Postingan

Menyebalkannya Para Peminjam Buku

 Oleh: Moh. Tamimi * Tulisan ini saya dedikasikan kepada para sindikat peminjam buku legal tetapi menyebalkan karena sudah sekian lama tidak mengembalikan buku pinjamannya dengan berbagai alasan berdasarkan jenis buku yang dipinjam serta alasan keperluan peminjam saat negosiasi peminjaman. Alasan peminjaman buku ditinjau dari jenis buku yang dipinjam: Jenis buku sastra Jenis buku ini biasanya adalah jenis buku yang paling banyak digemari untuk dipinjam, entah sebagai refleksi otak untuk sekadar bersenang-senang dalam dunia fiksi, entah untuk merayu cewek/si doi, atau memang untuk mendalami khazanah kesusastraan itu sendiri lewat karya sastra, atau sekadar untuk mempelajari pola tuang sastrawan tersebut, bermacam-macam lah alasannya. Akan tetapi, para peminjam buku jenis ini juga menempati deretan teratas dalam hal lamanya meminjan buku alias lama tidak dikembalikan. Mereka-meraka ini, merajuk dan merayu saat mau meminjam buku, mendiam dan membisu saat disuruh cepat mengembalikanny...

Dalam Hutan Kesunyian

Oleh: Moh. Tamimi Kekasih, kembalilah 'Kan kutulis puisi paling sunyi Untuk hatimu yang riuh Menanggung segala derita Yang kau simpan dalam-dalam Dalam kedalaman hutan di dadamu Aku sudah tersesat dalam kedalaman hatimu itu Berapa kali harus kupanggil namamu Bila tak ada guna aku berulang-ulang menyebut namamu  Serupa igauan di penghujung mimpi Haruskah kusebut namamu seperti merapal zikir. Bisakah kau masuk ke tempat paling riuh dalam dirimu Aku di sana Memanggil-manggil namamu  Namamu yang menjadi bait-bait puisi paling sunyi Datanglah, kekasih  Jangan biarkan aku berjalan tanpa arah  Dan mati dalam hutan di dadamu Tanpa pernah kau temui Pare, 8 Juni 2022 22.39

Menyebut Namamu

Akan kusebut namamu berulang-berulang sebanyak bintang di langit malam bila ia menebal menjadi awan akan kuhapus lukamu melalui hujan Pare, 3 Juni 2022 22.53

Pedagang Mie Ayam 08 dan Tiga Orang Pengemis

Gambar
Gambar karya Choirur Rahman (Perihal Sepi) Oleh: Moh Tamimi Tulisan ” Mie Ayam 08 ” terlihat jelas di seberang jalan Gang Keluarga, Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat. Tulisan berwarna merah darah dengan latar warna kuning dalam banner berukuran setengah kali dua meter itu terpasang rapi di b alkon sebuah bangunan bercat   putih. Dua orang laki-laki duduk menunduk sambil menatap ponselnya. Salah satu mereka yang berjenggot duduk di sebelah utara menghadap seorang pemuda yang datang menghampirinya, mereka membicarakan sesuatu, tampaknya pemuda itu memesan makanan karena seketika itu juga pria berjenggot tipis itu bediri menuju panci yang terletak di atas kompor gas. Di sana terdapat berbagai alat-alat masak seperti pisau, keranjang yang ditutupi selembar kain, mangkok kaca, mangkok plastik, dan lain sebagainya. Si pria berkumis mengambil sebuah mie instan dari atas estalase setinggi  dua meter.   Estalase itu terlihat bersih. Berbagai bumbu seperti merica, garam, p...

Pertemuan di tepi jurang kesedihan

Gambar
Semar jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Nini Towok. Foto: Moh. Tamimi/Lokasi: Candi Tegawangi, Kediri . Aku hanya ingin mencobanya lebih baik lagi daripada sebelumnya. Hari ini, masih kupendam cintaku padamu. Aku merasa, kamu benar-benar berbeda dari perempuan-perempuan yang selama ini kutemui. Semoga aku bisa meminangmu, menikahimu, dan menjalani hidup bersamamu selamanya dengan sepenuh cinta yang kita miliki. Pertemuan pertama itu sangat mengesankan bagiku, kamu tampak ramah, hangat menyapaku walaupun kita tidak pernah bertatap muka sebelumnya, atau aku yang tidak menyadari. Sungguh, aku jatuh hati padamu dalam obrolan pertama itu. Kamu benar-benar menunjukkan kecantikan yang memancar dari dalam dirimu, kecantikan yang bersumber dari kebaikan hatimu. Aku tak ingin melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Berulang kali kujatuh, namun saat itu aku harus bangkit. Kebangkitanku kali ini terasa lebih spesial karena tahu-tahu aku bertemu kamu di bibir jurang, kamu yang baru saj...

Cofee Break in Pare

Saya hanya punya waktu 20 menit untuk menulis cerita ini. Saya sekarang ada di jalan Brawijaya, Pare, Kediri. 15. 10 WIB. Dipotong 5 menit karena masih menonton ringkasan pertandingan Ajax dan Benfita dalam Liga Champion. Saya sedang menikmati kopi bersama temanku, namanya Wahyu Aditya. Ia seorang dokter dari Riau, Sumatera.  Cafee ini terletak di pinggir sungai, seandainya sungai di depan saya ini bersih tentu ini akan menjadi pemandangan yang indah. Sayangnya, masih banyak sampah terlihat mengendap di dasar sungai. Apakah pernah kamu membayangkan bagaimana indahnya menikmati secangkir Kopi Turki yang beraroma cengkeh itu di tepi sungai yang indah, seperti sebuah khayalan belaka itu terjadi di Indonesia. Saya yakin itu bisa direalisasikan, asal ada kesadaran kolektif dalam merawat dan membangun bantaran sungai dengan baik. Percuma merawat hilir saja jika dari hulu selalu dikirimi sampah.  Senin mendatang, saya akan coba mempresentasikan perjalanan benda-benda di sekitar kita ...

Apa yang perlu kamu korbankan dalam hidupmu?

Apa yang perlu kamu korbankan dalam hidupmu: karir, cinta, atau pendidikanmu? Apa kamu juga ingin bertanya seperti itu padaku? Jelasnya, apa yang telah aku korbankan dalam hidupku sejauh ini? Begitu bukan! Aku bingung menjawabnya, sama bingungnya dengan menjawab pertanyaan, “Apa yang sebenarnya kukejar dalam hidupku ini?” Namun yang pasti, aku telah mengorbankan cintaku untuk pendidikan, “mengorbankan” pendidikan untuk liputan? Aku bekerja untuk membiayai kuliahku. Aku mengajar di sekolah untuk menghidupkan ilmu. Ilmuku tidak ada yang tuntas. Terkadang, aku ingin fokus mengejar sesuatu tapi tidak pernah tercapai. Ingin fokus kuliah, tapi aku harus kerja. Ingin fokus kerja, tapi aku harus punya ilmu yang memadai. Sebagai manusia biasa, aku juga ingin punya cinta, namun harus (telah) kukorbankan demi misi pertama. Aku ingin menikah saja setelah kuliah. Setelah kuliah, angan-anganku mulai menawarkan hal-hal yang tidak begitu kupedulikan sebelumnya: ingin keliling di benua biru, ingin be...