Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Rindu

Kekasih, aku ingin menuntaskan rinduku padamu tapi tak tahu caranya. Rindu yang tak berwujud itu tak mau menjawab pertanyaanku tentang dirinya. Ia berupa kesunyian yang tak sembarang orang bisa memecahkannya. Kasihku, tahukah engkau pada rindu yang terus menerus menembus dadaku itu? Kucoba paksa ia mewujudkan diri, kupaksa ia mewujud dengan nyanyian-nyanyian. Kudengar dan kubaca lirik lagu ini. Ingin aku terus melantunkannya untuk mengusir sepi yang sejatinya adalah rindu. Arti cinta yang sesungguhnya  'Kan kau dapat dari diriku Meski aku bukanlah lelaki  Yang kau impi-impikan Bukan kata apalagi harta  Tubuh-jiwa pasti untukmu  Yang kupunya sejuta cinta  Yang 'kan membuatamu bahagia  Karena kutahu  Yang kau butuh hanya cinta Selama jantungku masih berdetak  Selama itu pula engkau milikku  Selama darahku masih mengalir  Cintaku pasti tak ‘kan pernah berakhir Segalanya bisa kau punya  Tapi apa arti hidupmu  Tanpa cinta di dalam h...

Sakit

Hai Sri Apakah keadaanmu baik-baik saja, kekasihku? Keadaanku baik-baik saja selagi kamu masih mencintaiku, selagi kamu dalam keadaan baik, paling tidak pikiranku tenang.  Tiga hari terakhir aku sedikit meriang dan leher tidak bisa menoleh dengan sempurna, nyeri. Akan tetapi, sekarang sudah mendingan, tidak senyeri tiga hari yang lalu. Kita harus jaga diri baik-baik, apalagi sekarang masa pandemi, masa pancaroba lagi. Di peralihan musim, biasa rawan penyakit. Kamu tahu, ini karena cuaca tak menentu.  Sri, aku tidak begitu tahu bagaimana kabarmu kini.  Hanya saja, jika kamu kurang sehat saat ini, saya hanya bisa mendoakan semoga kamu lekas sembuh. Ini hanya perasaanku. Semoga kamu dalam keadaan sehat wal ‘afiat, sehat jiwa, sehat raga, sehat pikiran, tenteram selalu. Mamaku juga kurang sehat, beliau sering kedinginan. Lagi, beberapa hari yang lalu, mama periksa mata (kontrol setelah operasi mata), tapi penglihatan beliau masih tidak ada peningkatan,  tetap sedikit rab...

Moral

Hai, Sri. Hari ini saya kesal sekali. Dua episode serial drama Mandarin yang kutonton dihapus negara. Di You Tube, episode 48 dan 49, drama itu dihapus. Sekali lagi, dihapus negara. Saya tidak mengerti, mengapa negara mengontrol ruang privat seperti ini. Apa alasannya? Moral? Atau itu bakal bikin ancaman pada negara karena bagian itu adalah perang antar kerajaan? Satu kerajaan menindas, satunya lagi memperjuangkan keadilan? Sri, adilkah ini untuk rakyat dalam sebuah negara yang “superior” ini, ia yang mengontrol segalanya. Urusannya sendiri tidak becus.  Standar moral seperti apa yang digunakan oleh negara? *** Bagian pertama tulisan ini ditulis pada  5 November. Sekarang 10 November. Saya sudah mendapatkan potongan seri filmnya. Ada di sebuah situs, bukan youtube, yang saya dapatkan di sebuah komentar akun youtube. Ternyata, bukan hanya saya yang memburu dua seri itu. Sayangnya, dua seri itu dipecah-pecah, satu seri dipecah tiga.  Sudah, itu saja ya Sri. Saya mau nonton ...

Luka

Hai, Sri. temanmu sedang luka. Apa yang bisa kita bantu untuk temanmu ini. Sebaiknya kita membantunya dengan sebaik-baik bantuan. Aku, kamu, dan dia pernah merasakan luka bukan? Seperti kata Joko Pinurbo, “Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma.”* Ada dua macam luka, luka raga dan luka batin. Ada banyak cara mengekspresikan luka, salah satunya menangis. Ada banyak cara dalam menangis, salah satunya menahan air mata. Ada banyak cara menahan air mata, salah satunya menertawakan kesedihan. Ada banyak cara menertawakan kesedihan, salah satunya aku tak tahu. “Seandainya cinta ini tak pernah terjadi, tak ‘kan ada air mata dan hati perih terluka,” kata Ari Lasso.** Sri, aku tidak tahu menyembuhkan luka perempuan. Mungkin kamu tahu, Sri. Bagiku, tidak ada orang yang bisa menyembuhkan luka orang lain. Hanya ia yang bisa menyembuhkan lukanya sendiri. Temanmu adalah seorang magister. Jika ia luka dan harus menangis, semestinya menangis secara intelek. Ia hendaknya menganalisis tangisnya s...

