Menjadi Baik
Bisa "menjadi" tidak selalu mudah. Ada waktu, energi, dan materi yang perlu kita korbankan. "Menjadi" baik pun tidak begitu mudah.
Selalu ada penukaran setara dalam pengkonversian kejadian. Untuk berbuat baik pada orang lain, kita mengkoversi energi dan waktu kita, bahkan materi yang kita punya. Di situ kita telah berkorban untuk orang lain hanya untuk "menjadi baik."
Sayangnya, tidak semua kebaikan diterima dengan baik. Niat baik dan perbuatan baik kadang tidak dibutuhkan oleh orang lain. Memaksakan kebaikan kepada orang lain itu tidak baik, apalagi kebaikan yang ditolak.
Lebih baik kita alihkan kebaikan kita itu kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan kebaikan kita, tak usah memaksa. Kita tinggal bertanya, apa dasar kita berbuat sesuatu kepada orang itu (tertentu)?
Jangan-jangan kita berbuat baik pada orang itu bukan karena untuk menjadi baik itu sendiri tapi karena alasan lain, bukan karena panggilan jiwa, tapi panggilan hati (cinta/jatuh cinta). Kita jatuh cinta sehingga mendorong kita untuk berbuat baik pada orang itu. Bagi saya, itu bukan "menjadi" baik, tapi "dijadikan" baik. "Dijadikan" bisa saja berubah status jadi "menjadi" suatu ketika seiring perbuatan-perbuatan baik itu terus dilakukan.
Yang perlu kita ingat, waktu dan energi kita terbatas. Meski kita selalu ingin "menjadi" baik, perlu kiranya kita membatasi diri dalam proses "menjadi". Mungkin kita peduli pada orang lain tapi orang yang kita pedulikan tidak peduli, bahkan pada dirinya sendiri, di situlah kita tak perlu memaksa. Semua perlu diusahakan, niat baik selalu perlu diusahakan sebaik mungkin, tapi kita perlu memberi batas sejauh mana perbuat baik itu perlu dilakukan.
"Menjadi" baik memang tidak mudah, tetapi "menjadi" baik selalu menemukan jalan dan tempatnya sendiri. Proses "menjadi" sering kali membuat hati kita lapang dan senang, walau tidak selalu.
Kamar, 20/11/23 06.13
Komentar
Posting Komentar