Semangat Kuda, Tenaga Ayam
![]() |
Simbol: lambang tidak terhingga versi mangkok dan sendok |
Saya pernah merasa bahwa saya seperti hewan itu (tapi saya bukan hewan) yang mempunyai semangat seperti kuda, tetapi tenagaku hanya sekuat tenaga ayam. Dasar, manusia lemah. Hahaha. Manusia memang lemah, tidak mempunyai daya atas kehidupannya sendiri. Pemahaman saya sudah khas orang “ kanan” tidak?
Tadi siang saya membantu pembangunan rumah mertua kakak saya yang ganteng budiman (Pertanyaan: di kalimat ini yang ganteng kakak saya atau mertua kakak saya?), pas masih pagi menjelang siang, areal lututku terbentur beton (itu dulunya adalah gedung pendeng setinggi setengah meter), sakit, nyeri, sampai sekarang. Padahal hanya terbentur. Seperti “hanya” diriku padamu, beb, “hanya melihat, hanya mengagumi.” Persis di atas lutut kiriku bagian kiri lebang, ada warna birunya, yang pasti ini bukan darah biru. Aku bukan keturunan darah biru. Birunya cintaku padamu. Ah, rayuan pasaran.
Tidak cukup sampai di situ, kaki kiriku (kalau tidak sala ingat) menginjak putung rokok yang masih menyala, mencal-mencallah aku seperti kuda siap perang, mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Orang-orang tertawa menertawakan, aku tertawa kepanasan.
Beberapa hari yang lalu, saya dengan mama menyemprot obat gulma ke jagung di ladang, aku coba-coba aja gitu mikul tangki penyemprotan (sering kali kami membayar orang untuk ini), saya soksok-an aja bawa enteng, kayak gitu sipil lah. Eh pas nyampek rumah, lengan dan bagu kiri sakit, lengan tidak bisa diangkat tinggi-tinggi, baru saja sembuh. Haha, tenaga ayam, beraninya cuma merayu, berkokok saja setiap fajar mau terbit. Fajar oh fajar, bagaimana keadaan LPM Fajar di kampus, salah satu tempatku belajar dan berkreasi dengan tulisan. Gimana kabar Fajar, ding? Majalah Fajar gimana, sudah terbit?
Pejuang pertanian memang tidak harus bertani ya menurutku, namun ketika terlibat langsung dalam proses bertani, berjuang untuk petani semakin afdol, karena meraka makin “merasa” bagaimana menjadi seorang petani. Petani tidak harus menjadi “pejuang” petani, ada banyak undang-undang dan peraturan dan kebijakan yang tidak pro mereka, namun mereka tidak begitu tahu terhadap undang-undang.
Keberpihakan itu penting, kemana keberpihakan itu seharusnya? Sejauh mana yang dimaksud dengan keberpihakan terhadap kaum petani? Kebenaran apa yang harus diperjuangkan, kebenaran filosofis atau kebenaran fungsional? (pertanyaan lainnya menyusul)—setelah tanda kurung seperti ini masih harus diberi tanda titik atau tidak ya? Di luar atau di dalam kurung?
Orang-orang yang mempunyai semangat kuda dan tenaga ayam bukan hanya aku, saya pikir banyak sekali orang-orang seperti itu. Mereka menginginkan sesuatu yang besar, sesuai yang wah, tapi tidak punya nyali/kekuatan yang cukup untuk itu. “Cita-cita harus tinggi doong” tapi “pikir dulu lah, gaees!”
“Kekuatan” bukan hanya perkara keuatan fisik, tapi kekuatan hati, kekuatan pikiran juga, kekuatan seseorang beranalisis. “Mikir mulu kapan aksinya?” kata orang yang pesimis (sinis). Bung, orang mikir itu berraat, bener deh, jauh sangat lebih berat daripada kau berkata sinis seperti itu. Orang yang buata teori atom Albert Eisnten, yang buat bom atomnya bukan dia, Eisnten mikir doang. Yang mikir tentang Black Hole Stephen Hawking, yang moto Black Hole bukan Hawking. But, lebih dielu-elukan Hawking yang cacat daripada cewek cantik yang foto itu (sebagian) ruang angkasa.
Beb, My Baby, baca ini baik-baik! Jika kisah asmara kita terhalang karena fisik, kamu kurang tinggi untuk ukuran model fashion show, dan aku kurang gemuk cum berotot untuk ukuran atlet angkat besi, apalah daya kita, ayo kamu minum susu peninggi tinggi badan, dan aku minum susu penggemuk+sehat. Hahaha. Akan tetapi, jika bukan badan ini dan badanmu itu yang menjadi penghalang kisah cinta kita, mari kita semakin mendekat, kita tanyakan bersama, “mengapa ‘cinta’ perlu dikalkulasi? Jika harus ada matematika dalam urusan asmara kita, mari cari rumus ketidakterhinggaan kita, atau kita masih akan tetap pada hukum fisika, “Ketika suatu benda masih nampak wujudnya kekutannya tersimpan, namun ketika suatu benda sudah tidak nampak wujud fisiknya, kekuatannya namoak.” Semoga saya tidak salah terhadap hukum fisika ini, ini hukum apa namanya? Eh, kamu bukan orang fisika yaa... hahaha.
Oke kita beralih saya kepada tumbuhan. Seandainya aku angin yang berdesir, berhembus, kesana-kemari, aku tak ingin kau menjadi pelepah daun pisang, yang harus memecah daunnya untuk menahan hembusanku demi melindungi batang pisang roboh, aku tak ingin kau menjadi daun pohon jati yang meranggas, jatuh ke tanah entah kemana untuk memenuhi hasratku. Kau cukup menjadi stomata dalam daun, yang menjadi bagian penting foto sintesis, udara menjadi sejuk, tak seganas masih berupa angin. (ini nyambung gak sih?)
Ini judulnya semangat kuda, tenaga ayam, apa hubungannya dengan dua paragraf terakhir sebelum paragraf yang ini? Itulah aku, beb, yang menginginkanmu, semangat mendapatkanmu, tetapi kekuatanku merayu masih sekelas kekuatan ayam. Siapa sih yang lemah, ayam atau kuda? Ada ayam mengajari elang untuk terbang, baru bisa terbang setinggi pagar saja sudah mau ngajari yang sudah bisa terbang bebas di angkasa. Blagu. Aku jadi teringat kisah Putri Aurora dan Pangeran Langit dalam novel serial Supernova. Hai Aurora, apa kabar? Maafkan aku yang tidak membalas surat terakhirmu.
Miss you!
Kamar Penantian, 15 Januari 2020. 19. 33.
Komentar
Posting Komentar