Eureka Jamala

Hai putriku, Eureka Jamala. Puji syukur alhamdulillah kamu dilahirkan dengan selamat dan sehat. Bapak senang sekali akan kehadirannu, anak kedua bapak yang bapak cintai dan akan selalu bapak cintai. Apakah kamu senang saya menjadi bapakmu? Eureka, bapak senang kamu terlahir perempuan. Semoga kamu bisa menjalani kehidupanmu dengan baik. Bapak tidak tahu, bagaimana kehidupanmu di masa mendatang, seperti apa zamanmu. Saat bapak tulis ini untukmu, masih tidak sedikit perempuan mengalami persekusi, penomorduaan perempuan masih berlangsung. Semoga di zamanmu hidup, kamu bisa menikmati kemerdekaan sebagai seorang perempuan. Bukan hanya kamu, tetapi semua perempuan.  Eureka, jika suatu hari kamu dan perempuan semasamu masih mengalami persekusi, kamu boleh melawan. Lawanlah, anakku! Lawanlah sepantas kamu mampu melawan. Jika bapak mengkhayal kamu menjadi perempuan mulia dan dimuliakan seumpama Aisyah, Maryam, Asiyah, atau Khatijah, mungkin selamanya bapak hanya akan terus mengkhayal. Kamu t...

Nasehat untuk Eureka

Eureka, anakku. Selamat datang di dunia, tempat di mana kita tidak bisa hidup dengan netral. Dunia ini penuh dengan pilihan-pilihan anakku. Jalanilah hidupmu sebaik mungkin. Pilihlah yang terbaik menurut kehendak hatimu. Iringlah hatimu dengan akalmu dan iringlah akalmu dengan hatimu. Aku senang kamu diperkenankan hadir di dunia ini oleh Sang Pencipta, dari rahim ibumu, istriku. Kunamai kamu Eureka Tamaam. Eureka diambil dari bahasa Yunani yang berarti “Aku telah menemukannya.” Kata itu menjadi kesohor karena diucapkan oleh Archimedes saat berendam dalam bak mandi. Saat itu ia menyadari bahwa volume air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya. Sedangkan “Tamaam" berasal dari Bahasa Arab yang artinya “kesempurnaan.”  Arti namamu adalah “Aku telah menemukan kesempurnaan.” Semoga engkau menjadi intelektual yang selalu dirahmati Allah anakku. Itulah keinginan terbesar ayahmu ini. Akan tetapi, saya tidak melarang/memaksa untuk menjadi apapun. Jadilah apapun yang kamu mampu,...

Saubi

Hai, Sri Awal Agustus saya ke Saubi.  Saya selalu ingat kamu di tengah perjalanan. Kamu adalah salah satu alasan saya untuk pulang. Ingin saya bawakan seikat bunga. Bunga apa yang ingin kamu terima dari saya? Saya suka mawar merah. Di Saubi saya tidak melihat setangkai pun mawar. Rabu, 5 Agustus, saya sampai Saubi. Waktu itu matahari telah tergelincir ke arah barat. Saya buta arah di sana. Aku tak lupa dimana kamu berada.  Saya sedikit waswas Sri saat akan menginjakkan kakiku di sana. Malam hari sebelum kedatangan saya, di sana terjadi sebuah pembunuhan. Seorang kakek yang ditusuk dalam perahu. Ada tujuh tusukan di tubuhnya, salah satunya tepat bersarang di tenggorokannya. Sekilas saya melihat fotonya, seonggok mayat itu bersimbah darah, posisinya membungkuk ke kiri, di dekatnya terdapat satu bal rokok. Saya merasa ngeri melihatnya. Berhari-hari saya tidak keluar rumah, kecuali ke tepi pantai untuk mencari sinyal sekaligus menikmati desiran angin laut. Saya bingung harus bagai...

