Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Oleh:
Moh. Tamimi
M. Iqbal Anshari
Dosen Pengampu: Zaitur Rahem M. Pd. I
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika)

Pengelolaan kelas yang dilangsungkan dalam ranah pendidikan formal pada khusunya, membutuhkan berbagai pendekatan dengan situasi yang serba berbada antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Pendekatan behavioral adalah salah pendekatan tingkah laku yang dilakukan dalam mensukseskan proses pengelolaan kelas. Dan Tekhnik hadiah-hukuman serta trial and error adalah sebagian teknik dalam menciptakan proses pendidikan berlangsung sebagaiman yang diharapkan.

A. Pendahuluan
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan selalu dihadapi oleh setiap orang. Belajar adalah dasar untuk memahami perilaku. Maka dari itu banyak ahli membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori – teori itu dalam praktek kehidupan.

Sehubungan dengan itu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan salah satu usaha yang dilakukan adalah memahami bagaimana anak – anak belajar. Apakah perilaku yang menandakan bahwa belajar telah berlangsung pada diri mereka ? bagaimana informasi yang diperoleh dari lingkungan diproses dalam fikiran mereka sehingga menjadi milik mereka dan kemudian mereka kembangkan ? dan bagaimana pula seharusnya informasi itu disajikan agar mereka dapat mencerna, dan lama diingat atau bertahan dalam fikiran mereka.

Sedangkan teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijaman mutakkhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu :
- Psikologi Behavioristik
- Psikologi Kognitif, dan
- Psikologi Humanistik.¹

Dr. Georgi Lozanov, seorang peneliti dari Bulgaria yang juga penemu ilmu suggestology--metode yang dikenal secara kolektif sebagai pembelajaran dipercepat--menunjukkan bahwa pengaruh Anda (Guru) sangatlah jelas terhadap kesuksesan murid (Lozanov, 1978). Dr. Michael Gazzaniga setuju, "Dorongan biologis alamiah itu sederhana. Kemampuan atau keterampilan baru akan berkembang jika diberikan lingkungan model yang sesuai" (Gazzaniga, 1992).²


B. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification Aproach)

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh seorang ahli Psikologi Amerika, awal tahun 1930, sebagai reaksi atas teori Psikodinamika. Perspektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku manusia menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.

Watson dan teoretis behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990) menyetujui bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Kalau Freud melihat bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan rasional, teoretikus behavioristik, manusia sepertinya adalah makhluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkunganlah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungan. Manusia datang ke dunia ini tidak dengan membawa ciri-ciri yang pada dengannya "baik atau buruk", tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu sehingga semat-mata bergantung pada lingkungan.
# Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm. 22

Psikologi aliran behavioristik mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilakna penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thomdike (1874-1949). Teori belajar Thomdike disebut "connectionisme", karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut "trial and error learning." Individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses "trial and error" dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thomdike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku sebagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal ini, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat suatu koneksi reaksi dengan stimulasinya.
#
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) hlm. 123-124


C. Tekhnik Hukuman (Phunisment) dan Penghargaan (Reward)

a. Pengertian dan Fungsi dari Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punishment)

Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan. Dalam organisasi ada istilah insentif, yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau organisasi.

Fungsi Penghargaan
Ada tiga fungsi penting dari penghargaan yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
• Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi
• Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih
• Bersifat Universal

Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang berfungsi sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Jika aturan dan hukum dalam suatu organisasi tidak berjalan baik maka akan terjadi konflik kepentingan baik antar individu maupun antar organisasi.

Pada beberapa kondisi tertentu, penggunaan hukuman dapat lebih efektif untuk merubah perilaku pegawai, yaitu dengan mempertimbangkan: Waktu, Intensitas, Jadwal, Klarifikasi, dan Impersonalitas (tidak bersifat pribadi). 

Untuk mengembangkan suatu program pembelajaran yang baik, perlu menggunakan hukuman secara efektif.

