Sekilas

Aku sangat mengantuk sekali, capek, lelah, tapi capek dan lelahku menyenangkan kali ini. Aku menikmati aktivitasku hari ini. Aku memaksakan diri untuk tidak tidur dan mencatat momen yang sangat berkesan hari ini.

Aku bukan orang lemah yang perlu kamu tolong, tapi aku orang kuat yang akan memperjuangkanmu.

Aku sampai ke rumah dari kampus waktu azan magrib. Sore tadi aku melihat batu pualam tersenyum, sekilas tapi cukup kukenang sepanjang usia. Bukan batu, itu wajah, bukan wajah batu atau wajah membatu, hanya saja wajahnya putih seperti batu pualam. Senyum itu, senyum yang pernah masuk dalam khayalanku, serupa lukisan sketsa, segurat wajah dan bibir yang tersenyum.

Aku masih penasaran, tangan siapa tempo hari yang mengibas khayalanku tentang sketsa wajah itu. Sungguh, aku ingin membunuhnya. Aku ingin membunuhnya dengan timbunan surat, biar stres dia mengganggu ketenangan khayalanku.

Aku melihat senyum itu memang sekilas, sekilas dalam khayalan, sekilas dalam kenyataan, abadi dalam pikiran. Sungguh, aku ingin terus mengenangmu wanitaku.

Aku ingin, aku ingin, aku ingin lebih dekat denganmu. Sebenarnya, aku sudah menyukaimu sebelum aku membayangkan dan melihat senyummu.  Eh, bentar, ada konser Iwan Fals. Ia nyanyi “Kemesraan.”

"Kemesraan ini
Jangan cepat berlalu
Kemesraan ini
Ingin kukenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai
Jiwaku tentram di sampingmu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarekat Qadiriyah

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Pendidikan Sosial