Suara Pemuda dalam Mengantisipasi Arus Balik ASEAN Community
Oleh: Moh. Tamimi
Sebelum kita membahas suara pemuda dalam menghadapi arus balik ASEAN Community, maka alangkah lebih baiknya kita mengetahui lebih dulu apa itu ASEAN Community.
ASEAN Community adalah kerja sama regional antar negara-negara ASEAN untuk mempererat hubungan di berbagai bidang demi keuntungan bersama. Baik di bidang ekonomi, politik maupun militer.
Babak awal dari kerja sama tersebut adalah MEA atau lebih dikenal Masyarakat Ekonomi Asean yang membuka kran perizinan antar negara ASEAN tersebut dan dua tahun kedepan ada ACFTA (ASEAN Cina Free Trade Area) Peresmian MEA, tinggal menghitung jari, bulan depan (Desember) MEA akan segera diberlakukan, untuk itu sudah selayaknya bagi kita sebagai bagian dari Anggota MEA untuk mempersiapkan diri. Bersikap positif Thinking memang wajib. Akan tetapi, mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi tidak ada salahnya.
Ditambah lagi, Indonesia merupakan tuan rumah dari Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. Walaupun, dari segi SDM, Indonesia masih berapa di urutan kelima dari sepuluh anggota MEA, yakni dibawah Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam dan Thailand.
Suara Pemuda dalam Ruang Kebijakan
Pemuda, merupakan masa yang sangat istimewa dan saat-saat badan gagah perkasa. Sehingga tidak heran, jika Soekarno hanya meminta sepuluh pemuda untuk mengguncangakan dunia. Lebih dari itu, dari sudut agama Islam, pemuda mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan perlindungan Arsy di akhirat kelak yang tidak ada perlindungan selain perlindungan darinya. Mereka adalah pemuda yang menggantungkan hatinya di masjid, pemuda yang taat beribadah kepada Allah Swt.. Tentu, peran pemuda di sini jika dikaitkan dengan ASEAN Community sangat besar peranannya. Apalagi masa muda otak masih segar, badan masih bugar.
Sudah saatnya pemuda masa kini, mengurangi bermain-main hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti menghabiskan waktunya untuk Facebook, WastApp, BBM, LIne, Twitter, dan lain-lainnya yang dirasa kurang penting. Sudah saatnya pemuda saat ini meghadapi tantangan ASEAN Community sebagai peluang sekalingun kewaspadaan tinggi, karena disadari atau tidak, ancaman sewaktu-waktu pasti akan ada. Seperti terdesaknya tenaga kerja kita oleh tenaga kerja negara tetangga yang notabenenya lebih inten, kompeten, ulet dan pekerja keras. Jika rakyat kita (Indonesia) terutama pemuda sebagai generasi emas bangsa tidak memainkan peran atau paling tidak, memberikan aspirasi untuk membangunkan semangat sesama, maka Indonesia hanya akan mengalami keterpurukan.
Sebagai pemuda, kita harus bisa melihat sisi lain yang positif dari MEA. Jika banyak orang mengatakan bahwa MEA adalah tantangan. Maka, pemuda harus melihat bahwa adalah peluang emas. Jika banyak orang mengatakan bahwa kita akan terdesak oleh tenaga kerja asing. Maka sebagai pemuda harus berpikir bagaimana mendesak tenaga kerja luar negeri.
Pemuda harus membuktikan bahwa mereka benar-benar agen perubahan, agen sosial kontron. Pemuda jangan sampai lagi menjadi masa meresahkan pemerintah karena selalu dijadikan sasaran empuk kapitalisme kerena gaya hidup yang konsumtif dan kurang produktif.
Dalam hal ini, tidak salah jika kita meniru perilaku Nabi Muhammad Saw. dalam berdagang. sebagaimana diceritakan oleh Asghar Ali Engigeneer dalam bukunya "Sejarah Perkembangan Islam" bahwa Nabi tidak segan-segan memborong dagangan dari negeri lain yang berniaga ke Mekkah untuk kemudian dijual lagi secara eceran. Nabi pula, adalah sosok yang sangat jujur dalam segala hal, termasuk berdagang. Sehingga, Nabi banyak dipercayai dan digelari al-Amin ( orang selalu jujur). Oleh karena itu, jika Nabi Muhammad saja bertindak demikian dalam berniaga, kenapa kita tidak!. Mari buang rasa gengsi, sifat pragmatis dan sifat yang tak seharusnya lainnya untuk menghadapi dan menikmati ASEAN Community.
Tantangan Arus Balik
Mari kita refresh pikiran kita sejenak untuk mengingat sejarah, untuk kemudian kita jadikan pelajaran di masa depan kita sebagai pemuda.
Indonesia adalah negeri yang kaya raya dan dulu terkenal dengan ungkapan "gemah ripah loh jinawi" negeri makmur serta sejahtera. Sehingga, banyak negeri seberang berekspedisi ke Indonesia untuk menyambung hidup lebih baik. Sebelum tahun 1800 M. negeri seberang hanya mengadakang hubungan dagang dengan Nusantara yang kita kenal sebagai Indonesia sekarang. Akan tetapi, karena tergiur oleh gemerlapnya Indonesia, ekspedisi dibarengi dengan amunusi demi ambisi menaklukkan negeri ini. Layaknya Belanda dan Inggris yang pernah menduduki negeri ini. Demi cengkeh dan lada, nyawa ikut terbawa. Oleh karena itu, karena terdapat kesamaan hubungan antar negeri, dulu dengan sekarang yang berbentuk ASEAN Community, maka tidak ada salahnya jika kita mengantisipasi hal itu terjadi lagi, yang akan menjadi arus balik bagi negeri tercinta ini sebagaimana saya sebutkan sedikit dimuka. Apalagi, ASEAN Community ini bukan hanya masalah perdangangan melainkan berbagai sektor. karena ketika saya membaca buku sejarah "Peperangan Kerajaan di Nusantara" karya Capt. R. P. Suyono, faktor utama penjajahan memang masalah ekonomi, disamping kondisi politik Nusantara sendiri kurang baik; perebutan tahta kerjaan yang tak kunjung usai. Sehingga, hal ini dimanfaatkan oleh kompeni dan pasukan Inggris. seperti Herman Willem Daendelels (Belanda), Sir Thomas Stamford Raffles (Inggris).
Diakhir tulisan ini perlu kiranya saya mengutip pernyataan Prof. Dr. Sunardji Dahri Tiam M. Pd. (2015) " Hidup memang mengalir. Tapi jangan hanya ikut air mengalir. Tetap harus punya obsesi tinggi. Bahasa agamanya punya niat dan usaha kuat serta do'a."
Oleh karena itu, kita terutama pemuda harus punya obsesi tinggi dalam mewujudkan Negeri kita, Bangsa kita, bangsa Indonesia demi terwujudnya negeri "Gemah ripah loh jinawi".
Komentar
Posting Komentar