Postingan

Wanita, Pondok, dan Sastra

Oleh: Moh. Tamimi * Wanita sebagai makhluk antik dengan segala keunikannya itu banyak mengilhami para penyair untuk berkarya. Jangankan penyair, filosof sekelas Aguste Comte saja, apalah daya jika tidak ada wanita pujaannya yang melatari filsafat positivisme-nya. Karya master piece Kahlil Gibran, The Broken Wing’s , yang mengisahkan cinta bertepuk sebelah tangan, belum tentu tercipta kalau bukan karena wanita yang dicintainya setengah mati, sepenuh hati. Soekarno tanpa istri-istrinya, aduh betapa galaunya. Sayangnya, atau sekelas kata memperihatinkan, wanita selalu dijadikan objek atas hampir segala hal. Sumber kejahatan, wanita. Sumber kemaksiatan, wanita. Sumber keberhasilan ini, jangan sampai lupa, juga karena wanita. Di balik laki-laki yang sukses, ada wanita yang hebat, kata Mario Teguh. Jangankan laki-laki kelas teri,  kalau sholat adalah tiang agama, maka wanita adalah tiang negara. Negara ini sudah kelas kakap loh. Namanya juga tiang, seperti tiang rumah, dilihat dari...

Maling Khas Madura

Oleh: Moh. Tamimi Kamu masih ingat tidak, lagu Trio Macan, itu loh yang personelnya kayak macan beneran, bajunya, tentang maling. "Maling kau maling kau maling, jangan teriak maling, bila kau maling, jangan berisik." ingat kaan? yaelah, masah gak ingat, itu kan lagu yang sering kamu nyanyikan di kamar mandi sambil jingkrak-jingkrak. Kira-kira, malingnya siapa yaa? orang Madura bukan ya? yang dicuri apa ya? kalau yang dicuri sapi, kemungkinan besar itu orang Madura. Akan tetapi, kalau yang dicuri adalah hati loe, yaa gue lah itu orangnya. Siapa lagi yang sok ganteng di sini kalau bukan gue, Tamimi ini. Toh gak orang lain di sini kucuali you and me. Entar dulu, saya kok penasaran dengan maling itu ya? Kalau maling yang sering mencuri uang di senayan itu, saya gak mau tanya lagi, terlalu banyak vrooh. Kalau seandainya Khalifah Harun Ar-Rasyid bertanya lebih banyak mana antara bintang di langit dan ikan di lautan ke Abu Nawas, maka dalam konteks kekinian kira-kira begini p...

Etika Berpolitik Sehat

Judul: Etika Politik Penulis: Franz Magnis-Suseno Penerbit: Gramedia Cetakan: 2016 (edisi revisi) Tebal: xxx+536 halaman ISBN: 978-602-03-3470-7 Peresensi: Moh. Tamimi* Carut marut politik yang penuh intrik sering kali membuat publik apriori terhadap politik, menganggap kalau politik pasti kotor, dunia penuh kebohongan. Padahal, politik, sejatinya tidak demikian. Wajar, jika ada anggapan demikian, karena setiap hari yang nampak di televisi maupun di berbagai media lainnya yang nampak adalah korupsi, saling menyerang, dan perilaku para politikus yang jauh dari kata bermoral. Hadirnya buku ini, Etika Politik, bukan untuk menceramahi para politisi yang banyak korupsi itu, melainkan memberikan pandangan-pandangan dasar pada pembaca tentang bagaimana harkat kemanusiaan dan keberadaban kehidupan masyarakat dapat dijamin berhadapan dengan kekuasaan negara modern, terlebih tiga ratus terakhir. Wewenang negara dalam menerapkan hukum harus didasarkan terhadap nilai-nilau keadilan dan...

