Surat Cinta Kedelapan
Surat ini kutulis saat bahu kiriku sakit, aku tidak bisa mengangkat lenganku terlalu tinggi. Akan tetapi, aku masih bisa untuk merentangkan lenganku menyambut kedatanganmu dan memelukmu, Sri. Tidak seperti biasanya, surat ini kutulis dalam grup What's App yang anggotanya hanya aku sendiri, aplikasi microsoft word di hpku tidak berfungsi dengan baik. Semangatku menulis surat untukmu membara, tidak bisa dihentikan hanya karena bahu sakit dan microsoft word tidak stabil.
Sri, jangan pikir karena aku merayu banya perempuan lalu aku tidak setia kepada perempuanku. Apabila aku telah memutuskan untuk bersama, yang lain nyingkir dulu. Masalahnya, aku sulit jatuh cinta beneran. Ketika mulai suka ke orang, eh malah telah kepepet orang lain. Hahaha. Apes!
Aku sangat tidak mentolerir perselingkuhan, sama sekali. Kalau sudah sama-sama memutuskan bersama, jangan sampai itu terjadi. Aku pernah dengan perempuan ular seperti itu. Dia cantik, makin hari makin cantik saja kelihatannya, tetapi cintaku sebaliknya. Aku bersyukur, bersyukur telah putus dengannya. Hihi.
Sepertinya saat ini aku menyukai seseorang, tidak tahu pasti dia bagaimana padaku (kayaknya sudah dipepet orang sih). Aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak yakin terhadap cintanya padaku, apalagi aku juga masih ragu.
Kamu cantik, Sri, tetapi bagiku cantik bukan satu-satunya alasan untuk tertarik pada perempuan. Intinya aku hanya ingin keterhubungan. "Pikiranku" dan "pikirannya" terkoneksi dengan baik. Dapat yang cantik tentu adalah sebuah kemujuran yang luar biasa.
22. 29
***
07. 32
Pagi yang lumrah. Kulanjutkan menulis surat ini. Semalam terhenti karena mata sudah kelap kelip seperti bintang di langit.
Bahuku masih sakit.
Masih ingat dengan potongan sajak ini, Sri, "Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai senua orang daripada melupakan satu orang." Ingat? Masih ingat? Kalau ingat ya sudah. Hahaha. Aku hanya ingin tertawa.
Kemarin aku sudah menuntaskan satu buku. Judulnya "Cerita Hidup Rosidi." Rosidi adalah tahanan politik yang tak pernah diadili karena disangka PKI. Ia ditahan selama 13 tahun, sejak 1965.
Sebelumnya aku tidak begitu percaya pada akhir cerita seperti dalam novel-novel itu. Kau bilang, cinta-cintaan yang romantis dan bahagia pada akhirnya hanya ada dalam novel. Namun kini aku percaya, karena ini adalah laporan investigasi Tosca Santo terhadap para korban tragedi G30S-PKI di Sarongge.
Rosidi tukang beristri, ia beristri enam kali. Oneh adalah istri terakhirnya . Oneh istri yang setia, ia yang selalu menemani Rosidi meskipun dalam penjara (oneh bukan tahanan). Saat di penjara, hampir saja Rosidi mau nikah lagi, untung saja Oneh datang berkunjung di waktu yang tepat, sehingga Rosidi tidak jadi menikah lagi. Sejak saat itu ia tak pernah lagi menikah dengan orang lain, melihat kesetiaan Oneh padanya. Kalau tidak salah, tiga anak Rosidi lahir di penjara.
Kamu tahu gak, Sri, sebelum Oneh menikah dengan Rosidi, ia telah tunangan dengan orang lain. Namanya juga cinta ya, Oneh maunya hanya dengan Abang Rosidi.
Membaca buku ini tidak cukup hanya melihat perjalanan percintaan mereka, tetapi bagaimana pemerintah represif terhadap orang-orang tak bersalah. Rosidi tak pernah diadili kan, ia tiba-tiba diseret ke tahanan karena memiliki kartu Sarpubri (perkumpulan ini memilik afiliasi dengan PKI).
Sri, kalau kamu tertarik dengan kehidupan orang-orang "merah" ini, buku "PKI Sibar" perlu kamu baca. Buku itu menceritakan para tahanan di Digoel dan membuat gerakan bawah tanah yang memiliki cita-cita kemerdekaan Indonesia menuju Indonesia baru. Sudah, ah, jangan bicara buku! Bisa panjang nih surat, kalau mau bincang-bincang masalah buku bisa via telepon saja atau kita duduk bersama--saat itulah kesempatanku curi-curi pandang dirimu.
Kok saya keingat Oneh lagi ya! Ini bisa dijadikan pelajaran untuk merjuangin kamu, beb. Hahaha.
