-ayat al-Quran. Penyakit SIPILIS (sekularisme, pluralisme dan liberalisme) telah menjangkit umat islam terlebih Indonesa yang sengaja disebarkan oleh para musuh Islam atau lebih tepatnya yahudi dan nasrani baik eropa maupun Amerika. Jika mereka memusuhi Islam secara terang-terangan. Maka, tidak mungkin mengingat Islam telah mendominasi dunia. Sedangkan menyerang Islam secara sembunyi-sembunyi adalah sangat niscaya, dengan cara memelintir akidah umat  Islam secara sedikit demi sedikit dan mengadu domba antar sesama umat Islam. Islam yang sesungguhnya menjadi tidak mendarah daging di kalangan Islam sendiri. Dengan begitu Islam akan hancur dengan sendirinya tanpa harus berkorban nyawa dan darah setetespun. Islam masuk ke Nusantara begitu santun.  Beda halnya masuknya Islam ke benua eropa yang notabene menggunakan ekspansi militer. Islam masuk ke Nusantara melalui akulturasi budaya. Dahulu, Islam masuk ke Nusantara ketika di Nusantara berdiri kokoh kerajaan  Majapahit yang wilayah kekuasaannya begitu luas. Kalau sekarang hampir setara dengan Asia Tenggara. Islam masuk ke Nusantara karena kesantunan Islam dalam berdakwah dan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Ditambah lagi cara masuk Islam sangat mudah hanya cukup memmbaca dua kalimat syahadat. Di tengah-tengah masyarakat yang sangat kental dengan mitos, animisme dan dinamisme. Islam tidak cenderung menyalahkan. Akan tetapi, menyisipkan nilai-nilai keislaman secara perlahan dan bertahap. Kebudayaan Islam yang tidak ribet dan tidak memakan biaya banyak juga menjadi pendorong mudahnya Islam masuk ke Nusantara.

Para islam baru selalu menggunakan ayat-ayat mutasyabihat dalam mendengung-dengungkan ajarannya dan Nabi barunya. Hal yang demikian, dijelaskan oleh Allah tentang kalangan umat yang menggunakan ayat mutasyabhat untuk disalah gunakan. Nabi Muhammad saja hidup bersama orang yahudi dirumahnya. Sedangkan kita dengan  orang selain islam diserang habis habisan atau sebaliknya. Padahal, kita dituntut untuk menyampaikan islam bukan untuk mengislamkan orang, cukup kita berdakwah. Entah nantinya objek dakwah kita mau menerima Islam atau tidak, yang terpenting kita sudah menyampaikan Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam surat an-Nahl ayat 125, Allah memerintahkan kita untuk menyerukan Islam bukan untuk mengislamkan orang. Dalam islam juga dilarang membunuh sesama Islam. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 92-93:

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

 Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.
Menjadi bukti kesantunan Islam; saat Nabi berada di Mekkah. Nabi diludahi. Tetapi, Nabi tidak pernah membalasnya dengan hal yang sama. Sikap Nabi tersebut menjadi teladan bagi kita sebagaimana penerapan firman Allah dalam surat Fussilat ayat 34-35;

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Fussilat ayat toleran
 Begitupun Umar bin Khattab dalam menyikapi orang-orang kafir.  Saat menang perang melawan orang Nasrani ada seorang sahabat yang berkata kepadanya  Bagaimana kalau gereja ini kita pakai untuk shalat saja. Ini sudah menjad milik kita sekarang. Tetapi Umar menjawab jangan, kita biarkan mereka tetap beribadah menurut keyakinan mereka. Kalau seandainya Umar tidak memiliki sifat toleran. Sudah barang tentu Umar bin Khattab tidak akan berkata demikian. Melainkan memakai gereja tersebut untuk jadikan masjid.

 Dalam sebuah syair arab klasik disebutkan.

 Amarah di atas amarah dan orang seperitku marah. Darah bertumpah dan kemudian api menyala. Ada lima hal jika kau amalkan pasit akan mendapatkan kemenangan besar. Dan di dalam surga engkau akan mendapatkan kenikmatan. Santun , sabar, lalu menahan amarah. Kemudian tenang dan memaafkan pasit engkau Berjaya.

Sedangkan  Abu al-Ala al-Maari (363-449) seorang pujangga filsuf mengatakan:

Agama selalu mengajarmu berbuat adil kepada semua golongannya. Maka, agama apa yang bisa daku oleh orang yang melawan keadilan?

Tak ada gading yang tak retak. Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan harapan agar kita selaku umat Islam selalu berhati-hati dalam enggunakan suatu dalil. Baik al-Quran maupun Hadist.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Tarekat Qadiriyah

Pendidikan Sosial