Nurani Seorang Perempuan “Penghibur”
Judul: Mata Hari
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia
Cetakan: 2017
Tebal: 192 halaman
ISBN: 9786020336138
Peresensi: Moh. Tamimi*
Tidak banyak buku novel yang menggunakan sudut pandang sebagai seorang pelacur, kebanyakan menggunakan sudat pandang ketiga dalam menceritakan sebuah cerita. Novel ini adalah salah satu dari sebagian kecil tersebut. Penulis menempatkan dirinya sebagai Mata Hari, tokoh utama dalam cerita ini.
Buku ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Mata Hari, seorang perempuan asal Belanda, yang terombang-ambing oleh nasib sampai ke berbagai penjuru negeri. Kisah hidup tragis Mata Hari berawal saat ia mengikuti suaminya yang merupakan seorang tentara ke Pulau Jawa untuk menunaikan tugas militer.
Waktu itu tanah Jawa merupakan pulau harapan, saat Belanda menjajah tanah nusantara. Di antara berbagai belahan dunia masih gonjang-ganjing untuk perang, ikut ke Tanah Jawa merupakan kebahagiaan tersedniri bagi Mata Hari. Di sana ia mengenal seni tari yang sangat eksotik, berbeda dengan tarian di bangsanya yaitu dansa. Berawal dari sanalah ia belajar menari.
Nasib si masa depan, siapa yang tahu. Begitu pula dengan dengan nasib Mata Hari sendiri. Waktu mereyeretnya menjadi seorang penari. Saat ia kembali ke Eropa, ia menjadi terkenal menjadi seorang penari, baru tinggal satu minggu saja di Eropa, ia sudah menjadi buah bibir karena kecantikannnya dan karena kemahirannya menjadi seniman panggung.
Mata Hari sangat mengahati dunia seninya, ia merasa bersatu dengan apa yang ia lakukan sebagai seorang penari.sampai-sampai, saat ia berada di atas panggung, ia melupakan dirinya sendiri.
”Saat di panggung aku melupakan diriku yang sebenarnya dan mempersembahkan segala-galanya kepada Tuhan. Karena itulah aku bisa melepaskan pakaiannku dengan begitu mudah. Pada saat itu, aku bukan apa-apa, bahkan bukan tubuhku sendiri. Aku hanya gerakan-gerakan yang menyatu dengan semesta.” (hlm. 65)
Sebagai seorang seniman tari, anggapan miring terhadap Mata Hari tak dapat dielakkan. Dia tak lebih dianggap sebagai seorang penari yang melakukan apa saja, termasuk telanjang, dalam kedok artistik, seni, dan totalitas. “Orang menganggapku tidak lebih dari pelacur yang bertelanjang di depan umum di bawah kepura-puraan artistik.” (hlm. 81-82) Ia menyadari itu semua.
Padahal dalam hatinya yang terdalam, meskipun ia bisa hidup mewah dengan mudahnya, ia merasa tersiksan. Bagaimanapun ia adalah seorang perempuan yang mempunyai hati nurani, ia juga merasakan sakit hati, resa, gelisah, namun ia hanya bisa pasrah pada takdir. Di sisi lain, karena pekerjaanya itu, ia bisa terhubung ke berbagai bangsawan yang tidak mudah ditemui orang lain. Apalagi waktu itu dunia dalam keadaan perang. Ia memasang target untuk pekerjaannya itu.
Mata Hari memegang teguh kata-kata Pablo Picasso, “Pasang target yang sangat tinggi, yang akan sulit dicapai. Karena itulah misi seniman: melampaui batasan-batasan dirinya. Seorang seniman yang menginginkan sedikit dan mencapainya adalah seniman yang gagal dalam hidup.” (hlm. 75)
Mata Hari merasa tersiksa sejak pengalaman seksnya pertama, ia bergelimang air mata hanya karena pengaruh, uang, gaun, dan hal-hal yang mulai menjemukan dirinya. Ia merasa disiksa mimpi-mimpi buruk yang ia ciptakan sendiri.
Akhirnya, siapa meyangka bahwa Mata Hari adalah seorang mata-mata perang. Ia dimanfaatkan pihak-pihak berkepentingan untuk mengorek informasi negara musuh. Akan sulit menyangka bahwa Mata Hari adalah seorang pembawa misi yang menentukan menang kalahnya perang.
Novel ini berdasarkan kisah nyata seorang mata-mata, apa yang dicerikan adalah benar adanya yaitu perempuan penari yang dianggap busuh, sampah masyarakat, ternyata adalah sebuah penentu kemenangan besar. Akhir kisah, Mata Hari dianggap sebagai agen ganda dan ia harus mati di ujung pistol.
Cerita ini memberikan banyak pelajaran bagi para pembaca untuk tidak selalu memandang rendah orang lain karena setiap orang mempunyai perannya masing-masing, namun mungkin tidak kita ketahui jelasnya atau memang sengaja di simpan.
Lebih dari itu, novel memberikan banyak wawasan luas pada kita tentang dunia seni, bagaimana seharusnya seni diperlakukan, bukan hanya mengkambing hitamkan seni atas semua kelakuan-kelakuan tidak wajar kita, baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Namun yang pasti, apa yang terlihat benar belum tentu baik. Selebihnya selamat membaca dan mengambil hikmah dari kisah nyata sang penari, Mata Hari.
*Guru MTs An-Nawari, Sera Tengah, Bluto, Sumenep.
Komentar
Posting Komentar