Aku tak ingin beristri berkali-kali, cukuplah kau jadi Oneh untukku! Aku mau senyum, tapi bagaimana cara nulisnya sebuah senyuman? hihi.
Salam perjuangan, salam satu hati, Sri!
Kamar Penantian, 3 Januari 2020 08.08
Sri, jangan pikir karena aku merayu banya perempuan lalu aku tidak setia kepada perempuanku. Apabila aku telah memutuskan untuk bersama, yang lain nyingkir dulu. Masalahnya, aku sulit jatuh cinta beneran. Ketika mulai suka ke orang, eh malah telah kepepet orang lain. Hahaha. Apes!
Aku sangat tidak mentolerir perselingkuhan, sama sekali. Kalau sudah sama-sama memutuskan bersama, jangan sampai itu terjadi. Aku pernah dengan perempuan ular seperti itu. Dia cantik, makin hari makin cantik saja kelihatannya, tetapi cintaku sebaliknya. Aku bersyukur, bersyukur telah putus dengannya. Hihi.
Sepertinya saat ini aku menyukai seseorang, tidak tahu pasti dia bagaimana padaku (kayaknya sudah dipepet orang sih). Aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak yakin terhadap cintanya padaku, apalagi aku juga masih ragu.
Kamu cantik, Sri, tetapi bagiku cantik bukan satu-satunya alasan untuk tertarik pada perempuan. Intinya aku hanya ingin keterhubungan. "Pikiranku" dan "pikirannya" terkoneksi dengan baik. Dapat yang cantik tentu adalah sebuah kemujuran yang luar biasa.
22. 29
***
07. 32
Pagi yang lumrah. Kulanjutkan menulis surat ini. Semalam terhenti karena mata sudah kelap kelip seperti bintang di langit.
Bahuku masih sakit.
Masih ingat dengan potongan sajak ini, Sri, "Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai senua orang daripada melupakan satu orang." Ingat? Masih ingat? Kalau ingat ya sudah. Hahaha. Aku hanya ingin tertawa.
Kemarin aku sudah menuntaskan satu buku. Judulnya "Cerita Hidup Rosidi." Rosidi adalah tahanan politik yang tak pernah diadili karena disangka PKI. Ia ditahan selama 13 tahun, sejak 1965.
Sebelumnya aku tidak begitu percaya pada akhir cerita seperti dalam novel-novel itu. Kau bilang, cinta-cintaan yang romantis dan bahagia pada akhirnya hanya ada dalam novel. Namun kini aku percaya, karena ini adalah laporan investigasi Tosca Santo terhadap para korban tragedi G30S-PKI di Sarongge.
Rosidi tukang beristri, ia beristri enam kali. Oneh adalah istri terakhirnya . Oneh istri yang setia, ia yang selalu menemani Rosidi meskipun dalam penjara (oneh bukan tahanan). Saat di penjara, hampir saja Rosidi mau nikah lagi, untung saja Oneh datang berkunjung di waktu yang tepat, sehingga Rosidi tidak jadi menikah lagi. Sejak saat itu ia tak pernah lagi menikah dengan orang lain, melihat kesetiaan Oneh padanya. Kalau tidak salah, tiga anak Rosidi lahir di penjara.
Kamu tahu gak, Sri, sebelum Oneh menikah dengan Rosidi, ia telah tunangan dengan orang lain. Namanya juga cinta ya, Oneh maunya hanya dengan Abang Rosidi.
Membaca buku ini tidak cukup hanya melihat perjalanan percintaan mereka, tetapi bagaimana pemerintah represif terhadap orang-orang tak bersalah. Rosidi tak pernah diadili kan, ia tiba-tiba diseret ke tahanan karena memiliki kartu Sarpubri (perkumpulan ini memilik afiliasi dengan PKI).
Sri, kalau kamu tertarik dengan kehidupan orang-orang "merah" ini, buku "PKI Sibar" perlu kamu baca. Buku itu menceritakan para tahanan di Digoel dan membuat gerakan bawah tanah yang memiliki cita-cita kemerdekaan Indonesia menuju Indonesia baru. Sudah, ah, jangan bicara buku! Bisa panjang nih surat, kalau mau bincang-bincang masalah buku bisa via telepon saja atau kita duduk bersama--saat itulah kesempatanku curi-curi pandang dirimu.
Kok saya keingat Oneh lagi ya! Ini bisa dijadikan pelajaran untuk merjuangin kamu, beb. Hahaha.
Aku tak ingin beristri berkali-kali, cukuplah kau jadi Oneh untukku! Aku mau senyum, tapi bagaimana cara nulisnya sebuah senyuman? hihi.
Salam perjuangan, salam satu hati, Sri!
Kamar Penantian, 3 Januari 2020 08.08
😁 tak paham aku ....
BalasHapus😁 tak paham aku ....
BalasHapus