Surat untuk Eneng

Selfi bersama: Helmi, Saya, dan Warits Selamat malam, neng. Salam kenal. Semoga pertemanan kita tidak pernah menjadi sahabat, cukup teman. Teman bermain, teman ngobrol, teman ngopi, teman belajar, teman hidup, teman tidur. Duh, maafkan kakang, neng, kakang khilaf. Kalau khilaf tidak akan masuk penjara kan, masukkan aku ke surga! Cukup penjara aku dengan cintamu, eh jangan, kita berdua saja deh dalam “sel” cinta-cintaan. Kita ke surga saja ya, lebih enak. Niatnya saya tidak mau menulis tulisan seperti ini, tetapi ajaib nih jempol. Bertindak, berpikir, dan menulis alay menurunin marwah cowok semi keren seperti saya. Sekitar jam 08. 00 WIB saya berangkat ke cafee di wilayah kota dengan teman saya, Helmi, yang saya tunggu di pertigaan Pasar Lenteng. Pagi itu saya lupa makan, tidak biasanya. Saya baru makan setelah sampai ke rumah, setelah isya’. Di cafee, saya dan teman-teman ngobrol ngarul ngidur berbagai hal, dari sekitar jam 09. 00 sampai sekitar jam 13. 00 WIB. Di tengah...