Suci Minta Surat
Suci, kutulis surat ini atas dasar permintaanmu. Suci kaya wawasan, mantap. Aku senang bisa berbagi denganmu, senang jika nanti kita bisa bertukar pikiran.
Suci, mungkin suratku tak ‘kan selegendaris surat Reiner Maria Rilke kepada penyair pemula. Temukan dirimu sendiri, kata Rilke. Mungkin pula, surat ini tak seromantis surat Kahlil Gibran kepada May Ziyadah dan sereligius surat Al-Ghazali kepada anak sultan. Aku sudah membaca tiga surat itu, Suci. Khusus surat Al-Ghazali masih belum ada terjemahannya, bahasa Arab, kitab Ayyuhal Walad (wahai anakku) judulnya.
Ngomong-ngomong, terima kasih bukunya ya. Buku pemberianmu masih belum kubaca, masih antre... hehe. Aku sekarang lagi suka baca buku sains populer, Ci.
Bacaanku lintas disiplin, mungkin ini salah satu sebab aku tidak menguasai satu pun bidang keilmuan dengan mumpuni. Aku tahu sedikit dari yang banyak, lumrahnya jurnalis seperti itu kan? Kecuali jurnalis khusus di suatu bidang, bisnis misalnya.
Aku sebenarnya sekarang bekerja di media khusus konservasi sih, tapi aku masih belum tahu banyak. Sarjana pendidikan kerja di media, terus media lingkungan lagi, media bau-bau sains.
Suci, kamu kan ajib tuh di bidang bahasa, boleh lah koreksi tulisanku, dari sudut apa saja.
Di tempatmu, di rumah Pak Tejo, kan banyak banget tuh buku, kamu takkan kekurangan referensi untuk bahas apa saja, walaupun waktu aku lihat sana, buku-buku di hidang sains tidak begitu banyak.
Suci yang baik, saat masih sekolah aku memang suka sains. Beberapa kali ikut cerdas cermat dan olimpiade, tetapi tidak pernah dapat juara. Haha. Eh pernah satu kali, juara 2 olimpiade matematika dan biologi tingkat sekolah.
Aku terjebak dalam jurusan IPS, di sekolahku dulu tak ada pilihan lain, tapi aku tidak pernah menyesal. Aku senang, dikotomi IPS-IPA hanya omong kosong belaka, permasalahan sosial tidak kalah pelik dengan permasalahan sains kan? Sains di sini, versi Bahasa Indonesia. “Ilmu" yang telah punya capnya sendiri.
Cukup dulu yaa suratnya, takut Sri cemburu.
***
Sri, banyak orang menginginkan berada di posisimu, mendapatkan kiriman surat, tetapi kamu sendiri masih belum membalas suratku. Balasanmu masih kutunggu, Sri.
***
Maaf, Suci, ada selingan sebentar. Sri selalu terbayang dalam pikiranku.
Kamar, Minggu, 12 April 2020 19. 30
Suci, mungkin suratku tak ‘kan selegendaris surat Reiner Maria Rilke kepada penyair pemula. Temukan dirimu sendiri, kata Rilke. Mungkin pula, surat ini tak seromantis surat Kahlil Gibran kepada May Ziyadah dan sereligius surat Al-Ghazali kepada anak sultan. Aku sudah membaca tiga surat itu, Suci. Khusus surat Al-Ghazali masih belum ada terjemahannya, bahasa Arab, kitab Ayyuhal Walad (wahai anakku) judulnya.
Ngomong-ngomong, terima kasih bukunya ya. Buku pemberianmu masih belum kubaca, masih antre... hehe. Aku sekarang lagi suka baca buku sains populer, Ci.
Bacaanku lintas disiplin, mungkin ini salah satu sebab aku tidak menguasai satu pun bidang keilmuan dengan mumpuni. Aku tahu sedikit dari yang banyak, lumrahnya jurnalis seperti itu kan? Kecuali jurnalis khusus di suatu bidang, bisnis misalnya.
Aku sebenarnya sekarang bekerja di media khusus konservasi sih, tapi aku masih belum tahu banyak. Sarjana pendidikan kerja di media, terus media lingkungan lagi, media bau-bau sains.
Suci, kamu kan ajib tuh di bidang bahasa, boleh lah koreksi tulisanku, dari sudut apa saja.
Di tempatmu, di rumah Pak Tejo, kan banyak banget tuh buku, kamu takkan kekurangan referensi untuk bahas apa saja, walaupun waktu aku lihat sana, buku-buku di hidang sains tidak begitu banyak.
Suci yang baik, saat masih sekolah aku memang suka sains. Beberapa kali ikut cerdas cermat dan olimpiade, tetapi tidak pernah dapat juara. Haha. Eh pernah satu kali, juara 2 olimpiade matematika dan biologi tingkat sekolah.
Aku terjebak dalam jurusan IPS, di sekolahku dulu tak ada pilihan lain, tapi aku tidak pernah menyesal. Aku senang, dikotomi IPS-IPA hanya omong kosong belaka, permasalahan sosial tidak kalah pelik dengan permasalahan sains kan? Sains di sini, versi Bahasa Indonesia. “Ilmu" yang telah punya capnya sendiri.
Cukup dulu yaa suratnya, takut Sri cemburu.
***
Sri, banyak orang menginginkan berada di posisimu, mendapatkan kiriman surat, tetapi kamu sendiri masih belum membalas suratku. Balasanmu masih kutunggu, Sri.
***
Maaf, Suci, ada selingan sebentar. Sri selalu terbayang dalam pikiranku.
Kamar, Minggu, 12 April 2020 19. 30
Komentar
Posting Komentar