Sajak-Sajak tentang Madura
Carok dan Budaya
Pak, aku tidak mengerti mengapa carok dikatakan kekerasan, padahal carok adalah sebuah pertanggung jawaban. Istriku digoda, kuberani carok. Hartaku dirampas, kuberani carok. Harga diriku dilecehkan, kuberani carok. Agamaku dihina, kuberani carok. Aku berani berbuat dan berani bertanggung jawab.
Pak, aku tidak mengerti kenapa orang Madura ditakuti dan dikatakan keras, hanya karena berpakaian hitam, berkaos merah putih dan berikat kepala batik. Aku disuruh melestarikan budaya, ya begitu budayaku, celurit senjataku.
Aku cinta negeriku, maka aku bela negeriku.
Aku sayang tanah airku, maka aku lestarikan budayaku.
Sumenep, 15-12-15
Penyair Madura
D. Zawawi Imron
Menebas masa
Melukai asa
Dengan Celurit Emas
Abdul Hadi WM.
Mencari Tuhan
Mengenali Hakikat
Melalui Sastra Sufistik
M. Faizi
Memaknai kata
Merajut cinta
Bersama Permaisuri Malamnya
Sofyan RH. Zaid
Menghadang kenistaan
Menggalang kebijaksanaan
Berbekal Pagar Kenabian
Dari Madura
Tergores syair-syair Nusantara
Sumenep, 181215 15:36
Madura
Saat ingin berpisah
Aku tak mau
Tetap ingin bersatu
Semakin banyak lubang
Semakin banyak tikus bersarang
Sumenep, 14-12-15
Pantai Madura
Di Sumenep
Terbentang pantai Lombang
Pasir luas, putih nan halus
Menggambarkan:
Keluasan pemikiran, kebersihan jiwa, kehalusan budaya dan bahasa
"Enja', iye. Engghi, Enten. Engghi, Bhunten"
Terbentang Pantai Slopeng
Tumbuh tinggi nyiur hijau
Setinggi cita-cita
Untuk berhaji dan bersyair
Terbentang Pantai Talang Siring
Berdiri tegak karang di Lautan
Menghadang gelombang
Menantang mentari
Sekeras karang
Berjuang jalani kehidupan
Bertahan membela harga diri
"Lebih baik putih tulang daripada putih mata"
Sumenep, 14-12-15
Potre Koning
Dari Madura
Kuperkenalkan putri kraton Songenep
Ber-wangsa Satria
Bermimpi bersetubuh
Dengan Adi Poday
Di awang-awang
Hamil nyata dan lahirlah Jokotole?
Tahukah engkau?
Wangsa Satria dan Sudra tidak boleh bersatu
Bukankah begitu?
Begitulah sang Putri
Yang juga tersusun dari tulang belulang, dibalut daging, dialiri darah
Cinta telah menguasainya
Kepada pemuda Sudra, kutak tau namanya
Sumenep, 14 Desember 2015 12:39
Perempuan Madura
Perempuan Madura
Tak pernah menyuarakan kesetaraan gender
Tak pernah menjadi kaum Holippi De Jujes
Walau
Lahan menghiasi
Sawah membanjiri
Ternak menemani
Pohon-pohon mengadili
;Kehidupan mereka
Perempuan Madura
Tak pernah mengeluh
Hanya karena materi
Hanya karena nasi
Hanya karena janji
Lahan tempat bertaruh
Sawah tempat berpijak
Ternak tempat mengadu
Pohon tempat berlabuh
Materi bisa dicari
Nasi bisa dicari
Janji tetap ditepati
Perempuan Madura
Perempuan Indonesia
Perempuan hebat
Sumenep, 18-12-15 14:32
Tentangmu Madura
Tentangmu Madura
Kuteringat Pangeran Arya Wiraraja, Pangeran Dipenogoro
Lari ke Madura
Arya Wiraraja kecewa Singasari
Dipenogoro kecewa penjajah Belanda
Tentangmu Madura
Kuteringat kerapan sapi
Diiringi Saronen
Mengalun ke udara
Menebar semangat
Madura
Jejak penghunimu tak pernah lepas berlogat
Bahasa menjadi jalan terakhir
Mereka terbirit-birit mendengar
