Ulang Tahun Aurora
Oleh: Moh. Tamimi* Aurora baru saja terbangun dari tidur panjangnya, walaupun tak dilihatnya sosok pangeran yang mengecupnya saat tidur pulas lalu tersenyum saat kelopak matanya terbuka di pagi itu. Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Ia merayakan sendiri dalam sangkar emasnya yang tak kunjung disepuh kembali oleh pandai emas. "Aku berharap tak merayakan hari ulang tahunku sendiri dan aku mendapat suprise yang tak terlupakan sampai aku tertidur kembali," ungkapnya dalam batin sembari mengepalkan kedua telapak tangannya, penuh pengharapan. Dinding-dinding kamar Aurora seperti gedung mati peninggalan sejarah yang sudah tak berpenghuni, walaupun demikian, ia tak melihat jaring laba-laba di sudut kamarnya ataupun sekedar perseteruan antara tokek dan cicak. Garis-garis retak adalah ornamen satu-satunya dinding itu, semua warna cerah sudah tak terang lagi, kusam penuh debu. "Aku ingin ada yang menemaniku walaupun binatang-binatang tak bersuara, sekadar untuk meyak...