Perasan Terakhir

Kali ini aku berada dalam kengawuran yang nyata. Tidak percaya? Baca saja! Ariza menghapus komentarnya sebelum sempat kubaca. Emila menyuguhkan janji, keinginannya yang harus selalu kutagih. Bi, kamu terbaik malam ini. Khafsiyah belum baca tulisanku yaa? Obik hanya “Wadidau", aku tidak tahu apa maksudmu. Sul paketannya lagi nipis, semoga cepat bisa tebal kembali yaa! Banyak yang bilang aku lagi nyari bini, payah kalian semua. Aku memeras otakku sebisa mungkin, semakin kuperas, semakin banyak isinya (kata-kata yang terus berhimpun). Tidur tanpa pelukan tak asyik. Ra, bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar dedek yang itu tuh ra, dedekku. Hahaha. Perutku kayaknya mulai tidak beres, semoga diparingi kesehatan! Pikiranku teringat ke Ari Lasso, Dewa 19, Elang, Kamulah satu-satunya, Kangen, Kirana, Roman Picisan, Arina Mirzani, sudah kosong, telur, mie goreng, terlalu berarti. Aku inhim bernyanyi seperti di rumah. Mama, aku ingin pulang. Ada Nike Ardilla di kepalaku. Kamu cantik...