Postingan

Surat Cinta Pertama

Sri, kutulis surat ini untuk kukirimkan untukmu. Akan tetapi, tujuan sebenarnya kepada siapa surat kumaksudkan, aku sendiri masih belum mengerti. Yang ingin kutulis adalah surat cinta, entah cinta karena apa dan kepada apa. Intinya, kuingin menulis surat cinta. Itu saja, Sri. Ketika kau bilang mau menerima suratku dengan sukarela, melayang-layanglah aku. Tanpa sayap, aku seolah bisa terbang sebagaimana kupu-kupu, meskipun kecepatannya tak segesit burung ataupun capung. Ya, kayak kupu-kupu itulah, terbangnya ke atas ke bawah, kekapannya seolah tak seimbang, tertatih-tatih menuju mahkota bunga. Meskipun demikian, ia tetap berusaha dan hinggap di pucuk-pucuk bunga. Sri, aku masih ingat apa yang kau katakan kepadaku mengapa kau gemar membaca membaca novel cinta-cintaan, katamu “agar tahu bahwa kisah percintaan tak seindah dalam novel.” Tahu jawaban seperti itu saya tersenyum simpul, walaupun saya tidak menggunakan simpul tali untuk mengikat, apalagi pakai simpul mati. Aku takut, entar ...

Sajak Kepulangan, Kamu Kekasihku, dan Pemerintah Bola

Oleh: Moh. Tamimi Sajak Kepulangan kau telah pulang namun tak kembali kau masih tetap meruang dan mewaktu masih dalam wujud satu kau tak benar-benar pulang walau jalan masih terbentang tempat kembalimu tetap ada pulanglah sebelum kembali Sumenep, 10-08-16 23.30 Kamu Kekasihku adalah air putih takkan pernah kunodai kecuali sudah waktunya kuminum Sumenep, 18-07-2016 19.43 Pemerintah Bola bola proyek selalu digulirkan mengoper ke teman merebut dari lawan instansi penyerang dan pertahanan siap siaga menunggu kapten mencetak gol bola proyek selalu direbut asalnya putih sudah mulai berubah jadi coklat penuh sekat bola ditendang sang kiper kena imbas baju tak lagi bersih gawang tak lagi terasa legang bola proyek kembali ke titik tengah Sumenep, 10-08-2016 22:45 Nurul Huda Keterangan: 3 puisi ini dimuat dalam buku "Monolog Seekor Monyet" (Karanganyar: Sabana Pustaka, September 2016) hlm. 100-1...

Alat Pengukur Waktu

Oleh: Moh. Tamimi * Kamu tahu alat pengukur waktu? Jam, bukan! Jam itu penanda waktu bukan pengukur waktu itu sendiri. Nah, pertanyaan ini muncul saat saya bincang-bincang bersama teman-teman perihal kekuasaan dan keqodiman Tuhan. Pertanyaan kelasiknya seperti ini, “apakah Allah mampu menciptakan semisal diriNya sendiri? Ah, bukan, bukan itu dahulu yang kami bahas waktu itu. Akan tetapi, kami membahas kekodiman Al-Qur’an yang merembet pada kekelan Tuhan. Waktu itu saya masih menggebu-gebunya berargumen, “kebaqa'an Tuhan terbebas dari ruang dan waktu. Ini yang benar-benar absolut. Sedangkan makhluk Tuhan terikat dalam ruang dan waktu. Kalau seperti surga, neraka, dan lain-lain, itu dikekalkan oleh Allah. Kekekalannya tentu tidak sama dengan kekekalan Tuhan. Saya meyakini, kalimat "kholidiina fiihaa" adalah sebuah kalimat  untuk menunjukkan keterbatasan akal kita untuk menjangkaunya. Karena ia (surga) bukan tujuan utama kehidupan ini. Ilustrasi: kalau kita di suruh pe...

