Pesan Bi 4

Hai, Bi.

Aku dengar kamu ingin putih supaya bisa lebih dihargai ya? Hanya itu tujuanmu ingin putih? Bagaimana bentuk penghargaan orang lain padamu selama ini? Apa kamu menyesal dilahirkan dengan warna kulit agak gelap, sawo matang, begitu?

Tidak usah terobsesi begitu, Bi, hidup bukan sekadar tentang warna kulit. Aku pikir, seseorang yang menghargaimu hanya karena warna kulit, maka sebatas itulah kualitas dirinya, penghargaannya kepada orang lain. Ada yang lebih mendasar dari warna kulit; sikap.

Bisa saja, bila warnamu cerah, “cantik”, kamu hanya menjadi mainan para lelaki mata keranjang. Nilai kemanusiaanmu sampai sebatas kulit, dijadikan “piala” bergilir, direbut cowok-cowok. Apa memang itu yang kamu mau? 

Aku yakin, kamu hanya ingin dihargai bukan?

Banyak sekali orang yang jauh dari kata “cantik” atau “tampan” tetapi menjadi idola banyak orang. Tahu Stephen Hawking? Ilmuan yang terkenal dengan teori Lubang Hitamnya itu tidak ada tampan-tampannya, sekujur tubuhnya cacat, kecuali otaknya, ia hanya bisa berkomunikasi lewat automasi komputer, namun siapa yang tidak kenal Hawking, pemikirannya dahsyat.

Kamu masih sangat beruntung, Bi, perlakuan rasial yang dialamimu tidak setragis saudara-saudara kita di Papua. Mereka bangga terlahir sebagai Papua, tapi orang-orang yang merasa lebih baik rasnya, warna kulitnya, dari mereka tidak henti-henti mencemooh, mendiskriminasi, mengintimidasi, dan semacamnya. 

Apakah kamu pernah bertanya, mengapa homo lain musnah sama sekali, hanya tinggal Sapiens? Benarkah manusia berevolusi secepat itu, dari manusia yang menunduk menjadi manusia tegak? Sejauh sejarah manusia bijak, mereka menjadi pembantai ekologis ulung. Penyebab terbesar musnahnya satwa di dunia adalah “Si Bijak,” hewan tegap berkaki dua ini memang punya sifat genetik seperti itu sepanjang usia.

Kata Yuval Noah Harari, toleransi memang bukan ciri khas Sapiens. Sapiens membuat banyak kerusakan, bahkan ada sebuah teori bahwa Sapiens-lah yang membantai Nenderthal, Teori Penggantian. 

Teori itu bilang bahwa Sapiens merasa tidak cocok dengan manusia lain, jijik, bahkan melakukan genosida. Teori yang berlawanan adalah Teori Kawin Campur, hilangnya homo lain karena adanya perkawinan antar spesies homo. 

Saat Sapiens menginjakkan kaki pertama kali di Australia, beberapa ribu tahun sejak keberadaannya di pulau itu nyaris semua hewan raksasa di sana punah dan dua puluh tiga dari dua puluh empat spesies hewan besar berbobot lima puluh kilogram musnah.

Bi, tidak maukah kamu menjadi salah satu dari sekian banyak “manusia bijak” yang benar-benar bijak? Tugas kita sebagai manusia bijak jauh lebih berat daripada hanya memikirkan warna kulit. 

Jangan minder karena warna kulit, lalu kau ingin putih juga. Lawan mereka, lawan rasialisme.

Kecantikan akan memancar dari dalam diri kita, kewibawaan akan muncul dengan sendirinya seiring perlakuan pada manusia, hewan-hewan, tumbuhan, dan alam dengan sebaik yang kita bisa. 

Siapa yang lebih membutuhkan, satwa pada manusia atau manusia pada satwa? Satwa tanpa manusia menjalani hidup sesuai kodratnya, melawan predator; kehadiran manusia menjadi ancaman baru bagi mereka. Bagaimana manusia tanpa satwa? Makhluk berfisik lemah yang merasa paling hebat.

Lebih parah lagi, bila Sapiens menindas sesama Sapiens. Spesies homo macam apa kita ini, selalu mengusik orang yang berbeda. 


Meja Perjuangan,

22 Juli 2021 17. 33


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Manajerial Psikologikal Sistem (2)

Tarekat Qadiriyah

Pendidikan Sosial