New York dalam Puisi
Oleh: Moh. Tamimi*
Judul: Tak Ada New York Hari Ini
Penulis: M Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, April 2016
Tebal: 118 halaman
ISBN: 978-602-03-2723-5
Puisi sebagai anak kandung kebudayaan mempunyai cara tersendiri dalam mengapresiasi sebuah perjalanan ruang dan waktu. Terkadang, hanya puisi yang mampu mewakili keadaan batin sang penyair. Tak ada lain kecuali puisi sedangkan gambar/ foto adalah pengabadian objek-objek yang selalu memantau menawarkan diri kepada camera dan seniman.
Hari ini, siapa yang tidak tahu New York, ibu kota Amerika Serikat, negara adidaya itu. Berbagai tawaran kehidupan tersedia di sana, yang mengundang imajinasi untuk terus berpacu. Seperti halnya M Aan Mansyur dalam mengapresiasi ibu kota tersebut lewat jalan puisi.
Terinspirasi dari film Ada Apa dengan Cinta 2, M Aan Mansyur menuangkan imajinasinya lewat puisi yang terkumpul dalam buku antologi puisi "Tidak Ada New York Hari ini" bersama Mo Riza yang mengabadikan objek-objek menawan di New York. Kolaborasi puisi dan foto-foto yang sungguh menawan.
M Aan Mansyur pada bait pertama dalam puisinya yang berjudul "Tidak Ada New York Hari Ini" menulis:
Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.
(hlm. 10)
sebatas pengetahuan saya (pen.), sang pujangga seolah ingin mengatakan, di dua baris awal, bahwa ia tidak benar-benar berada di New York, New York dalam puisinya hanya sebatas imajinasi, baru kemudian pada baris ke tiga dan ke empat ia memberikan penekanan dan pengokohan bahwa ia tetap berada di tempat ia tinggal, Indonesia.
Di sini, M Aan Mansyur menulis sebanyak tiga puluh satu sajak. Sisa halaman lainnya adalah hasil foto-foto Mo Riza.
Tidak ada yang tahu maksud dan tujuan puisi sebenarnya kecuali penulisnya sendiri, namun demikian, semakin banyak penafsiran terhadap suatu karya puisi berarti itu menunjukkan semakin berkualitasnya puisi tersebut.
Membaca puisi-puisi dalam buku ini, kita akan merasa berada jauh dari tanah ibu pertiwi. Berada jauh di benua Amerika Serikat dengan pernak-perniknya. Ditambah lagi dengan foto-foto yang mendampingi setiap bait-bait puisi, pikiran kita akan semakin melayang jauh berimajinasi.
Buku antologi ini patut diacungi dua jempol. Akan tetapi, untuk lebih mengetahui lebih lanjut makna yang tersirat dari setiap bait puisi, lebih baik kita menonton film AADC 2 tersebut karena puisi-puisi ini memang terilhami dari film itu. Selebihnya Wallahu a'lam.
*Peresensi adalah Mahasiswa Instika, Guluk-guluk, Sumenep, Madura.
Biodata Penulis
Moh. Tamimi lahir di Sumenep, 24 September 1995. Saat ini menempuh pendidikan di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Prodi Pendidikan Bahasa Arab. Tulisannya berupa puisi, resensi dan cerpen pernah dimuat di media massa: Koran Madura, Jogjakartanews.com, NU-Online, Kabar Madura, Rakyat Sumbar, dll.
Judul: Tak Ada New York Hari Ini
Penulis: M Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, April 2016
Tebal: 118 halaman
ISBN: 978-602-03-2723-5
Puisi sebagai anak kandung kebudayaan mempunyai cara tersendiri dalam mengapresiasi sebuah perjalanan ruang dan waktu. Terkadang, hanya puisi yang mampu mewakili keadaan batin sang penyair. Tak ada lain kecuali puisi sedangkan gambar/ foto adalah pengabadian objek-objek yang selalu memantau menawarkan diri kepada camera dan seniman.
Hari ini, siapa yang tidak tahu New York, ibu kota Amerika Serikat, negara adidaya itu. Berbagai tawaran kehidupan tersedia di sana, yang mengundang imajinasi untuk terus berpacu. Seperti halnya M Aan Mansyur dalam mengapresiasi ibu kota tersebut lewat jalan puisi.
Terinspirasi dari film Ada Apa dengan Cinta 2, M Aan Mansyur menuangkan imajinasinya lewat puisi yang terkumpul dalam buku antologi puisi "Tidak Ada New York Hari ini" bersama Mo Riza yang mengabadikan objek-objek menawan di New York. Kolaborasi puisi dan foto-foto yang sungguh menawan.
M Aan Mansyur pada bait pertama dalam puisinya yang berjudul "Tidak Ada New York Hari Ini" menulis:
Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.
(hlm. 10)
sebatas pengetahuan saya (pen.), sang pujangga seolah ingin mengatakan, di dua baris awal, bahwa ia tidak benar-benar berada di New York, New York dalam puisinya hanya sebatas imajinasi, baru kemudian pada baris ke tiga dan ke empat ia memberikan penekanan dan pengokohan bahwa ia tetap berada di tempat ia tinggal, Indonesia.
Di sini, M Aan Mansyur menulis sebanyak tiga puluh satu sajak. Sisa halaman lainnya adalah hasil foto-foto Mo Riza.
Tidak ada yang tahu maksud dan tujuan puisi sebenarnya kecuali penulisnya sendiri, namun demikian, semakin banyak penafsiran terhadap suatu karya puisi berarti itu menunjukkan semakin berkualitasnya puisi tersebut.
Membaca puisi-puisi dalam buku ini, kita akan merasa berada jauh dari tanah ibu pertiwi. Berada jauh di benua Amerika Serikat dengan pernak-perniknya. Ditambah lagi dengan foto-foto yang mendampingi setiap bait-bait puisi, pikiran kita akan semakin melayang jauh berimajinasi.
Buku antologi ini patut diacungi dua jempol. Akan tetapi, untuk lebih mengetahui lebih lanjut makna yang tersirat dari setiap bait puisi, lebih baik kita menonton film AADC 2 tersebut karena puisi-puisi ini memang terilhami dari film itu. Selebihnya Wallahu a'lam.
*Peresensi adalah Mahasiswa Instika, Guluk-guluk, Sumenep, Madura.
Biodata Penulis
Moh. Tamimi lahir di Sumenep, 24 September 1995. Saat ini menempuh pendidikan di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Prodi Pendidikan Bahasa Arab. Tulisannya berupa puisi, resensi dan cerpen pernah dimuat di media massa: Koran Madura, Jogjakartanews.com, NU-Online, Kabar Madura, Rakyat Sumbar, dll.
Komentar
Posting Komentar