Cerita dari Pulau Oksigen

Oleh: Moh. Tamimi Berjalan sepanjang 1 kilometer mungkin bukan sesuatu yang berat bagi kami sebagai orang desa. Akan tetapi, kami tak habis pikir betapa bingungnya para wisatawan nanti jika sampai ke sini (Gili Iyang) tidak menemukan transportasi apa-apa. Kami baru bisa menyewa motor 3 roda keesokan harinya ketika pihak keluarga Kades (Kepala Desa} membantu kami mencari sewaan motor tiga roda tersebut, malam sebelumnya dan seterusnya sampai kembali, kami menginap di rumah Kades itu. Menggunakan motor tiga roda kami menyusuri 4 dari 5 lokasi wisata di Gili Iyang yaitu Wisata Oksigen, Gua Sarepa, Batu Canggha, dan pantai Ropet. Satunya lagi yang tidak sempat kami kunjungi adalah Gua Air. Jangan Anda bayangkan bahwa tempat wisata oksigen itu adalah tempat yang indah bagaikan alun-alun kota, lokasi oksigen itu hanya berupa lahan biasa yang dibiarkan sebagaimana adanya, hanya terdapat gubuk bambu reot di situ yang memang milik si Bapak tuan tanah (Bapak Sahlan). Kakek tua ren...

Guru, Kekerasan, dan Ketegasan

Oleh: Moh. Tamimi* Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu kata Sartono dalam lirik lagu Hymne Guru gubahannya. Lirik lagu yang selalu dinyanyikan ketika masih SD dulu itu memang benar adanya, "tanpa tanda jasa." Saat itu, konon katanya, guru, kebanyakan, tidak ada honornya, hanya sebatas sukarela dan semangat pengabdian. Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu, dulu, masih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, buktinya saat siswa/murid dijewer, dipukul, atau bahkan ditempeleng sekali pun ketika si anak melapor kepada orang tuanya, si anak mungkin malah mendapatkan "bonus" pukulan dari orang tua. Karena mereka, orang tua, yakin bahwa gurunya tidak asal-asalan melakukan hukuman sedemikian rupa kepada anak didiknya kalau tidak memiliki alasan yang dapat dibenarkan. Akan tetapi, jangan sekali-sekali melakukan hal itu pada saat ini kalau tidak mau menekam di dalam kamar berukuran 2x3 meter di kepolisian setempat, guru dilaporkan berdasarkan undang-und...

Perlawanan Karl Marx terhadap Kapitalisme

Judul: Pemikiran Karl Marx Penulis: Franz Magnis-Suseno Penerbit: Gramedia Cetakan: x, 2016 Tebal: xvi+292 halaman ISBN: 978-602-03-3141-6 Peresensi: Moh. Tamimi* Pertarungan gagasan antara kapitalisme dan sosialisme selalu menarik dibicarakan. Walaupun, konon, sosialisme telah terkubur gerakannya seiring runtuhnya Uni Soviet. Di Indonesia sendiri, sosialisme yang sudah mempunyai kaitan erat dengan komunis, sudah menjadi semacam phobia seiring kerusuhan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia atau lebih dikenal dengan peristiwa G30S-PKI, walaupun sampai saat ini masih kontroversial siapa dalang kerusuhan tersebut. Sejauh ini, siapa yang tidak tahu terhadap Karl Marx, kecuali orang-orang yang tidak pernah terjun ke dunia akademisi. Gagasan-gagasan Karl Marx sudah menyebar ke seluruh dunia, terlepas diterapkan atau tidak. Buku yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno ini, menggambarkan secara garis besar mengenai pemikiran sosialisme Karl Marx dan kritik Karl Marx terh...

Cinta Sang Nabi

Judul: Sang Nabi Penulis: Kahlil Gibran Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia Cetakan: I, 2016 Tebal: v+142 halaman ISBN: 978-602-424-083-7 Peresensi: Moh. Tamimi* Nama Kahlil Gibran tidaklah asing di telinga rakyat Indonesia. Penyair kelahiran Libanon tersebut telah masyhur ke segenap penjuru dunia. Karya-karyanya yang bertemakan cinta kerap kali mampu menyentuh inti jantung hati, walaupun penilaian ini sangatlah subjektif. Akan tetapi, tidak banyak yang menyangkal bahwa kata-kata Kahlil Gibran sungguh sangat mempesona. Terbukti, buah tangannya itu telah diterjemahkan ke berbagai bahasa besar di muka bumi ini, termasuk Bahasa Indonesia, dan banyak pula peminatnya, hal itu merupakan salah satu tanda bahwa syair-syair Gibran memiliki kualitas yang baik. Berikut adalah beberapa bait untaian kata Kahlil Gibran yang tertulis dalam buku ini: Cinta tidak memberikan apa-apa, kecuali keseluruhan dirinya, utuh penuh, Pun tidak mengambil apa-apa, kecuali dirinya sendiri Cinta ti...