Elegan
Hai, Sri
Aku ingin mencintaimu dengan elegan, dengan bersahaja. Aku tidak bisa mencintaimu dengan sederhana. Aku tidak tahu tolok ukur cinta yang sederhana.
Aku tidak lagi mau mecintaimu dengan metafora-metafora yang tak perlu masuk dalam pikiranmu. Kamu terlalu berharga untuk disuguhi kata-kata klise, ungkapan cinta yang sama sekali tidak realistis. Apalagi kata yang tidak mampu dipertanggungjawabkan. Kamu tidak suka melihatku lebay padamu bukan!
Aku adalah cinta yang pernah kecewa tapi aku tidak mau mengecewakan orang lain. Apabila ada orang lain harus pupus karena aku memilih untuk mencintaimu, semoga lukanya lekas sembuh. Semoga ia bisa mendapatkan cinta yang mampu merawat lukanya, menjaganya dari luka yang lain.
Sri, mungkin saat ini kita tidak perlu sering saling bertutur sapa. Cukup aku tahu kabarmu dan kamu tahu kabarku. Kita akan senantiasa selalu dekat, tanpa sekat kata-kata. Meski kita terbatas untuk saling mengungkapkan rasa, kepercayaan yang senantiasa kita rawat akan terus mengabadi.
Kamu adalah tonggak hidupku. Dengan sepenuh harapan kepada Sang Ilahi agar kamu tetap menjadi penegak rumah kita sampai batas usia.
Sungguh, aku ingin lebih dekat pada nadimu. Dimana doa-doa kudaraskan di setiap detaknya. Sri, maukah kamu saling menggenggam tangan denganku, mendekatkan nadimu dan nadiku, nadi di pergelangan tangan kita, tanpa rasa keraguan sedikit pun.
Aku tak ingin bicara hak, Sri. Siapa yang berhak mencintai dan siapa yang tidak. Mencintai adalah hak setiap warga negara. Itu klise. Ini bukan tentang hak dan kewajiban mencintai seseorang. Ini tentang rasa yang tidak bisa digambarkan sepenuhnya oleh siapapun dengan apapun.
Suaraku sumbang. Hanya saja aku selalu ingin melantunkan lagu untukmu. Syukur kamu tidak suka. Aku tidak perlu repot-repot untuk bernyanyi untukmu. Aku cukup bernyanyi untuk diriku sendiri yang malang, mulai bisa bangkit karenamu. Mungkin Tuhan mengirimmu untukku.
Aku tak ingin cintaku padamu buta. Aku ingin cintaku bisa melihat semesta, alam, ilmu pengetahuan, dan segala ciptaan Sang Kuasa yang patut disyukuri dan dikagumi seutuhnya.
Aku ingin cinta ini benar-benar bersahaja atas dasar ilmu pengetahuan dan keimanan yang mendalam.
Apalah cinta tanpa ilmu pengetahuan, Sri. ia hanya akan berjalan tanpa arah, membabi buta.
Tujuan hidupku bukan kamu, tapi aku ingin menggapai tujuan itu denganmu. Kita bersama atas dasar cinta, kita berjalan atas dasar pengetahuan. Semangat kita keyakinan, keimanan yang senantiasa terus tertanam. Tujuan kita keabadian, abadi dalam rasa, abadi dalam cinta, abadi dalam surga-Nya.
Sri, semoga bisa bersama, berjalan beriringan menuju satu tujuan. Semoga Tuhan mengabulkan harapan-harapan kita, meridhoi setiap langkah kita.
Doaku di nadimu, Sri!
Meja Baru, 07/07/2020 14. 04
Komentar
Posting Komentar