Pergi ke Pulau

Hai, Sri. Bagaimana keadaanmu sekarang? Keadaan saya mulai membaik. Saat saya ketik surat ini untukmu, saya tengah mendengarkan lagi Sweet Victory yang dilantunkan oleh David Glen, dilanjut A Thousen Years gubahan Christina Perri. Lagu terakhir ini kesukaanmu bukan! Sri, awal bulan Agustus saya pergi ke beberapa pulau di di Kepulauan Kangean: Pulau Saobi, Bungin Nyarat, dan Sapapan. Perjalanan ke sana lebih dua kali ke Surabaya lamanya. Awalnya saya ingin ikut Kapal Bahari Express supaya cepat sampai, waktu tempuhnya hanya empat jam. Hanya saja waktu itu kapal itu tidak beroperasi karena prediksi ada ombak besar. Kata orang-orang di pelabuhan, Agustus adalah awal musim ombak besar. Terpaksa saya harus menginap di pelabuhan. Ibu saya bilang, “Kalau sudah berangkat jangan pulang.”  Senin pagi saya sudah sampai di Kalianget, karena kata seorang pegawai syahbandar yang saya kenal, kapal Express akan berangkat jam 08. 00 WIB. Selesai subuh saya berangkat ke pelabuhan. Saya ngebut, hanya...

Elegan

Hai, Sri Aku ingin mencintaimu dengan elegan, dengan bersahaja. Aku tidak bisa mencintaimu dengan sederhana. Aku tidak tahu tolok ukur cinta yang sederhana. Aku tidak lagi mau mecintaimu dengan metafora-metafora yang tak perlu masuk dalam pikiranmu. Kamu terlalu berharga untuk disuguhi kata-kata klise, ungkapan cinta yang sama sekali tidak realistis. Apalagi kata yang tidak mampu dipertanggungjawabkan. Kamu tidak suka melihatku lebay padamu bukan!  Aku adalah cinta yang pernah kecewa tapi aku tidak mau mengecewakan orang lain. Apabila ada orang lain harus pupus karena aku memilih untuk mencintaimu, semoga lukanya lekas sembuh. Semoga ia bisa mendapatkan cinta yang mampu merawat lukanya, menjaganya dari luka yang lain.  Sri, mungkin saat ini kita tidak perlu sering saling bertutur sapa. Cukup aku tahu kabarmu dan kamu tahu kabarku. Kita akan senantiasa selalu dekat, tanpa sekat kata-kata. Meski kita terbatas untuk saling mengungkapkan rasa, kepercayaan yang senantiasa kita rawa...

Timur Tengah

Hai, Sri Kemarin saya bertamu ke rumah teman saya, Musfiqur Rahman, di Ganding. Kami banyak membicarakan tentang isu-isu Timur Tengah. Dia mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Kajian Timur Tengah. Ada tiga tokoh besar yang mengilhami revolusi Timur Tengah. Sayyid Kutub dari Mesir, al-Maudludi dari Pakistan, dan Ayatullah Khomeini dari Iran. Setahu saya mereka adalah orang-orang yang memahami Islam secara revolusioner sehingga mengilhami terjadinya revolusi di negaranya. Di Indonesia banyak orang-orang yang mengkaji pemikirannya, bahkan mungkin pengikutnya. Pemikirannya banyak “berkeliaran” di berbagai perguruan tinggi. Hanya saja, yang menjadi persoalan bagi saya, mengapa para “pengikut” mereka di Indonesia cenderung radikal, fundamentalis. Saya benar-benar tidak mengerti, Sri, orang-orang ini selalu menyerukan Islam Kaffah, kembali ke al-Qur’an dan Hadits, lalu dibumbui tentang kejayaan imperium Islam di masa lalu, utamanya Dinasti Abbasiyah masa pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid da...