Takut, resah, gelisah dan cemas pada celuritmu
Engkau Madura
Pulau kebanggaan
Kebanggaan menjadi bagian Indonesia
Sumenep, 18-12-15 20:54
Masjid Jami' Sumenep
Suara rindu kedamaian
Terlantun selalu dalam pendengaran
Tempat toleran
Dari semua keberagaman
Masjid Jami' Sumenep
Sejarah peninggalan
Peradaban dan kejayaan
Tak pernah lekang dari ingatan
Tentang bahasa persatuan
Sumenep, 181215 20.32
Sumenep
Sumenep kotaku
Aneka hasil bumi tumbuh subur
Padi, jagung, keledai, kacang hijau, tembakau, kacang tanah
Sawah terbentang luas
Tak seluas daun tembakau
Sayang, tanahku tak lagi kuning dengan padi
Tak lagi hijau dengan tembakau
Sawahku ditanami rumah-rumah, perumahan, bahkan kantor pengadilan
Sumenep kotaku
Terkenal kota bersih
Sebersih hati penyair
Sumenep, 18-12-15 20:24
Asta Tinggi
Bersemayam para raja
Menghadap Tuhan
Berbaring dalam kegelapan
Melakukan pertanggung jawaban
Para penguasa
Tak lagi kuasa
Atas tanah sekepal di dada
Berbanjar mengaharap doa
Doa-doa penziarah di ujung masa
Silih berganti
Dari waktu ke waktu
Dalam kuburan
Tak ada kemewahan keraton
Tak ada abdi dhalem
Tak ada dusta dan kekuasaan
Asta tinggi
Religi mengingat kematian
Lebur dalam ingatan
Sumenep, 19122015 06.59
Pak, aku tidak mengerti mengapa carok dikatakan kekerasan, padahal carok adalah sebuah pertanggung jawaban. Istriku digoda, kuberani carok. Hartaku dirampas, kuberani carok. Harga diriku dilecehkan, kuberani carok. Agamaku dihina, kuberani carok. Aku berani berbuat dan berani bertanggung jawab.
Pak, aku tidak mengerti kenapa orang Madura ditakuti dan dikatakan keras, hanya karena berpakaian hitam, berkaos merah putih dan berikat kepala batik. Aku disuruh melestarikan budaya, ya begitu budayaku, celurit senjataku.
Aku cinta negeriku, maka aku bela negeriku.
Aku sayang tanah airku, maka aku lestarikan budayaku.
Sumenep, 15-12-15
Penyair Madura
D. Zawawi Imron
Menebas masa
Melukai asa
Dengan Celurit Emas
Abdul Hadi WM.
Mencari Tuhan
Mengenali Hakikat
Melalui Sastra Sufistik
M. Faizi
Memaknai kata
Merajut cinta
Bersama Permaisuri Malamnya
Sofyan RH. Zaid
Menghadang kenistaan
Menggalang kebijaksanaan
Berbekal Pagar Kenabian
Dari Madura
Tergores syair-syair Nusantara
Sumenep, 181215 15:36
Madura
Saat ingin berpisah
Aku tak mau
Tetap ingin bersatu
Semakin banyak lubang
Semakin banyak tikus bersarang
Sumenep, 14-12-15
Pantai Madura
Di Sumenep
Terbentang pantai Lombang
Pasir luas, putih nan halus
Menggambarkan:
Keluasan pemikiran, kebersihan jiwa, kehalusan budaya dan bahasa
"Enja', iye. Engghi, Enten. Engghi, Bhunten"
Terbentang Pantai Slopeng
Tumbuh tinggi nyiur hijau
Setinggi cita-cita
Untuk berhaji dan bersyair
Terbentang Pantai Talang Siring
Berdiri tegak karang di Lautan
Menghadang gelombang
Menantang mentari
Sekeras karang
Berjuang jalani kehidupan
Bertahan membela harga diri
"Lebih baik putih tulang daripada putih mata"
Sumenep, 14-12-15
Potre Koning
Dari Madura
Kuperkenalkan putri kraton Songenep
Ber-wangsa Satria
Bermimpi bersetubuh
Dengan Adi Poday
Di awang-awang
Hamil nyata dan lahirlah Jokotole?
