Surat Cinta untuk Perempuan Rantau (1)
Bila kau lelah dan rindu # baca sajakku di atas batu
(Sofyan RH. Zaid)*
![]() |
Tarian Kendang dalam Candi Tegawangi. Foto: Moh. Tamimi |
Hai, tadi pagi aku mengunjungi Candi Tegawangi di Desa Tegawangi, Kecamatan Plemahan, Kediri.
Aku sangat senang mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Batu-batu yang diam itu menyimpan cerita ratusan tahun silam, kisah yang takkan pernah usai diceritakan melebihi batas usia kita, pahatan-pahatan yang mengabadi.
Verba volant, scripta manent; yang terucap akan mengudara, yang tertulis akan abadi. Pepatah Yunani itu selalu terngiang di kepalaku, seperti kamu yang menetap dalam kalbuku.
Oh ya, apakah kamu tahu tentang cerita Semar yang terdapat dalam candi Tegawangi? Tokoh Semar muncul pertama kali dalam relief candi itu.
Suatu ketika Semar menyertai Sadewa saat ingin diperkenalkan ke keluarga besar istrinya oleh ibu mertuanya. Istri Sadewa (Padapa) punya satu saudari, Soka namanya. Dua putri itu diasuh oleh sang inang yang bernama Nini Towok. Apa lacur, Semar langsung klepek-klepek kepada Nini pada pandangan pertama dan langsung minta dinikahkan seketika itu juga.
Terkadang, aku ingin punya kisah asmara seperti itu; jatuh cinta pada pandangan pertama lalu mengabadi selamanya. Akan tetapi, bagiku cinta butuh alasan; bagimu cinta butuh kepastian. Lalu, seperti apakah kepastian yang kamu inginkan dariku?
Ingin kutulis kisah cintaku padamu di atas batu, kekasih, agar kelak di suatu masa ada seseorang yang membaca tentang seorang lelaki di tanah rantau sepertiku yang berani mencintaimu. Bila suatu saat ada seseorang bertanya padaku, “Dimanakah jejak langkahmu?” Mungkin aku bisa menjawab berbagai nama-nama tempat yang pernah aku lalui. Akan tetapi, bila ada yang bertanya, “Dimanakah jejak jiwamu?” Aku akan menjawab, “Di atas batu-batu itu, dalam tulisan-tulisan itulah jejak jiwaku berada.”
Apa yang harus kujawabkan pada mereka bila tidak kutuliskan segenap perasaanku ini padamu, jejak jiwaku yang kuabadikan.
Kutunggu jawab darimu!
Pare, 27-28 Maret 2022 11. 42
*Petikan dari puisi “Nabi Kangen” karya Sofyan RH. Zaid dalam buku “Pagar Kenabian.”
Komentar
Posting Komentar