Bakar Ikan

Hai, Sri Sri, bakar ikan dan makan ikan bakar ramai-ramai adalah salah satu cita-citaku. Cita-cita tak harus tinggi, menjadi pilot misalnya. Mungkin cita-citaku yang ini kamu anggap terlalu mudah, suatu hal remeh yang bisa dilakukan kapan saja. Cita-cita tertinggiku di dunia ini adalah hidup bersamamu hingga akhir hayat. Saya melakukan bakar ikan bersama selama ini hanya dua kali. Pertama kali sudah bertahun-tahun lalu, mungkin tiga atau dua tahun lalu. Aku lupa. Kedua kalinya aku melakukannya kemarin (28/6/20) di Ambunten, di rumah Rahman bersama teman-teman angkatan organisasi.  Aku beberapa kali gagal untuk bakar ikan bersama dengan teman-temanku, ada saja alasan. Aku senang sekali. Ada banyak teman, makan ramai-ramai. Rahman baru saja datang dari batang, kami diundang ke rumahnya. Ia telah menyiapkan delapan ekor ikan tongkol sepanjang lengan sikuku tapi jauh lebih gemuk. Capek mengipas bara dan bau asap arang seolah tidak ada apa-apanya bagiku. Kegembiraan ini tidak sebanding ...

Pelabuhan

Hai, Sri Perjalananku dua minggu lalu di Pasongsongan berakhir di pelabuhan. Aku senang sekali berada di tepi laut, di pantai, atau di pelabuhan. Akan tetapi, lebih daripada itu, aku lebih suka berlabuh di hatimu.  Semoga kamu menjadi tempat pelabuhan terakhirku dan semoga aku menjadi tempat pelabuhan terakhirmu, Sri. Saat ini, tidak ada yang bisa kukatakan padamu, kecuali semoga kita tetap bertahan dalam doa. Di pelabuhan itu, aku teringat dirimu, tapi jahatnya aku, aku foto dengan perempuan lain. Mereka adalah teman-temanku dan mungkin juga teman-temanmu. Pelabuhan itu, Pelabuhan Pasean namanya. Aku tidak pernah berkunjung ke pelabuhan itu sebelumnya. Tidak seperti Pelabuhan Kalianget, pelabuhan itu tidak ramai, tidak ada kapal-kapal besar berlabuh di sana, tetapi banyak perahu nelayan.  Aku pernah mendengar kabar, pelabuhan itu nantinya akan menjadi pelabuhan penting di wilayah pantai utara, sebuah proyek besar-besaran, poros maritim baru. Aku tidak tahu lebih lanjut, namun...

Pentol

Hai, Sri Apa kabar kamu di sana? Sekarang pikiran saya sedang mumet, tidak tahu kenapa dan tidak tahu pula mau apa. Saya hanya ingin makan pentol sampai kenyang. Akan tetapi, makan pentol sendiri serasa kurang nikmat. Aku sudah banyak makan pentol di berbagai tempat, mungkin sudah puluhan tempat, mulai dari pedagang pentol di sekolah sampai di pasaran. Dari berbagai pentol yang pernah saya makan dari berbagai tempat, pentol yang rasanya masih membekas di khayalan adalah Pentol Ghape’ di Pasongsongan. Saya tidak membeli pentol itu. Waktu itu saya dari rumah Atho, lanjut bertamu ke rumah Ria di Pasongsongan. Saya tidak tahu siapa Ria, saya hanya mengikuti teman-teman. Di sana, kami disuguhi Pentol Ghape’ dan Pattek (aku lupa namanya untuk yang ini). Saya pertama kali makan pentol seperti itu, baunya harum bawang daun, sepertinya juga ada aroma ikannya. Bentuknya bundar dan pipih, tipis. Saat dimakan, disobek-sobek, dilipat, dicelupkan ke sambal bening. Saya tidak begitu tahu sambal itu t...

Tunangan

Hai, Sri Beberapa hari yang lalu di desa saya geger acara tunangan besar-besaran. Ada sekitar tujuh puluh orang yang datang dari pihak laki-laki ke pihak perempuan, ada seratus lebih orang dari pihak perempuan ke pihak laki-laki (ada 30 mobil rombongan). Harga satu kue dari pihak perempuan ada yang seharga 1,5 juta. Uang yang dikasih pihak laki-laki ke pihak perempuan sebanyak 40 juta (uang ini semacam untuk membeli semua bawaan ‘main’ dari pihak perempuan). Sepanjang hidup saya, ini adalah acara tunangan terbesar. Mereka berdua sama-sama anak kepala desa. Saya melihat sekilas video yang beredar, kuenya diletakkan dalam kaca. Kabarnya, kue itu setinggi setengah meter, susun tiga seperti sebuah menara. Sebenarnya saya tidak begitu peduli tentang acara tunangan itu. Saya ingin tahu lebih lanjut, bagaimana perasaan keduanya. Ada kabar burung, salah satu dua sejoli itu awalnya tidak mau. Saya tidak mengerti, sebenarnya apa yang mereka rayakan, siapa yang menginginkan seperti itu? Sri, sean...

