Mengarungi Dunia Mistik Edgar Allan Poe
Oleh: Moh. Tamimi*
Judul: 7 Kisah Klasik
Penulis: Edgar Allan Poe
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, September 2015
Halaman: 204 Halaman
ISBN: 978-602-255-968-9
Dalam buku ini, anda akan menemukan cerita yang cukup panjang, tidak layaknya cerpen biasa yang ada di Indonesia karena dalam satu cerita ada yang sampai enam puluh halaman. Edgar Allan Poe akan membawa pembaca ke dunia mistik. Dunia secara khayali. Tidak akan terjadi di dunia realitas ini. Akan tetapi, pembaca akan menemukan khazanah kehidupan yang tidak ternilai harganya. Setelah membaca cerita-cerita dalam buku ini, kita akan lebih jauh mengintropeksi diri.
Di awal cerita, Edgar sudah menjelaskan secara gamblang bahwa ia akan mengisahkan kisahnya yang tidak masuk akal dan tidak mengharapkan kita untuk mempercayai kisahnya karena indranya sendiri menolak akan itu semua. Akan tetapi, ia berdalih bahwa ia bukanlah orang gila dan yakin tidak sedang berkhayal. (hlm. 9)
Pernyataan Edgar itu memang sangat sangsi dan penuh teka-teki. Kita mungkin akan bertanya-tanya, kalau bukan hal yang realis dan khayali apa namanya?
Pada bagian pertama dari tujuh cerita dalam buku ini, penulis asal Amerika Serikat ini memulai dengan cerita yang berjudul 'Kucing Hitam'. Ia mencerikan tentang dirinya—dalam cerita ini Edgar selalu menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama—menyukai banyak binatang peliharaaan. Ia banyak sekali ia memelihara binatang peliharaan, sampai suatu ketika, istrinya memberikannya seekor kucing hitam. Bulu kucing itu serba hitam, tidak sehelai pun bulunya yang berwarna lain selain hitam. Ia menyukai kucing itu, dan kucing hitam tersebut selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Keluar rumah pun, kucing hitam itu selalu mengikutinya. Bukan hanya dirinya yang menyayangi kucing hitam tersebut, istrinya juga menyayangi kucing itu, lebih-lebih karena kucing hitam itu kehilangan sebelah matanya. Rasa kasihan pun semakin memuncak di hati sang istri.
Kejadian itu, membuat sang tuan merasa iri kepada kucing itu dan menimbulkan rasa benci di hati sang tuan. Terkadang, sifat tokoh utama ini memang keras dan pengkonsumsi minuman keras.
Suatu ketika, kemarahnya kepada sang kucing membuncah. Ia mengambil kapak dan memenggal kepala kucing hitam itu. Sang kucing tewas seketika, bangkainya ia gantung di sebuah pohon di depan rumahnya.
Malam hari setelah peristiwa pembunuhan kucing itu, rumah Edgar sebagai tokoh utama mengalami kebakaran, yang tidak tau apa penyebabnya.
Misteri mulai tampak, ketika para tetangganya mengerumuni rumahnya di bagian kamarnya dulu yang tidak tersentuh api, tepatnya di bagian pembaringannya dan lebih mengejutkan lagi adalah, di situ terdapat bekas hitam menyerupai kucing. Sedangkan kucing yang ia gantung ke pohon di depan rumahnya sudah tidak ia dapati lagi.
Kehilangan bangkai kucing itu menjadi misteri tersendiri bagi sang tokoh utama. Ia merasakan rindu kepada kucing hitam itu dan ia merasa menyesal kerena telah membunuhnya.
Kerinduannya kian terobati ketika ia menemukan seekor kucing hitam yang sama persis dengan kucing yang telah ia tusuk sebelumnya dan ia namai Pluto itu. Kini, Pluto seolah hadir kembali keharibaannya. Awalnya, ia menyayangi kucing yang mirip Pluto itu, bukan hanya segi fisik, mata kucing itu juga buta sebelah sebagaiman Pluto dulu. Hanya saja yang membedakan ia dengan Pluto adalah di bagian lehernya terdapat beberapa helai bulu yang putih.
Sama seperti Pluto dulu, kucing ini juga selalu mengikuti tuannya, sehingga pada akhirnya sang tuan membencinya juga, karena sama seperti Pluto dulu, kucing itu telah berhasil mencuri perhatian sang istri dan membuat sang tuan benci terhadap kucing itu. Sang tuan selalu mengasari kucing itu, memukulnya, menendangnya dan selalu tidak melakukan kucing dengan baik. Istrinya, pada suatu kesempatan membela sang kucing, karena marah dan habis akal, sang tuan membunuh istrinya dengan kapak. Takut peristiwa pembunuhan itu tercium oleh orang lain, ia memutar otak. Bagaimana caranya supaya pembunuhan itu tidak ada yang mengetahui. Alhasil, ia menguburkan jasad istrinya di dalam tembok. Ia yakin, dengan cara orang-orang kuno mengubur mayat di dinding seperti itu, kedoknya tidak akan ketahuan. Susah payah ia melakukannya sendiri. Ia melakukan semua dengan rapi, dari saking rapinya, tidak akan ada yang mengetahui bawah tembok itu pernah di bongkar. Selanjutnya, ia mencari kucing hitam itu, untuk di bunuh juga, ia cari-cari tak kunjung ditemukan.
Beberapa pekan berlalu, kehilangan istrinya mulai tercium sampai ke kepolisian. Sang suami diduga pelaku pembunuhan tersebut. Polisi mengeledah seluruh isi rumah tersebut, dengan wajah santai dan tenang sang tuan rumah mempersilahkan dan ia juga menjelaskan bahwa dirinya tidak ada sangkut paut dengan pembunuhan istrinya.
Polisi percaya dengan perkataan sang tuan rumah, karena memang tidak ditemukan bukti apapun. Tentu saja sang tuan rumah, demi semakin meyakinkan para polisi ia memukul dinding dengan keras yang di dalamnya terdapat jasad istrinya. Tiba-tiba terdapat suara jeritan seorang wanita yang sangat nyaring, bersumber dari dinding itu. Hal itu, menimbulkan kecurigaan terhadap polisi. Alangkah terkejutnya sang tuan rumah ketika mendapati sang kucing hitam berdiri di atas jasad istrinya yang ia tidak sadari bahwa ia dahulu membunuh istrinya sekaligus kucingnya.
Itulah sebagian kisah mistis yang dipaparkan Edgar Allan Poe dalam buku ini dan masih terdapat enam cerita lagi yang tidak kalah menarik dengan cerita di atas. Salah satu yang lain, ada dalam ceritanya yang menggabungkan dunia mistis dengan sejarah peradaban manusia yang berjudul "Obrolan Bersama Sesosok Mumi".
Kumpulan kisah-kisah ini semakin menarik dibaca karena berhubungan dengan batin manusia dan kehidupan manusia pada umumnya. Selebihnya, selamat membaca.
Komentar
Posting Komentar