Tahukah engkau?
Wangsa Satria dan Sudra tidak boleh bersatu
Bukankah begitu?
Begitulah sang Putri
Yang juga tersusun dari tulang belulang, dibalut daging, dialiri darah
Cinta telah menguasainya
Kepada pemuda Sudra, kutak tau namanya
Sumenep, 14 Desember 2015 12:39
Perempuan Madura
Perempuan Madura
Tak pernah menyuarakan kesetaraan gender
Tak pernah menjadi kaum Holippi De Jujes
Walau
Lahan menghiasi
Sawah membanjiri
Ternak menemani
Pohon-pohon mengadili
;Kehidupan mereka
Perempuan Madura
Tak pernah mengeluh
Hanya karena materi
Hanya karena nasi
Hanya karena janji
Lahan tempat bertaruh
Sawah tempat berpijak
Ternak tempat mengadu
Pohon tempat berlabuh
Materi bisa dicari
Nasi bisa dicari
Janji tetap ditepati
Perempuan Madura
Perempuan Indonesia
Perempuan hebat
Sumenep, 18-12-15 14:32
Tentangmu Madura
Tentangmu Madura
Kuteringat Pangeran Arya Wiraraja, Pangeran Dipenogoro
Lari ke Madura
Arya Wiraraja kecewa Singasari
Dipenogoro kecewa penjajah Belanda
Tentangmu Madura
Kuteringat kerapan sapi
Diiringi Saronen
Mengalun ke udara
Menebar semangat
Madura
Jejak penghunimu tak pernah lepas berlogat
Bahasa menjadi jalan terakhir
Mereka terbirit-birit mendengar
Takut, resah, gelisah dan cemas pada celuritmu
Engkau Madura
Pulau kebanggaan
Kebanggaan menjadi bagian Indonesia
Sumenep, 18-12-15 20:54
Masjid Jami' Sumenep
Suara rindu kedamaian
Terlantun selalu dalam pendengaran
Tempat toleran
Dari semua keberagaman
Masjid Jami' Sumenep
Sejarah peninggalan
Peradaban dan kejayaan
Tak pernah lekang dari ingatan
Tentang bahasa persatuan
Sumenep, 181215 20.32
Sumenep
Sumenep kotaku
Aneka hasil bumi tumbuh subur
Padi, jagung, keledai, kacang hijau, tembakau, kacang tanah
Sawah terbentang luas
Tak seluas daun tembakau
Sayang, tanahku tak lagi kuning dengan padi
Tak lagi hijau dengan tembakau
Sawahku ditanami rumah-rumah, perumahan, bahkan kantor pengadilan
Sumenep kotaku
Terkenal kota bersih
Sebersih hati penyair
Sumenep, 18-12-15 20:24
Asta Tinggi
Bersemayam para raja
Menghadap Tuhan
Berbaring dalam kegelapan
Melakukan pertanggung jawaban
Para penguasa
Tak lagi kuasa
Atas tanah sekepal di dada
Berbanjar mengaharap doa
Doa-doa penziarah di ujung masa
Silih berganti
Dari waktu ke waktu
Dalam kuburan
Tak ada kemewahan keraton
Tak ada abdi dhalem
Tak ada dusta dan kekuasaan
Asta tinggi
Religi mengingat kematian
Lebur dalam ingatan
Sumenep, 19122015 06.59
Mantap
BalasHapus