Sebut Namaku Ulfa
Foto: Moh. Tamimi
Namaku Ulfa, lengkapnya Ulfatul Yusro. Yang jelas aku adalah seorang perempuan, perkara aku cantik dan tidak kalian sendiri yang akan melihatnya ketika bertemu denganku. Akan tetapi, untuk sementara aku mau mengaku bahwa aku cantik sekali. Kalau kalian nanti ketika bertemu denganku tidak mengakui kecantikanku dan tidak sesuai dengan ekspektasi kalian tentang kecantikanku, itu bukan masalah besar.
Masalah besar bagiku adalah ketika aku berada di depan kalian tetapi kita tidak saling melihat, mungkin salah satu dari kita saat itu adalah roh, atau kalian lagi memikirkan orang lain selain diriku ini. Kalian harus tahu, biasanya, aku ada di jarak satu meter saja, orang-orang sudah banyak yang bisa melihatku. Betapa anunya aku.
Aku di desaku adalah kembang desa, kembang desa karena aku indah kayak kembang. Kembangnya seperti kembang sepatu, karena kembang sepatu adalah salah satu kembang yang memiliki komponen yang lengkap, mulai dari kelopak bunga, mahkota, putik, serbuk sari, dan hal-hal yang diperlukan bunga untuk menjadi semakin sempurna.
Akan tetapi, aku sendiri resah menjadi kembang desa, seperti kembang sepatu. Kalian tahu sendiri kan bagaimana bunga diperlakukan. Oleh kupu-kupu saya hanya dijadikan tempat hinggap, setelah itu pergi ke bunga lain, terus saja begitu kelakukan kupu-kupu setelah meresap hampir seluruh madu bunga-bunga sepertiku, utamanya aku.
Bukan hanya kupu-kupu, ada pula yang tidak kalah menyebalnya orang yang memperlakukan aku dengan tidak baik. Dia adalah kumbang. Dia hanya berisik saat berada di sampingku, sudah kubilang bahwa saya tidak membutuhkan bualan, eh dia malah tetap saja bicara bla-bla yang katanya adalah puisi cinta, puisi cinta kampret. Eh, maaf, kampret, kamu tidak salah.
Selain mulutnya yang banyak omong itu, kamu tahu sendiri kan bahwa kumbang itu berraaat, berat banget. Kadang dia duduk di kelopakku, bahkan nih ya kadang dia maksa ingin duduk di mahkotaku, mahkota bunga. Sial. Katanya dia ingin jadi raja dan aku ratunya, tapi yang diduduki adalah mahkotaku, raja apaan kayak gitu, bikin mumet hidupku saja.
Ada lagi yang tidak kalah menyebalkannya dari mereka berdua, dia itu adalah lebah. Si lebah ini ganteng banget, tampan pokoknya. Ganteng. Kegantengannya tidak kalah dengan artis Korea Cha Eun Woo itu. Dia mah gak ada apa-apanya. Lagi, dia itu tidak banyak bicara seperti kumbang dan tidak gemar hinggap ke berbagai bunga di kebun, tetapi dia mempunyai sisi lain yang membuatku muntap.
Tahu gak, si lebah pernah menusuk-nusukku hingga ke dasar jantungku ini. Aku tahu dia ganteng dan keren, tapi aku tidak terima jika harus merasakan sakit ini jika bersamanya. Bayangkan saja, setiap saat ia selalu membawa jarum, sambil lalu duduk denganku, duduk di pangkuanku, ia selalu saja menusukku, walaupun mungkin tidak sengaja atau bagaimana, kalau dia memang serius denganku kan dia pasti tak akan membawa jarum itu lagi, tapi dia mah gak mau melepasnya, saat ditanya mengapa dia hanya menjawab “ini adalah jalan hidupku.” Brengsek, lebah brengsek.
Daripada aku harus terus-terusan diganggu, disakiti, seperti ini, lebih baik aku tidak menjadi bunga desa. Saya ingin menjadi Ulfa saja. Jadi, lain kali, kalau kalian mau memanggilku, panggil aku Ulfa, ingat, Ulfa!
Aku tak mau lagi menjadi bunga sepatu yang sempurna itu, cukuplah aku menjadi bunga Tebebuya. Indah, menawan, seperti bunga Sakura, walaupun tak sesempurna Bunga Sepatu. Buat apa kesempurnaan fisik jika tidak membuatku hidup tenang,
Saya berandai, kalau saya menjadi bunga Tebebuya, saya kan tinggi tuh, saya pikir tidak sembarang orang akan bisa mencapai puncaknya. Orang yang berjuang menggapaiku, saya yakin dia seperti sosok pangeran dalam dongeng-dongeng yang akan menggenggam erat tanganku dan membawa ke singgasananya yang aduhai indahnya. Saat itu, alangkah indahnya hidup.
