Ayat Anti Teroris
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Ali-Imran: 26)
Ris, tak ingatkah engkau akan firman itu? Hanya Tuhan, Ris, yang mempunyai kerajaan dan berhak memberi serta mengambil kepada yang Ia kehendaki.
Ris, masih ingat kan, firman itu? Ah! Kamu kan pintar menyitir ayat suci, Ris. Aku sering bertanya, Ris. Kenapa engkau memaksa kami memberi kerajaan kami yang gemah ripah loh jinawi yang telah dianugerahkan Tuhan ini ke pangkuanmu? Ketika aku bertahan, engkau menebar serbuk api dari balik tirai hitam. Sok berkuasa atas kerajaan ini. Sok berkuasa memuliakan dirimu dan menghinakan diriku atas nama Tuhan. Aku masih terus bertanya. Kenapa Ris?
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Ris, saat kau tak menjawab pertanyaanku, kucoba menjawab sendiri. Mungkin kau ingin meneladani Rasulullah. Berjuang di jalan Allah, mati dijalan Allah. Menang karena takdir, kalah menjadi syahid. Kucoba pikir lagi, Ris. Kalau begitu, bukankah Rasulullah tidak pernah congkak dan pengecut? Ia pemberani Ris. Berani bersabda, berani membimbing, menabur cinta kasih demi kemanusiaan. Ris, kenapa hanya senjata yang kamu tiru darinya, walaupun senjatamu imitasi, terlalu. Rasulullah kan halus budi pekertinya. Tak pernah menyakiti siapapun, sekalipun musuh besarnya.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu dapat berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Kuulang-ulang ayat itu, Ris. Takut kacamataku salah memperjelas. Semakin jelas peringatan itu. Kekerasan takkan pernah diterima dimana saja. Hanya kelembutan yang dapat melunakkan kekerasan. Kekerasan batu karang, selalu terkikis sentuhan lembut air di lautan. Hanya kedamaian gelombang yang dapat membuat perahu berlayar jauh untuk memungut mutiara di dasar laut. Ris, ketika kau bicara hukum, maka yang kutahu: "Hukum tertinggi adalah kedamaian."
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semua-nya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (Q.S. Al-Maidah: 48)
Ris, ayat diatas semakin membuka mata hatiku dan semoga mata hatimu, matahati kita semua. Fastabiqul khairaat, firman-Nya, Ris, belomba-lombalah dalam berbuat kebajikan, bukannya saling mencela, menistakan, dan memakasakan keyakinan atas sesama. Ris, aku tak dapat merakit bom seperti dirimu. Aku hanya bisa merakit puisi Ris, untuk kulemparkan melawan bom terormu.
Sumenep, 28 Februari 2016 20:12
Komentar
Posting Komentar