Postingan

Menertawakan Luka

Gambar
Foto: kopi tak selalu hitam/arsip penulis Aku biasa menertawakan luka yang kudera. Apa jadinya bila kesedihan harus diperparah dengan kemurungan. Bukan hanya aku, beberapa teman-temanku juga begitu. Kami terbiasa menertawakan itu semua layaknya melihat adegan lucu dalam sebuah panggung komedi.  Sayangnya, alam pikiran setiap kepala tidak selalu sama, semisal apa yang aku anggap solusi justru menjadi masalah bagi orang lain. Menertawakan luka orang lain salah satunya, alih-alih itu dianggap sebagai usaha menghibur, aku akan dianggap tidak peka terhadap kondisi dan perasaan orang lain, tega-teganya "melecehkan" masalah orang dengan menertawakannya.  Apa kamu sudah bisa mengambil pelajaran dari dua paragraf di atas? Kalau belum, mari kita lanjut pada ulasan yang lebih to the poin. Bung, kita perlu menjadi diri sendiri, tanpa topeng kepura-puraan, sehingga kita tidak perlu gonta-ganti topeng setiap bertemu orang baru. Ada kemungkinan orang suka kamu hanya saat kamu memakai topen...

Kenangan Serabutan 28

Gambar
  Foto: Pasir Hitam di Pantai Kotaraja Ende Hai, Tam. Apa kabar? Apakah kamu baik-baik saja tahun ini? Hai, saya tidak tahu harus jawab bagaimana atas pertanyaan singkat itu, kawan. Di usia saya yang ke-28 tahun kemarin saya banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik di luar ekspektasi saya--sekarang umur saya sudah 29 tahun lebih beberapa hari. Sungguh pengalaman yang indah.   Saya  banyak mengunjungi tempat-tempat jauh yang membuat saya banyak belajar: Belitung, Flores, Jakarta, Banten, Pacet, dan beberapa tempat lainnya. Itu adalah tempat-tempat yang menakjubkan. Suatu tempat menjadi menakjubkan bukan karena jaraknya yang jauh dari tempat asal kita tetapi karena tempat itu benar-benar punya nilai yang menakjubkan. Hei, apakah kali ini kita akan membahas cinta lagi? Oke, baiklah. Kalau untuk perjalanan-perjalanan saya ke berbagai tempat itu kamu bisa langsung baca laporan investigasi saya di website atau kamu bisa baca cuplikannya di Instagram saya. Kamu t...

Bukan Penunggu Malam

Saya sempat berpikir bahwa orang biasa begadang itu keren, hal yang jarang saya lakukan.  Saat masih MA (madrasah aliyah) saya punya kebiasaan lekas tidur seusai solat isyak, kalau tidak saya menyalin buku untuk beberapa halaman. Dulu saya sering menulis ulang buku pelajaran bagian materinya, utamanya materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Kimia. Saya menyalin buku SKI saat masih MTs dan Kimia saat MA. Saya senang melakukannya.  Kebiasaan menyalin ini sejak masih SD. Saat SD guru kelas selalu memberi tugas menulis ulang buku pelajaran dalam kelas, bukan PR. Kami sekelas biasa adu cepat, dengan menggunakan tulisan tegak bersambung. “Bu, disambung atau tidak?” adalah pertanyaan yang kerap kami lontarkan saat tugas diberikan. Kami menulis, gurunya pergi ke kantor.  Saya sering menang adu cepat dengan teman-teman. Sayangnya, tulisan saya jelek sekali, tulisan (tida) tegak bersambung benar-benar seperti cacing kepanasan di tanah kering. Sulit orang lain membaca tulisan saya...