Fungsi Hukuman
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
• Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan.
• Bersifat mendidik.
• Memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.³


b. Prinsip-prinsip Pemberian Hadiah dan Hukuman dalam Pendidikan

1.Prinsip pemberian hadiah

Dalam memberikan hadiah atau penghargaan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para pendidik. Diantaranya:

a. Penilaian didasarkan pada perilaku bukan pelaku

b. Pemberian hadiah atau penghargaan harus ada batasnya.
Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang digunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja. Manakala proses pembiasaannya dirasa cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri.

c. Dimusyawarahkan kesepakatannya
Setiap anak ditanya tentang hadiah yang diinginkannya, dan di sini kita dituntut untuk pandai dan sabar dalam mendialogkan hadiah tersebut dan bisa memberikan pengertian kepada anak bahwa tidak semua keinginan dapat terpenuhi.

d. Distandarkan pada proses bukan hasil.
Proses lebih penting daripada hasil. Proses pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan anak untuk hasil yang terbaik. Sedangkan hasil yang akan diperoleh nanti tidak bisa dijadikan patokan keberhasilannya.

2.Prinsip pemberian hukuman

Memberikan hukuman pada anak dalam pendidikan tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang menurut kehendak seseorang. Berikut adalah beberapa prinsip dalam memberikan hukuman:

a. Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman
Metode terbaik yang harus tetap diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan kepada anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan kesalahan-kesalahannya. Tetapi sebaliknya, kita memberikan pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut. Mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar.

b. Menghukum tanpa emosi.
Kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua dan pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi. Bahkan emosi itulah yang menjadi penyebab utama timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang menginginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tidak efektif.

c. Hukuman sudah disepakati
Mendialogkan peraturan dan hukuman dengan anak memiliki arti yang sangat besar bagi anak. Selain untuk kesiapan menerima hukuman ketika melanggar juga sebagai suatu pembelajaran untuk menghargai orang lain karena ia dihargai oleh orang tua.
d.Harus melalui beberapa tahapan, mulai dari yang teringan hingga jadi yang terberat.

c. Bentuk-bentuk Pemberian Hadiah dan Hukuman dalam Pendidikan

Ada Berbagai macam bentuk penghargaan atau hadiah yang dapat kita berikan, antara lain:
1.Komunikasi non verbal.
2.Imbalan materi/hadiah
3.Bentuk pengakuan
4.Perlakuan istimewa

Hukuman untuk pembinaan perilaku anak dapat diterapkan ke dalam empat bentuk, yaitu:
1. Hukuman fisik, misalnya: mencubit, menampar, memukul dengan rotan
2. Hukuman dengan kata- kata atau kalimat yang tidak menyenangkan, misalnya omelan, ancaman, kritikan, sindiran, cemoohan
3. Hukuman dengan stimulus fisik yang tidak menyenangkan, misalnya menuding, memelototi dan mencemberuti
4. Hukuman dalam bentuk kegiatan yang tidak menyenangkan, misalnya berdiri di depan kelas, dikeluarkan dari kelas, didudukkan di samping guru. ⁴

Menurut Ghuthrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respon.
Ghutrie berpendapat, bahwa hukuman itu tidak baik dan tidak buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah hukuman itu menyebabkan murid belajar atau tidak?⁵


D. Tekhnik Trial and Error untuk Penguatan Perilaku Positif

Trial and error merupakan salah stu cara untuk mendapatkani ilmu pengetahuan. Trial memiliki arti mencoba dan error artinya salah. Dalam mencari kebenaran untuk mendapatkan ilmu harus berusaha sekuat mungkin agar dapat mendapatkannya dengan maksimal. Tidak sedikit sedikit puas. Jika hanya sedikit sedikit puas nantinya yang didapat hanya kekecewaan karena ilmu yang sedikit terkadang dapat menjerumuskan si pemilik ilmu itu sendiri sebab pemahamannya kurang mendalam.

Metode mencoba dan salah ini seperti juga berlajar otodidak, yaitu belajar sendiri tanpa bantuan. Setiap kali berusaha belum tentu pasti akan berhasil. Oleh karena itu perlu mencoba dan mencoba kembali agar dapat menuju keberhasilan. Metode ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov yang berusaha mencari tahu bagaimana rekasi anjing bila lonceng dipuku. Ceritanya adalah si pemilik anjing ini melatih respon anjing bila diberi makan oleh majikannya. Pada tahap pertama si anjung hanya di bunyikan lonceng, anjing tersebut tidak merespon bunyi tersebut. Pada tahap ke dua, si majikan membunyikan lonceng dengan membawa potongan daging, hasilnya anjing datang mendekati majikannya. Pada tahap ke tiga, si majikan kembali membunyikan bel tanpa membawa daging akan tetapi respon yang dilakukan oleh si anjing itu hanya mengeluarkan air liur.