Makan Besar

Hai, Sri Makan besar adalah tajuk silaturrahim kami. Royzi Takaya yang membuat tajuk itu. Atho’ bilang, kami akan makan ikan. Saya senang sekali, saya suka ikan. Sebelum berangkat, jajaran ikan bakar selebar telapak tangan sudah tergambar jelas dalam angan-angan saya. Sekali lagi, saya suka sekali ikan. Saya juga suka sayuran. Saya tidak begitu suka daging ayam dan daging sapi, bukan tidak mau. Seandainya saya dihadapkan dua pilihan, saya tidak perlu pikir panjang untuk memilih ikan.   Di ruang tamu rumah Atho’ (saya pikir itu rumah bibinya), kami ngobrol berbagai hal. Saya tidak bisa ikut ngobrol terlalu banyak karena diliputi rasa grogi ketika di dekat perempuan yang baru saya kenal. Saya menunggu makan besar itu segera tiba.  “Ayo makan, makan, makan!” Mendengar perkataan itu saya langsung semangat, yang ditunggu-tunggu telah tiba. Saya termasuk orang pertama yang mengambil makanan. Helmi paling pertama, ia lebih gesit dari saya. Mata saya langsung tertuju ke tiga ikan pang...

Cadar

Hai, Sri Ketika saya silaturrahim ke rumah Atho’ dengan teman-teman angkatan organisasi, saya melihat dua teman saya menggunakan cadar warna hitam, satu menggunakan kacamata, satunya lagi tidak.  Saya kenal salah seorang mereka. Saya bisa kenal dari suaranya. Perempuan yang berkacamata lebih pendek dan lebih kurus. Saya duga, waktu itu saya belum pernah bertemu dengannya. Sampai saat ini saya tidak tahu siapa nama lengkapnya.  Saat melihat perempuan bercadar, penglihatan saya selalu tertuju ke matanya. Itu satu-satunya pintu semesta yang bisa kulihat darinya. Saya seperti melihat semesta ketika melihat mata seseorang, seolah-olah saya bisa memahami seseorang ketika melihat matanya. Saya memaknai cadar adalah budaya yang disyariatkan. Aku biasa saja ketika melihat seorang bercadar. Bagi saya, cadar bukan satu-satunya yang menandakan bahwa ia adalah seorang yang bertakwa sepenuhnya kepada Allah. Akan tetapi, mungkin itu adalah ikhtiar mereka untuk bisa semakin dekat kepada-Nya. ...

Ambisi

Hai, Sri Beberapa hari lalu saya pergi ke rumah teman, Athoillah, di Desa Soddara, Pasongsongan. Saat itu kondisi saya kurang sehat, untung saja ada Helmi yang bersedia menyetir motor saya. Ia orang Telaga, Kecamatan Ganding.  Ada banyak teman yang akan pergi ke Soddara, kami seangkatan dalam organisasi. Motorku Smash 110 cc produksi tahun 2006. Sudah lama ia bersama saya, sejak tahun 2015 kalau tidak salah. Duka cita sudah saya lalui dengan motor itu. Hari itu, saat sampai di “Lorong Anyar”—sebuah nama jalan di Kecamatan Ganding—kami berdua berhenti menunggu Faika dan temannya. Ia juga mau ke sana. Di utara jalan tempat kami berhenti, saya melihat sebuah mesin pompa angin. Melihat pompa itu sembari menunggu saya pikir tidak butuh lama untuk memperbaiki rantai motor saya yang kendor dan rem belakang yang bermasalah. Saat jalan, motor saya bunyi “klettek klettek” karena benturan antara rantai dan arm selalu terdengar. Saya usulkan itu ke Helmi, ia setuju.  Mengingat pahit-manis...

