69 Purnama Menulis Luka
69 Purnama Menulis Luka
Tulisan ini hanya untuk mengenang sebagian perjalanan hidupku. 69 purnama adalah usia laman blogku, dihitung sejak postingan pertama sampai dapat adsen.
“Rumah idaman” adalah usaha untuk mengabadikan jejakku di rumah pacarku terdahulu, pacar pertama dan yang paling lama. Ketika itu aku mengunjungi rumahnya untuk pertama kalinya, itu pun karena menemani temannya yang juga temanku. Kini, dia sudah bahagia dengan pasangan dan anaknya. Semoga keluarganya diberi keberkahan sampai akhir hayat! Amiiin.
Hampir semua jejak langkahku, sekaligus jejak jiwaku, aku ungkapkan dalam blog ini. Ada banyak orang, ada banyak cerita: suka, duka, cinta, yang terpatri di sana. Aku senang mengenang mereka. Aku senang mengabadikan nama-nama mereka. Aku tak ingin melupakan semua kenangan-kenangan itu. Itu adalah pelajar berharga bagiku, mungkin juga bagimu bila kamu ingin mengambil pelajaran atas semua itu.
Memang tidak semua hal aku unggah di blog, masih banyak sekali cerita-cerita yang kusimpan sendiri di atas kertas atau dalam file word yang sebagian telah hilang.
Bila kubaca kembali cerita-cerita itu, kadang cerita sedih menjadi lucu, menertawakan perbuatan diriku sendiri yang kekanak-kanakan. Sifat itu tidak benar-benar hilang dari diriku, padahal aku sudah hampir berumur 27 tahun.
Aku kadang sedih, terharu, kepada orang-orang yang telah kubuat luka, tidak sebaliknya. Mungkin aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri, tetapi bagaimana dengan orang-orang yang telah kubuat luka itu? Meskipun itu hanyalah masa lalu bagi sebagian orang, aku selalu ingin menebusnya seandainya bisa.
Aku pikir, aku selalu berbuat baik terhadap orang lain. Kini aku sadar, terkadang kebaikan itu pulalah yang bisa menorehkan luka dalam bagi orang itu.
Aku tidak sepenuhnya mengerti mengenai berbagai jalan hidupku ini, aku hanya ingin menjalani dengan sebaik yang aku bisa, tanpa rasa buru-buru atau ingin mencapai sesuatu dalam waktu yang singkat. Aku juga punya banyak harapan. Aku juga ingin punya masa depan yang cerah, hidup bahagia dengan keluarga di tengah-tengah lingkungan yang selalu mendukung untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih berguna dari sebelumnya.
Aku tidak begitu tahu cara bersiasat, menyiasati hidup dengan berbagai lika-likunya itu. Meskipun begitu, tidak jarang orang lain malah menyiasati hidupku. Saat itu pulalah aku berpikir, apakah aku terlalu bodoh untuk bisa mendeteksi dan berkelit dari setiap siasat licik orang-orang itu. Aku masih belum bisa memahami sepenuhnya diriku sendiri.
Sesuatu mungkin perlu kita sadari bersama, utamanya aku, “Kita tidak hidup dalam dunia yang netral bukan!? Kita hidup dalam dunia yang penuh kepentingan.” Pertanyaannya, apa saja kepentingan kita dalam hidup ini? Apakah sekadar ingin menjadi lebih baik dari orang lain, menjadi lebih heroik layaknya seorang pahlawan kesiangan, atau sekadar ingin menunjukkan diri bahwa diri kita adalah yang terkuat yang mampu melakukan segalanya seperti yang kita mau? Bila pertanyaan-pertanyaan itu kita lontarkan untuk diri kita sendiri, apakah jawaban yang pantas?
Tidak semua orang baik, tetapi semua orang memiliki riwayat lukanya masing-masing.
Di setiap perjanalanan hidupku, tak bisa kusembuhkan sendiri semua lukaku. Catatan-catatan selama 69 purnama ini telah menunjukkan padaku.
Kamar, 10 Agustus 2022. 11.03
Komentar
Posting Komentar