Trial and error selalu terjadi pada tingkat pemula. Dia tidak mengetahui caranya tapi berusaha untuk mengerti  dan bisa. Tapi menurut Mohammad Nazir dalam buku Metode Penelitian, ia mengatakan teori ini tidak tergolong kepada penelitian ilmiah, sebab percobaan-percobaab yang dilakukan tidak dilakukan secara sistematis dan terencana.  Metode ini tidak bisa disalahkan begitu saja mengingat metode ini sering kali dilakukan untuk membuat sesuatu yang baru. Misalnya saja saat ingin membuat masakan baru. Umumnya menciptakan suatu masakan itu perlu percobaan dan rekayasa, sebab untuk membuat masakan itu enak tidak cukup dengan sekali coba, perlu beberapa kali.

Kembali ke pencarian ilmu pengetahuan. Menurut pandangan saya, mencari ilmu pengetahuan itu seperti membuat masakan yang sudah ada resepnya tanpa tahu takarannya berapa karena ilmu itu terus berkembang, akan tetapi membuatnya tanpa arahan sipapun sehingga yang terjadi adalah perkiraaan benar atau salah. Jika salah maka harus di coba kembali sampai mendapatkan takaran yang pas.⁶


Ciri-ciri belajar dengan "trial and error" yaitu:

(1) ada motif pendorong aktivitas;
(2) ada berbagai respon terhadap situasi;
(3) ada eliminasi respon-reson yang gagal/salah; dan
(4) ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Dari penelitiannya itu, Thomdike menemukan hukum-hukum:

1) "Law of readiness"; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.

2) "Law of exercise"; makin banyak diperaktekkan atau digunakan hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan "reward."

3) "Law of effect"; bilamana terjadi hubungan emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semoga tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus-respon baru melalui "conditioning".

Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimuli bersyarat tanpa dibarengi stimuli tak bersyarat.
E.R. Guthrte (1886-1959) memperluas penemuan Watson tentang belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut "the law of association" yang berbunyi: suatu kombinasi stimuli yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimuli itu muncul kembali, dengan kata lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama Anda akan mengerjakan hal serupa lagi. Menurut Ghuthrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respon.

Ghutrie berpendapat, bahwa hukuman itu tidak baik dan tidak buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah hukuman itu menyebabkan murid belajar atau tidak?⁷

E. Penutup

Pembelajaran dan Pengajaran terkait pengelolaan kelas memang tidaklah mudah, dibutuhkan keakhlian tersendiri untuk membuat pembelajaran dalam kelas berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Pendekatan behavioristik ada sebagian dari berbagai pendekatan untuk mengetahui tingkah laku peserta didik, apabila sudah mengetahui tingkah laku peserta didik, maka akan semakin memudahkan pemprosesan pembelajaran.

Tekhnik Reward-Phunisment dan Trial and Error adalah beberapa tekhnik yang cukup baik kiranya untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran, disesuaikan dengan tingkah laku peserta didik.

Akhirnya, proses pembelajaran dan pengajaran diserahkan kepada proses kreatif para guru. Tekhnik yang ada ini, hanya merupakan penawaran dalam khazanah ilmu pengetahuan. demi tercapainya proses pengelolaan kelas sebagaimana diinginkan.



Daftar Pustaka


¹yulistahttp://lisayulista.blogspot.co.id/2012/01/teori-belajar-yang-dikemukakan-oleh.html?m=1 diakses pada 28 03 2016 06.13

²Bobbi DePotter dkk., Quantum Teaching, terj. Ary Nilandari, (Bandung: Kaifa Learning, 2014) hlm. 40

³http://ahmadcirebon.blogspot.co.id/2011/11/penghargaan-reward-dan-hukuman.html?m=1 (diakses pada, senin 28 mei 2016 05.56)

⁴http://makalah-listanti.blogspot.co.id/2012/01/hadiah-reward-dan-hukuman-punishment.html?m=1 diakases pada senin, 28 mei 2016 05.59

⁵Op. Cit., Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 125

⁶http://beawritersejati.blogspot.co.id/2013/06/trial-and-error.html?m=1 diakses senin, 28 03 2016 06.40

⁷Op. Cit., Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 124-125



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarekat Qadiriyah

Pendidikan Sosial