Postingan

Pesan Bi 2

Hai, Bi Bagaimana kabarmu saat ini? Kamu baik-baik saja kan di sana. Kamu pasti bertanya, “tumben tanya kabar?” Jawabnya, “karena aku ingin tahu kabarmu. Dah, itu saja.” Kadang, aku pikir, aku sedang merindukan nafas panjangmu. Panjang karena sedang berbicara. Aslinya, aku kurang suka dengan orang yang banyak bicara. Sama tidak sukanya aku pada orang yang adem ayem melempem, bagiku membosankan. Satu gak ada kesempatan untuk balik bicara, satunya lagi terlalu irit bicara sehingga bingung mau ngapain. Akan tetapi, aku suka nasehat, nasehatmu, masukanmu, dan hal-hal yang mungkin tidak kusadari darimu. Selamat menikmati hidup yaa... hidup ini disyukuri, bukan dikutuk.  Bi, laki-laki seperti apakah aku ini? Selalu dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian yang nyata. Aku ingin mengungkap sesuatu rahasia yang paling rahasia dalam hidupku, namun rahasia itu masih jadi rahasia rahasiaku. Aku tak tahu rahasia apa itu. Aku ingin sesuatu yang tidak ingin kulakukan. Aku melakukan sesuatu yang ti...

Pingkan, Aku Bukan Sarwono yang Kamu Harapkan

Gambar
Bunga Mawar pink(an) milik tetangga. Foto: Moh. Tamimi Hai, Pingkan. Apa kabar? Aku seseorang yang ingin menjadi sosok Sarwono bagimu, Pingkan, tapi aku bukan Sarwono yang kamu harapkan, seperti Sarwono rekaan Sapardi. Kamu boleh memanggilku sebagai seorang kesasar di hutan—diambil dari kata Sar (kesasar) dan Wono (hutan)—atau seseorang yang serba ada—diambil dari kata Sarwo dan Ono. Begitu kan kata, Pingkan? Aku tak peduli kamu memanggilku apa. Aku memang tengah tersesat dalam hutan di dadamu dan berusaha selalu ada untukmu. Pingkan, kamu satu-satunya yang dapat menolong ketersesatanku. Kamulah sang pemilik hutan. Aku tahu kamu ingin pergi ke kota-kota di Jepang, tempat tumbuh bunga sakura yang hanya muncul di awal musim semi dan gugur seperti ronin yang  balas dendam terhadap musuh samurainya. Pingkan, aku tak begitu memimpikan Negeri Sakura itu, mimpiku adalah bisa ke Jerman. Tak ada Sakura di sana, tak ada samurai, pun tak ada sisa-sisa Bom Atom y...

TRADISI KEILMUAN PESANTREN (LANDASAN PENGEMBANGAN DAN JARINGAN KEILMUAN)

Gambar
Manuskrip Pesantren: Foto: Tamimi Pesantren bukan sebatas tempat mencari ilmu, transfer pengetahuan. Menurut Ahmad Baso, pengetahuan pesantren bukan hanya berupa obyek yang dikenal dan dipelajari oleh manusia. Ia mengutif C.A. Bayly dalam buku Empire and Information, “Pengetahuan itu sendiri adalah formasi sosial. Dan orang-orang yang berpengetahuan membentuk  satu segmen dalam masyarakat yang unik dan aktif dengan berbagai kepentingan-kepentingannya sendiri.”  [1] Pesantren bukan “barang baru” dalam khazanah pendidikan di Indonesia. Ia ada sejak sebelum Negara Indonesia ada. Pesantren mampu bertransformasi dan bertahan dari waktu ke waktu, tetap kokoh sebagai lembaga pendidikan Islam khas di Nusantara. Sepanjang Pulau Sumatera sampai Jawa banyak ditemui ribuan pesantren yang tetap berdiri kokoh sampai saat ini. Keberhasilan pesantren dalam menjalankan roda keilmuannya di tengah-tengah masyarakat tidak serta merta berjalan begitu saja, ada berbagai landasan keilmuan ...

