Menertawakan Luka

Foto: kopi tak selalu hitam/arsip penulis Aku biasa menertawakan luka yang kudera. Apa jadinya bila kesedihan harus diperparah dengan kemurungan. Bukan hanya aku, beberapa teman-temanku juga begitu. Kami terbiasa menertawakan itu semua layaknya melihat adegan lucu dalam sebuah panggung komedi. Sayangnya, alam pikiran setiap kepala tidak selalu sama, semisal apa yang aku anggap solusi justru menjadi masalah bagi orang lain. Menertawakan luka orang lain salah satunya, alih-alih itu dianggap sebagai usaha menghibur, aku akan dianggap tidak peka terhadap kondisi dan perasaan orang lain, tega-teganya "melecehkan" masalah orang dengan menertawakannya. Apa kamu sudah bisa mengambil pelajaran dari dua paragraf di atas? Kalau belum, mari kita lanjut pada ulasan yang lebih to the poin. Bung, kita perlu menjadi diri sendiri, tanpa topeng kepura-puraan, sehingga kita tidak perlu gonta-ganti topeng setiap bertemu orang baru. Ada kemungkinan orang suka kamu hanya saat kamu memakai topen...