Mumpung sekarang masih belum ada pangeran menjemputku, saya mau ngomong sesuatu dulu pada kalian. Aku telah bergabung dengan grup (calon) istri sholehah. Pengennya cowok sholeh, makanya saya berusaha sholehah. Orang yang baik akan dipertemukan dengan orang yang baik kan yaa... ya gitu deh tujuan utamanya.
Saya gabung juga dengan grup kocak dan cukup untuk melupakan bahwa hari ini saya sedang puasa dari saking kocaknya, namun saya tidak begitu ikut andil di dalamnya, hanya mantau saja bagaimana orang-orang sude’ di dalamnya menjalani hidup yang tidak lagi netral ini. Diantara orang-orang sude’ itu ada Tante Rasyad, Master Atho’, Tamimi Kurang Apa Lagi, Iis Jablay Bener, Faika Nyello Cetak, Dia Muyunk, Helmi Kor Ngucol, Komandan Maman, dan lain-lainnya.
Bagusnya, meraka adalah orang-orang yang bener-bener demokratis. Mau memilih pasangan saja masih rembuk antar teman, antar sahabat, meskipun pernah terjadi perebutan massal, tapi tak ada tuh yang mau ancem pakai jalur kekerasan segala, paling sadis ya pakai jalur bawah tanah, atau tikung kiri-kanan, paling parah adalah Helmi Kor Ngucol dan Master Atho’.
Saya tak ingin ikut-ikutan sude’ seperti mereka. bagaimanapun, aku akan menjadi Ulfa, sekali Ulfa tetap Ulfa, sekali cinta diucapkan, seterusnya harus diperjuangkan. Jangan lupa, sebut namaku Ulfa, Ulfatul Yusro, yang cantik, yang jenius, yang pinter casciscus, dan segala macemnya, “while there’s life, there’s hope". I hope you. Kalian mau jadi apa dan mau bagaimana, terserah. Yang terpenting, sebut namaku Ulfa.
Sumenep, 21/5/2019 21.09
NB: Aku ditulis oleh Sang Penunggu Kamar
Namaku Ulfa, lengkapnya Ulfatul Yusro. Yang jelas aku adalah seorang perempuan, perkara aku cantik dan tidak kalian sendiri yang akan melihatnya ketika bertemu denganku. Akan tetapi, untuk sementara aku mau mengaku bahwa aku cantik sekali. Kalau kalian nanti ketika bertemu denganku tidak mengakui kecantikanku dan tidak sesuai dengan ekspektasi kalian tentang kecantikanku, itu bukan masalah besar.
Masalah besar bagiku adalah ketika aku berada di depan kalian tetapi kita tidak saling melihat, mungkin salah satu dari kita saat itu adalah roh, atau kalian lagi memikirkan orang lain selain diriku ini. Kalian harus tahu, biasanya, aku ada di jarak satu meter saja, orang-orang sudah banyak yang bisa melihatku. Betapa anunya aku.
Aku di desaku adalah kembang desa, kembang desa karena aku indah kayak kembang. Kembangnya seperti kembang sepatu, karena kembang sepatu adalah salah satu kembang yang memiliki komponen yang lengkap, mulai dari kelopak bunga, mahkota, putik, serbuk sari, dan hal-hal yang diperlukan bunga untuk menjadi semakin sempurna.
Akan tetapi, aku sendiri resah menjadi kembang desa, seperti kembang sepatu. Kalian tahu sendiri kan bagaimana bunga diperlakukan. Oleh kupu-kupu saya hanya dijadikan tempat hinggap, setelah itu pergi ke bunga lain, terus saja begitu kelakukan kupu-kupu setelah meresap hampir seluruh madu bunga-bunga sepertiku, utamanya aku.
Bukan hanya kupu-kupu, ada pula yang tidak kalah menyebalnya orang yang memperlakukan aku dengan tidak baik. Dia adalah kumbang. Dia hanya berisik saat berada di sampingku, sudah kubilang bahwa saya tidak membutuhkan bualan, eh dia malah tetap saja bicara bla-bla yang katanya adalah puisi cinta, puisi cinta kampret. Eh, maaf, kampret, kamu tidak salah.