Silaturrahim ke Pasongsongan

Minggu, 14 Juni 2020, aku pergi ke Pasongsongan, ke seorang sahabat yang beralih status menjadi teman. Aku masih menjemput temanku di Telaga, Ganding. Ia yang akan nyetir motorku nanti. Bukan karena ia sopirku, tetapi karena aku kurang sehat.  Beberapa hari sebelumnya aku sakit perut, perih, sakitnya dekat hati, tapi bukan sakit hati. Pagi itu saja, sebelum berangkat aku masih muntah-muntah di kamar mandi. “Sopirku” Helmi namanya. Meskipun sekarang statusnya teman, kita nyaris memimpin pasukan kavaleri untuk konfrontasi, untungnya masih bisa berdamai sebelum perang besar terjadi. Si Paiq, cewek yang tidak mau saya deskripsikan seperti apa dia, katanya akan menunggu di “Lorong Anyar.” Aku tidak tahu dimana itu, pokoknya aku percaya saja pada supir. Di tempat yang dijanjikan, ia masih belum datang.  Aku melihat mesin kompresor di utara jalan, saya pikir itu bengkel atau paling tidak punya stang, linggis, dan alat-alat pembuka baut. Aku tidak pegang uang sama sekali, dompet saya ...

Menyembuhkan Luka, Menuntaskan Rindu

“Tak ada luka yang lebih sederhana,” begitulah petikan puisi Moh. Fauzi. Masih ada luka yang mendera dadaku, masih ada rindu yang belum kutuntaskan. Aku simpan sendiri luka dan rindu itu. Tak ada yang tahu, tak ada yang mau tahu. Satu-satunya penawar luka dan rindu itu adalah temu.  Siang menjelang sore, aku baru saja menjual kacang hijau ke pengepul. Aku belum mandi. Paket koutaku baru diisi. Ada sebuah panggilan via WhatsApp dari temanku. Ia bilang, sahabat-sahabat seperjuangan sudah berkumpul di Cafee. Aku diminta untuk segera berangkat ke sana.  “Tapi aku masih belum mandi.” “Sudah, gak usah mandi.” Aku langsung mengambil jaket, cari kunci motor, langsung berangkat tanpa pikir panjang. Aku ngebut. Motorku hanya 110 cc, gas full-pun serasa tidak berjalan, aku ingin sampai sekejap mata. Pikiranku sudah sampai. Teman-temanku sudah berkumpul, minuman sudah tersedia di meja mereka. Aku langsung memesannya. Quraisy baru datang memesan minuman. Aku memesan kopi jahe, salah satu m...

Pesan Bi 2

Hai, Bi Bagaimana kabarmu saat ini? Kamu baik-baik saja kan di sana. Kamu pasti bertanya, “tumben tanya kabar?” Jawabnya, “karena aku ingin tahu kabarmu. Dah, itu saja.” Kadang, aku pikir, aku sedang merindukan nafas panjangmu. Panjang karena sedang berbicara. Aslinya, aku kurang suka dengan orang yang banyak bicara. Sama tidak sukanya aku pada orang yang adem ayem melempem, bagiku membosankan. Satu gak ada kesempatan untuk balik bicara, satunya lagi terlalu irit bicara sehingga bingung mau ngapain. Akan tetapi, aku suka nasehat, nasehatmu, masukanmu, dan hal-hal yang mungkin tidak kusadari darimu. Selamat menikmati hidup yaa... hidup ini disyukuri, bukan dikutuk.  Bi, laki-laki seperti apakah aku ini? Selalu dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian yang nyata. Aku ingin mengungkap sesuatu rahasia yang paling rahasia dalam hidupku, namun rahasia itu masih jadi rahasia rahasiaku. Aku tak tahu rahasia apa itu. Aku ingin sesuatu yang tidak ingin kulakukan. Aku melakukan sesuatu yang ti...

Pingkan, Aku Bukan Sarwono yang Kamu Harapkan

Gambar
Bunga Mawar pink(an) milik tetangga. Foto: Moh. Tamimi Hai, Pingkan. Apa kabar? Aku seseorang yang ingin menjadi sosok Sarwono bagimu, Pingkan, tapi aku bukan Sarwono yang kamu harapkan, seperti Sarwono rekaan Sapardi. Kamu boleh memanggilku sebagai seorang kesasar di hutan—diambil dari kata Sar (kesasar) dan Wono (hutan)—atau seseorang yang serba ada—diambil dari kata Sarwo dan Ono. Begitu kan kata, Pingkan? Aku tak peduli kamu memanggilku apa. Aku memang tengah tersesat dalam hutan di dadamu dan berusaha selalu ada untukmu. Pingkan, kamu satu-satunya yang dapat menolong ketersesatanku. Kamulah sang pemilik hutan. Aku tahu kamu ingin pergi ke kota-kota di Jepang, tempat tumbuh bunga sakura yang hanya muncul di awal musim semi dan gugur seperti ronin yang  balas dendam terhadap musuh samurainya. Pingkan, aku tak begitu memimpikan Negeri Sakura itu, mimpiku adalah bisa ke Jerman. Tak ada Sakura di sana, tak ada samurai, pun tak ada sisa-sisa Bom Atom y...