Cerita Aku

Gambar
Aku capek. Aku lagi mendendangkan lagu “Aku Milikmu.” Aku pengen saja nyanyi itu. Aku pengen baca buku, tapi mataku terasa berat. Aku tak bisa tidur. Aku gelisah, tidak tahu gelisah kenapa. Aku milikmu, aku ingin jadi milikmu. Aku tak jadi ingin milikmu, kita bersinergi saja. Kita milik Allah. Aku ingin menulis tentang dirimu, perempuan paling rahasia,  perempuan paling misterius, perempuan satu-satunya. Aku ingin bilang cinta padamu, tapi hanya di mulut, gak pakek hati. Cinta itu di mulut atau di hati atau di badan atau dalam bentuk perbuatan. Apa bedanya cinta dan pengorbanan? Apakah cinta punya tempat, butuh tempat? Apakah pengorbanan harus diucapkan? Apakah pengorbanan harus dengan cinta? Apa cinta butuh pengorbanan? Apakah arti diriku padamu? Aku bingung. Berusaha mengerti,  dibilang ke-GR-an. Berusaha gak GR, dibilang gak peka. Cewek ribet, bikin aku ribet. Aku butuh inspirasi. Kadang aku ingin mati. Aku ingin berarti, sebelum mati. Mati tak bisa menyelesaikan...

Perempuan Paling Rahasia

Gambar
Hai, Kamu adalah perempuan paling rahasia dalam hidupku. Aku tidak pernah tahu seperti apa dirimu padaku sesungguhnya. Aku hanya tahu sekilas tentangmu dari orang lain. Aku tidak mengerti harus bagaimana, kau terlalu rahasia bagiku. Kita menjalani hari dengan percakapan seperti biasa, seperti seorang kenalan lama yang baru berjumpa lagi. Semua terlalu biasa untuk memahami tanda-tanda darimu. Tidak ada yang bisa membaca tanda-tanda itu kecuali temanku, juga “temanmu” yang teramat dekat. Ia yang bilang padaku bahwa ada pertanda dalam dirimu untukku, sebuah rahasia yang ditimbun dalam hutan di dadamu. Maafkan aku, jika aku tidak peka padamu dan tidak mengerti apa yang kamu mau. Maafkan aku, jika aku melontarkan sebuah isyarat yang tidak kamu mengerti apa maksudnya. Maafkan aku, jika aku menggambar sketsa dalam anganmu yang mungkin telah kamu salah tafsir. Aku minta maaf padamu, perempuan paling rahasia. Aku tahu sedikit rahasiamu, tetapi aku tidak tahu harus bagaimana. Apakah...

Suci Minta Surat

Suci, kutulis surat ini atas dasar permintaanmu. Suci kaya wawasan, mantap. Aku senang bisa berbagi denganmu, senang jika nanti kita bisa bertukar pikiran. Suci, mungkin suratku tak ‘kan selegendaris surat Reiner Maria Rilke kepada penyair pemula. Temukan dirimu sendiri, kata Rilke. Mungkin pula, surat ini tak seromantis surat Kahlil Gibran kepada May Ziyadah dan sereligius surat Al-Ghazali kepada anak sultan. Aku sudah membaca tiga surat itu, Suci. Khusus surat Al-Ghazali masih belum ada terjemahannya, bahasa Arab, kitab Ayyuhal Walad (wahai anakku) judulnya. Ngomong-ngomong, terima kasih bukunya ya. Buku pemberianmu masih belum kubaca, masih antre... hehe. Aku sekarang lagi suka baca buku sains populer, Ci. Bacaanku lintas disiplin, mungkin ini salah satu sebab aku tidak menguasai satu pun bidang keilmuan dengan mumpuni. Aku tahu sedikit dari yang banyak, lumrahnya jurnalis seperti itu kan? Kecuali jurnalis khusus di suatu bidang, bisnis misalnya. Aku sebenarnya sekarang beke...

Perasan Terakhir

Gambar
Kali ini aku berada dalam kengawuran yang nyata. Tidak percaya? Baca saja! Ariza menghapus komentarnya sebelum sempat kubaca. Emila menyuguhkan janji, keinginannya yang harus selalu kutagih. Bi, kamu terbaik malam ini. Khafsiyah belum baca tulisanku yaa? Obik hanya “Wadidau", aku tidak tahu apa maksudmu. Sul paketannya lagi nipis, semoga cepat bisa tebal kembali yaa! Banyak yang bilang aku lagi nyari bini, payah kalian semua. Aku memeras otakku sebisa mungkin, semakin kuperas, semakin banyak isinya (kata-kata yang terus berhimpun). Tidur tanpa pelukan tak asyik. Ra, bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar dedek yang itu tuh ra, dedekku. Hahaha. Perutku kayaknya mulai tidak beres,  semoga diparingi kesehatan! Pikiranku teringat ke Ari Lasso, Dewa 19, Elang, Kamulah satu-satunya, Kangen, Kirana, Roman Picisan, Arina Mirzani, sudah kosong, telur, mie goreng, terlalu berarti. Aku inhim bernyanyi seperti di rumah. Mama, aku ingin pulang. Ada Nike Ardilla di kepalaku. Kamu cantik...