Surat Cinta untuk Perempuan Rantau (2)
Maukah kau mencintai cinta yang pernah kecewa?*
![]() |
Pencari bunga. Foto: Moh.Tamimi |
Kekasih, mungkin surat-suratku ini hanya akan dianggap sebagai rayuan gombal olehmu, kata-kata sampah yang sering diumbar oleh para lelaki di luar sana.
Aku adalah lelaki pada umumnya, yang kadang penuh luka dan derita. “Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma.”**
Terkadang, hal-hal seperti yang kulakukan untukmu ini membuat seorang perempuan ilfeel. Pikiran-pikiran yang rumit kadang menyertaiku ketika aku mulai menyadari semua ini. Mungkin pula ini hanyalah sebuah keegoisan yang tak kuasa kutahan. Mungkinkah aku adalah seorang pengelana yang berjalan tanpa tujuan? Sekadar ingin hidup sederhana sampai tutup usia.
“Mengapa harus aku?” katamu.
Aku bisa mengutarakan berbagai jawaban untukmu tetapi untuk apa? Bila mencintai sudah membuat kita bahagia, mengapa harus menuntut dicintai?
Apakah kau ingin kita terkenang sebagai lelucon saja?
Aku memang tidak tahu cara mendekati perempuan dengan baik. Aku tak tahu harus apa dan bagaimana. Aku tidak punya banyak pengalaman tentang itu. Namun jujur saja, aku selalu tersenyum saat mengingatmu.
Mengingatmu, seperti mengingat purnama ke-dua belas. Setiap saat terasa sama: indah nan menyenangkan.
Pertemuan-pertemuan singkat kita mungkin akan berakhir dua hari lagi, mungkin pula akan tersambung di lain hari. Semoga kamu dan keluargamu baik-baik saja di sana. Doaku di nadimu.
Seandainya kamu pernah membaca novel “Germinal” karya Emil Zola, mungkin kamu ‘kan paham tentang maksudku, tentang cinta, pengorbanan, dan tujuan suci manusia yang saling melupakan dengan mudahnya ini.
Kamu yang baik, kamu yang menarik, kamu yang selalu terkenang dalam memori ingatanku. Apakah kali ini aku sudah benar-benar tersesat dalam kedalaman hutan di dadamu: tak ada jalan keluar atau secercah cahaya harapan. Mungkinkah kamu sengaja menutupnya dengan kabut misteri kesunyian yang selalu kamu bawa itu.
Maukah kamu menyelamatkan kesesatanku dalam hutan di dadamu?
Pare, 28-31 Maret 2022 00.29
*petikan puisi “Hujan dan Memori” karya Saut Situmorang
**petikan puisi “Jendela” karya Joko Pinorbo dalam antologi puisi “Baju Bulan”
Komentar
Posting Komentar