Surat Sayang untuk Eureka

Hai, Eureka Sayang. Kemarin lusa Papa baru saja selesai ujian proposal disertasi. Alhamdulillah, proposal Papa dinilai menarik dan unik oleh para penguji, meski, tentu saja, terdapat beberapa catatan penting. Sebelum dijejali pertanyaan oleh penguji, Papa tidak terpikirkan akan ada pertanyaan semacam itu, pertanyaan mendasar yang terlewatkan. Papa bersyukur sekali bisa belajar dengan baik sampai sejauh ini. Malam ini Papa menyelesaikan tulisan tentang Ikan Toman (Channa micropeltes), maaf Papa harus sampaikan nama latinnya supaya kamu bisa mempelajarinya dengan mencari di mesin pencarian Google kalau penasaran.  Sambil menikmati seteko teh mawar (rose tea) di kafe depan kampus Papa, Papa menemani teman kelas Papa untuk mengerjakan proposalnya. Sesudah menyelesaikan tulisan tentang Ikan Toman, Papa beralih membaca jurnal terkait topik disertasi Papa, Epistemologi Feminist. Ternyata baca-baca seputar filsafat lumayan menguras otak yaa.  Papa merasa suka mempelajari hal-hal baru,...

Yang Kubutuh

Akhirnya aku mulai memahami apa yang kubutuh dari seorang pasangan, relasi seperti apa yang perlu kubangun. Aku sudah mencoba membangun relasi dengan tiga perempuan. Dengan setiap orang punya masalahnya masing-masing sehingga membuat kami harus berpisah, mulai dari tidak direstui sampai tidak klik. Aku berusaha menganalisis pola relasiku selama ini dengan mereka, kecenderungan mereka, serta pola relasiku dengan teman-temanku. Aku juga coba menganalisis perbedaan dan persamaan mereka. Dengan setiap orang aku mendapatkan banyak pelajaran, tentang kesetiaan, kesetaraan, keterbukaan, keberanian, dan semacamnya. Aku selalu mengevaluasi diri ketika hubunganku gagal dan memperbaikinya ketika dengan orang berikutnya. Sejauh ini aku tidak melakukan kesalahan yang sama, untunglah aku tidak seperti keledai. Aku seorang introvert, cepat bosan menjalin komunikasi secara terus menerus dan monoton setiap hari. Kini aku baru mengerti bahwa ibuku sebenarnya sudah memahami perilakuku ini. Aku baru...

Merawat Hati, Nafsu, Akal

Merawat hati, nafsu, dan akal tidaklah mudah. Bila terus dituruti, ketiganya akan mengombang-ambingkan pemiliknya, raganya. Sungguh. Hati yang melinglungkan, nasfu yang menjerumuskan, dan akal yang menggilasnya. Saya sendiri dari dulu tidak benar-benar bisa mengendalikan semuanya. Hati benar-benar mudah dibolak-balikan. Nafsu semakin dikasih makan, makin merasa lapar. Sedang akal selalu dalam sifat arogannya. Hati, nafsu, akal, perlu dijalankan beriringan dengan tuntutan agama. Untuk mengetahui apa yang diajarkan agama perlu dipelajari, perlu berilmu.  Seseorang mungkin kuat menahan nafsunya di bidang S, eh tembus di bidang R. Sudah aman di huruf U, eh malah dijebol di bidang N. Selalu begitu. Masih ada 28 huruf latin untuk kita jadikan kambing hitam. Semakin tua saya semakin menyadari hal itu, sayangnya saya tetap belum bisa sepenuhnya mengontrol semuanya dengan baik. Tantangannya terus berubah, baik berasal dari diri sendiri atau dari luar diri sendiri. Tak jarang saya dibuat gem...

Cinta Biasa

Cinta yang agresif atau cinta yang diam terkadang bersifat mengekang, cinta yang biasa selalu memberi kebebasan. Kekasihmu bukan milikmu, tak perlu kamu sebegitunya. Berjuang sewajarnya, diam sewajarnya, cari esensi kebersamaanmu. Perlakukan cinta dengan biasa saja agar ia tak berubah jadi benci. Apa yang kamu harapkan dari cinta, sulit terdapat dari sifat agresif dan diam. Terlalu agresif tak memberikan celah untuk tenang, berdiam diri tak akan menghasilkan apa-apa. Kita hanya butuh cinta yang biasa untuk hidup yang luar biasa.  Malang, 2 Januari 2023 8.21