Merawat Hati, Nafsu, Akal

Merawat hati, nafsu, dan akal tidaklah mudah. Bila terus dituruti, ketiganya akan mengombang-ambingkan pemiliknya, raganya. Sungguh.

Hati yang melinglungkan, nasfu yang menjerumuskan, dan akal yang menggilasnya. Saya sendiri dari dulu tidak benar-benar bisa mengendalikan semuanya. Hati benar-benar mudah dibolak-balikan. Nafsu semakin dikasih makan, makin merasa lapar. Sedang akal selalu dalam sifat arogannya.

Hati, nafsu, akal, perlu dijalankan beriringan dengan tuntutan agama. Untuk mengetahui apa yang diajarkan agama perlu dipelajari, perlu berilmu. 

Seseorang mungkin kuat menahan nafsunya di bidang S, eh tembus di bidang R. Sudah aman di huruf U, eh malah dijebol di bidang N. Selalu begitu. Masih ada 28 huruf latin untuk kita jadikan kambing hitam.

Semakin tua saya semakin menyadari hal itu, sayangnya saya tetap belum bisa sepenuhnya mengontrol semuanya dengan baik. Tantangannya terus berubah, baik berasal dari diri sendiri atau dari luar diri sendiri. Tak jarang saya dibuat gemetar, was-was, kebingungan, oleh salah satu ketiganya. Apalagi bila akal saya kalah telak dengan hati atau sebaliknya. Nafsu selalu menjadi penyaman yang menelusup ke mana pun dia mau, di akal atau di hati. Semuanya selalu menjadi sama-sama karenanya. Samar karena saya tidak mempelajarinya dengan baik. Dia bisa menjadi semakin kuat seiring waktu, oleh karena itu akal dan hati perlu terus diasah.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarekat Qadiriyah

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Pendidikan Sosial