Korelasi Islam dan Nasionalisme di Pesantren

Oleh: Moh. Tamimi* Tulisan ini tidak terlalu serius, soalnya mau nulis yang serius saya tidak bisa. Bukan apa-apa, tetapi karena sangat kekurangan referensi dan kurang tekun belajar, apalagi tentang Islam dan nasionalisme, ditambah lagi tentang pesantren. Saya tidak pernah menjadi santri resmi, kalau mau disamakan dengan istilah Clifort Greetz, saya ini santri abangan (bukan kaum abangan). Kenapa tidak, siang pulang, malam baru ke pondok, itupun jarang-jarang. Harap maklum, iman saya fluktuatif tingkat tinggi. Saya sengaja muter-muter supaya tulisan saya ini semakin panjang dan mempersempit  pembahasan tiga kata pokok di atas. Islam yang banyak dikontrofersikan, nasionalisme yang penuh pemaknaan, dan pesantren yang selalu diklaim penuh kejumudan. Apabila sampai di sini anda sudah bosan membaca tulisan saya, silahkan letakkan kembali ke tempat semula. Akan tetapi, bila anda masih berminat untuk membacanya, silahkan minum kopinya dulu. Islam yang makna umumnya adalah berserah ...

Kesedihan Masjid

Masjid di simpang jalan itu Menangis tersedu-sedu meraung-raungkan adzan Takbir Dzikir Hingga serak suaranya Orang-orang tak begitu peduli Alun-alun di depannya merayu pendatang untuk singgah padanya melalaikan seruan masjid masjid semakin sedih tatkala pagar pintu besinya ditutup di seperempat malam Sumenep, 30/06/2017 23:52 Puisi ini dimuat dalam buku "Tentang Masjid" (Jakarta: Himpuman Seni Budaya Islam bekerja sama dengan PenerbitAuracitra)

Kritik Franz Magnis Suseno terhadap Sosialisme

Judul: Pemikiran Karl Marx; dari Sosialisme Utopis ke  Perselisihan Revisionisme Penulis: Franz Magnis Suseno Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Cetakan: x, 2016 Tebal: 292 halaman ISBN: 978-602-03-3141-6 Peresensi: Moh. Tamimi Bicara sosialisme erat kaitannya dengan kapitalisme karena hadirnya sosialisme yang dimotori oleh Karl Marx adalah bentuk kritik Karl Marx terhadap para kaum borjuis yang menguasai pasar. Menurut analisis Marx, kapitalisme akan hancur dengan sendirinya seiring akan adanya pertarungan yang tidak sehat di antara para pemodal, saling menghantam satu sama lain. Akhirnya, pemodal terbesarlah yang akan terus bertahan, sedangkan pemodal kelas "teri" akan hilang dengan sendirinya akibat kalahnya persaingan yang terus memanas. Kronologi kehancurannya demikian, para kapital berlomba-lomba membuat industri dengan sekian modal, misalnya. Mereka berusaha bagaimana usahanya ini semakin lancar, produksi semakin tinggi dan laba pun semakin besar. Hal itu, ...

Kekerasan Atas Nama Agama

Judul: Fields of the Blood Penulis: Karen Amstrong Penerbit: Mizan Pustaka Cetakan: I, 2016 Tebal: 696 halaman ISBN: 978-979-433-969-5 Peresensi: Moh. Tamimi* Akhir-akhir ini tindakan kekerasan atas nama agama kembali mencuat, seiringin dengan adanya pengeboman tiga Gereja di Surabaya pada hari Minggu, 13-05-2018. Bagaimanapun, tindakan ini merupakan tindakan pengecut dan patut dikutuk serta dikusut tuntas siapa dibalik semua itu dan apa motifnya. Namun demikian, benarkah semua karena perintah agama yang sebatas yang mereka pahami, atau ada motif lain, atau karena kepentingan-kepentingan mereka semata. Jauh sebelum hal itu, semacam melegalkan diri untuk membunuh, menteror, dan menganiaya orang lain atas nama agama sudah dari dulu sering terjadi. Keren Amstrong dalam buku ini menjelaskan kedok-kedok kelompok-kelompok agama tertentu yang melakukan kekarasan atas nama agama. Kelompok-kelompok ini lazim disebut sebagai teroris. Definisi teroris ini, menurut Karen Amstrong, sam...