Sapaan untuk Emilia
Hai, Emilia.
Aku saat ini ada di pertigaan pasar Lenteng. Pasarnya tak kunjung selesai direnovasi ya! Kapan-kapan main-mainlah ke rumah, ajak teman-temanmu.
Aku hanya sekadar ingin menyapamu. Tak ada yang istimewa dalam tulisan ini. Mumpung ada waktu luang—saat ini aku sedang menunggu Helmi untuk pergi ke cafee puncak. Sambil lalu menunggu, aku menulis ini untukmu. Semoga kamu bisa membalasnya.
Kabar terakhir, Helmi sudah sampai ke “Cem Kene’.” Aku tidak tahu itu dimana, katanya sudah dekat Lenteng. Rumahmu dimana, Emilia? Kamu mau serumah dengan apa dan siapa? Hahaha. Apa dan siapa Emilia? Kamu bukan Kamelia di mata Irwansyah. Kamu Emilia di mataku. Aku tidak mau tahu kamu mau dipanggil Emilia atau tidak, pokoknya aku mau manggilmu begitu. Aku otoriter terhadap pikiranku sendiri, atau pikiranku otoriter terhadap tubuhku? Aku tak mengerti.
Emilia, liberty, liberty, liberty. Kamu tahu Olympe du Jujes? Kalau tidak salah, dialah perempuan yang “teriak-teriak” tentang kebebasan perempuan, perempuan bukan hanya ditempatkan di wilayah domestik. Dia berani melawan pemerintah Prancis.
Sebentar dulu, Emilia, Helmi sudah sampai. Aku berangkat dulu ke “puncak.”
***
Aku sudah sampai di cafee puncak. Aku memesan kopi jahe. Jahenya banyak.
Helmi mau ke Pare. Kami ngobrol seputar Bahasa Inggris. Aku ingin bisa Bahasa Inggris, aku selalu terkendala Bahasa Inggris. Aku mempunyai beberapa jaringan ke orang-orang Inggris natiq. Apalah aku, Emilia. Aku di matamu hanyalah kepulan asap rokok, memaksa mendekatimu tetapi kau sibak. Hahaha... nasib asap.
Aku kurang mengerti jalan pikiran perempuan cantik seperti Olympe karena keterbatasan bahasaku, demikian pula untuk mengerti Rosa Luxemburg yang bohai itu. Paling mentok, aku cuma lancar bilang l Love You. Aku sudah bilang ke mama terkait rencanaku ke Pare.
Kamu perempuan yang baik kan, Emilia. Aku pikir kamu baik, semoga kebaikanmu bermanfaat kepada orang lain, baik untukmu, untukku, untuk kita, untuk mereka semua. Emilia, semoga cintamu jatuh pada orang yang tepat. Hahaha. Aku hanya ingin tertawa.
Sekian saja ya sapaanku untukmu, Emilia. Aku sebal ketika ada orang ngajak ngopi tetapi ketika nyampek cafee malah asyik dengan HP-nya masing-masing. Aku tidak ingin seperti itu untuk mereka.
Puncak Rindu, 26 Desember 2019 10. 18
Cem macrmmah materi 🤖
BalasHapushahaha.. siap
Hapus