Selain mulutnya yang banyak omong itu, kamu tahu sendiri kan bahwa kumbang itu berraaat, berat banget. Kadang dia duduk di kelopakku, bahkan nih ya kadang dia maksa ingin duduk di mahkotaku, mahkota bunga. Sial. Katanya dia ingin jadi raja dan aku ratunya, tapi yang diduduki adalah mahkotaku, raja apaan kayak gitu, bikin mumet hidupku saja.
Ada lagi yang tidak kalah menyebalkannya dari mereka berdua, dia itu adalah lebah. Si lebah ini ganteng banget, tampan pokoknya. Ganteng. Kegantengannya tidak kalah dengan artis Korea Cha Eun Woo itu. Dia mah gak ada apa-apanya. Lagi, dia itu tidak banyak bicara seperti kumbang dan tidak gemar hinggap ke berbagai bunga di kebun, tetapi dia mempunyai sisi lain yang membuatku muntap.
Tahu gak, si lebah pernah menusuk-nusukku hingga ke dasar jantungku ini. Aku tahu dia ganteng dan keren, tapi aku tidak terima jika harus merasakan sakit ini jika bersamanya. Bayangkan saja, setiap saat ia selalu membawa jarum, sambil lalu duduk denganku, duduk di pangkuanku, ia selalu saja menusukku, walaupun mungkin tidak sengaja atau bagaimana, kalau dia memang serius denganku kan dia pasti tak akan membawa jarum itu lagi, tapi dia mah gak mau melepasnya, saat ditanya mengapa dia hanya menjawab “ini adalah jalan hidupku.” Brengsek, lebah brengsek.
Daripada aku harus terus-terusan diganggu, disakiti, seperti ini, lebih baik aku tidak menjadi bunga desa. Saya ingin menjadi Ulfa saja. Jadi, lain kali, kalau kalian mau memanggilku, panggil aku Ulfa, ingat, Ulfa!
Aku tak mau lagi menjadi bunga sepatu yang sempurna itu, cukuplah aku menjadi bunga Tebebuya. Indah, menawan, seperti bunga Sakura, walaupun tak sesempurna Bunga Sepatu. Buat apa kesempurnaan fisik jika tidak membuatku hidup tenang,
Saya berandai, kalau saya menjadi bunga Tebebuya, saya kan tinggi tuh, saya pikir tidak sembarang orang akan bisa mencapai puncaknya. Orang yang berjuang menggapaiku, saya yakin dia seperti sosok pangeran dalam dongeng-dongeng yang akan menggenggam erat tanganku dan membawa ke singgasananya yang aduhai indahnya. Saat itu, alangkah indahnya hidup.
Mumpung sekarang masih belum ada pangeran menjemputku, saya mau ngomong sesuatu dulu pada kalian. Aku telah bergabung dengan grup (calon) istri sholehah. Pengennya cowok sholeh, makanya saya berusaha sholehah. Orang yang baik akan dipertemukan dengan orang yang baik kan yaa... ya gitu deh tujuan utamanya.
Saya gabung juga dengan grup kocak dan cukup untuk melupakan bahwa hari ini saya sedang puasa dari saking kocaknya, namun saya tidak begitu ikut andil di dalamnya, hanya mantau saja bagaimana orang-orang sude’ di dalamnya menjalani hidup yang tidak lagi netral ini. Diantara orang-orang sude’ itu ada Tante Rasyad, Master Atho’, Tamimi Kurang Apa Lagi, Iis Jablay Bener, Faika Nyello Cetak, Dia Muyunk, Helmi Kor Ngucol, Komandan Maman, dan lain-lainnya.
Bagusnya, meraka adalah orang-orang yang bener-bener demokratis. Mau memilih pasangan saja masih rembuk antar teman, antar sahabat, meskipun pernah terjadi perebutan massal, tapi tak ada tuh yang mau ancem pakai jalur kekerasan segala, paling sadis ya pakai jalur bawah tanah, atau tikung kiri-kanan, paling parah adalah Helmi Kor Ngucol dan Master Atho’.
Saya tak ingin ikut-ikutan sude’ seperti mereka. bagaimanapun, aku akan menjadi Ulfa, sekali Ulfa tetap Ulfa, sekali cinta diucapkan, seterusnya harus diperjuangkan. Jangan lupa, sebut namaku Ulfa, Ulfatul Yusro, yang cantik, yang jenius, yang pinter casciscus, dan segala macemnya, “while there’s life, there’s hope". I hope you. Kalian mau jadi apa dan mau bagaimana, terserah. Yang terpenting, sebut namaku Ulfa.
Sumenep, 21/5/2019 21.09
NB: Aku ditulis oleh Sang Penunggu Kamar
Komentar
Posting Komentar