TRADISI KEILMUAN PESANTREN (LANDASAN PENGEMBANGAN DAN JARINGAN KEILMUAN)

Gambar
Manuskrip Pesantren: Foto: Tamimi Pesantren bukan sebatas tempat mencari ilmu, transfer pengetahuan. Menurut Ahmad Baso, pengetahuan pesantren bukan hanya berupa obyek yang dikenal dan dipelajari oleh manusia. Ia mengutif C.A. Bayly dalam buku Empire and Information, “Pengetahuan itu sendiri adalah formasi sosial. Dan orang-orang yang berpengetahuan membentuk  satu segmen dalam masyarakat yang unik dan aktif dengan berbagai kepentingan-kepentingannya sendiri.”  [1] Pesantren bukan “barang baru” dalam khazanah pendidikan di Indonesia. Ia ada sejak sebelum Negara Indonesia ada. Pesantren mampu bertransformasi dan bertahan dari waktu ke waktu, tetap kokoh sebagai lembaga pendidikan Islam khas di Nusantara. Sepanjang Pulau Sumatera sampai Jawa banyak ditemui ribuan pesantren yang tetap berdiri kokoh sampai saat ini. Keberhasilan pesantren dalam menjalankan roda keilmuannya di tengah-tengah masyarakat tidak serta merta berjalan begitu saja, ada berbagai landasan keilmuan ...

Cerita Aku

Gambar
Aku capek. Aku lagi mendendangkan lagu “Aku Milikmu.” Aku pengen saja nyanyi itu. Aku pengen baca buku, tapi mataku terasa berat. Aku tak bisa tidur. Aku gelisah, tidak tahu gelisah kenapa. Aku milikmu, aku ingin jadi milikmu. Aku tak jadi ingin milikmu, kita bersinergi saja. Kita milik Allah. Aku ingin menulis tentang dirimu, perempuan paling rahasia,  perempuan paling misterius, perempuan satu-satunya. Aku ingin bilang cinta padamu, tapi hanya di mulut, gak pakek hati. Cinta itu di mulut atau di hati atau di badan atau dalam bentuk perbuatan. Apa bedanya cinta dan pengorbanan? Apakah cinta punya tempat, butuh tempat? Apakah pengorbanan harus diucapkan? Apakah pengorbanan harus dengan cinta? Apa cinta butuh pengorbanan? Apakah arti diriku padamu? Aku bingung. Berusaha mengerti,  dibilang ke-GR-an. Berusaha gak GR, dibilang gak peka. Cewek ribet, bikin aku ribet. Aku butuh inspirasi. Kadang aku ingin mati. Aku ingin berarti, sebelum mati. Mati tak bisa menyelesaikan...

Perempuan Paling Rahasia

Gambar
Hai, Kamu adalah perempuan paling rahasia dalam hidupku. Aku tidak pernah tahu seperti apa dirimu padaku sesungguhnya. Aku hanya tahu sekilas tentangmu dari orang lain. Aku tidak mengerti harus bagaimana, kau terlalu rahasia bagiku. Kita menjalani hari dengan percakapan seperti biasa, seperti seorang kenalan lama yang baru berjumpa lagi. Semua terlalu biasa untuk memahami tanda-tanda darimu. Tidak ada yang bisa membaca tanda-tanda itu kecuali temanku, juga “temanmu” yang teramat dekat. Ia yang bilang padaku bahwa ada pertanda dalam dirimu untukku, sebuah rahasia yang ditimbun dalam hutan di dadamu. Maafkan aku, jika aku tidak peka padamu dan tidak mengerti apa yang kamu mau. Maafkan aku, jika aku melontarkan sebuah isyarat yang tidak kamu mengerti apa maksudnya. Maafkan aku, jika aku menggambar sketsa dalam anganmu yang mungkin telah kamu salah tafsir. Aku minta maaf padamu, perempuan paling rahasia. Aku tahu sedikit rahasiamu, tetapi aku tidak tahu harus bagaimana. Apakah...